Catatan Harian Guo Jing yang Terkurung di Wuhan

Pemerintah China telah mengisolasi Wuhan sejak 23 Januai 2020 untuk mengendalikan virus yang mematikan agar tidak semakin meluas.
Pemeriksaan virus corona. (Foto: mercurynews.com)

Jakarta - Guo Jing tinggal di Wuhan, Provinsi Hubei, kota pertama kali Novel Coronavirus (2019-nCov) atau virus corona baru terdeteksi. Pemerintah China telah mengisolasi Wuhan sejak 23 Januari 2020 untuk mengendalikan penyebaran virus yang mematikan agar tidak semakin meluas.

Guo Jing merupakan pekerja sosial berusia 29 tahun dan seorang aktivis hak asasi manusia yang masih lajang. Selama seminggu terakhir terkurung di rumah, ia menulis catatan harian (diary) dan berbagi cerita dengan BBC News.

Kamis 23 Januari, hari pertama kota Wuhan diisolasi

Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan saat terbangun dan menyadari kota ini sudah dikunci oleh pemerintah. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kenapa kami harus dikurung? Berapa lama kami harus tinggal di rumah, tak boleh melihat dunia luar. Persiapan apa yang harus saya lakukan selama terkurung ini?

Saya baru tahu kalau wabah virus corona telah menyerang kota Wuhan dan menyebar ke wilayah lain dengan begitu cepat. Saya baru tahu kalau kami tidak boleh keluar dari kota Wuhan untuk menghindari agar virus tak menyebar ke kota lain. Tapi nyatanya virus menyebar dengan cepat.

Banyak komentar menyebalkan (di media sosial): bahwa banyak pasien yang tidak dapat dirawat di rumah sakit karena keterbatasan ruang, banyak pasien yang tidak terobati dengan baik. Kami disarankan memakai masker wajah setiap kali mau ke luar rumah untuk membeli kebutuhan makanan. Banyak teman yang menelpon, apakah saya sudah menyimpan persediaan makanan.

Virus CoronaPetugas sedang medis memeriksa pasien terdampak virus corona di kota Wuhan, China. (Foto: Reuters)

Hampir semua orang menyerbu pasar swalayan untuk membeli banyak persediaaan makanan, sehingga persediaan di toko seperti beras dan mie hampir habis. Saya melihat seorang pria membeli banyak garam. Dan, ada seorang yang bertanya kepadanya,"Mengapa membeli begitu banyak garam. Kata pria itu,"Bagaimana kalau kota ini diisolasi selama setahun?"

Kami takut kalau kekhawatiran pria itu benar-benar terjadi. Bagaimana kami harus memenuhi kebutuhan makanan karena tidak bisa pergi ke kota lain. Saya pergi ke apotik untuk membeli masker wajah dan alkohol disinfektan. Apotik membatasi jumlah pembelian karena keterbatasan persediaan.

Jumat, 24 Januari, malam tahun baru yang hening

Dunia terasa sunyi dan mencekam. Saya tinggal sendiri. Saya baru bisa tahu kalau ada orang lain di sekitar dari sesekali suara di koridor. Saya punya banyak waktu untuk memikirkan cara bertahan hidup dalam kesendirian.

Saya harus berjuang jangan sampai sakit. Untuk itu mencoba berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. Makanan juga teramat penting untuk kelangsungan hidup. Jadi saya harus tahu apakah persediaan makanan cukup.

Pemerintah belum bisa memastikan sampai kapan Wuhan akan terisolasi. Banyak orang  memperkirakan kondisi yang menakutkan ini akan berlangsung hingga Mei mendatang.

Apotik dan toko serba ada di lantai bawah ditutup hari ini. Tapi saya masih bisa bernafas lega karena masih melihat kurir mengantarkan makanan. Hari ini saya pergi ke pasar untuk membeli seledri, rebung dan telur. Pasar swalayan sudah tidak menjual mie, beruntung masih ada beras yang bisa dibeli.

Setelah belanja, saya pulang ke rumah. Setelah itu mencuci mencuci pakaian dan mandi. Kebersihan itu penting agar tidak mudah tertular virus, karena itu saya mencuci tangan 20 hingga 30 kali sehari.

ilus tjKesiagaan menghadapi virus corona baru (Foto: abc7news.com)

Keluar rumah membuat saya merasa masih terhubung dengan dunia luar. Sangat sulit membayangkan bagaimana warga lanjut usia yang hidup sendiri dan mereka yang cacat harus melalui kesulitan ini. Meskipun hari ini tahun baru Imlek, malam terakhir tahun babi, saya ingin memasak istimewa dari hari-hari biasa.

Saat makan malam, saya melakukan panggilan video dengan teman-teman. Seorang teman batu saat menelpon. Seorang bercanda menyuruhnya untuk menutup telpon. Kami mengobrol selama tiga jam dan saya pikir setelah itu bisa tertidur dengan pikiran bahagia. Namun ketika saya mencoba memajamkan mata, ingatan beberapa hari lalu muncul. Ini membuat saya sulit tidur. Tak terasa air mata jatuh di pipi. Saya merasa tidak berdaya dan ada keinginan untuk mengakhiri hidup.

Sabtu 25 Januari, tahun baru Imlek

Hari ini adalah tahun baru Imlek. Saya merasa tidak ada keinginan untuk merayakan dan rasanya tidak mungkin dalam kondisi seperti ini.

Pagi hari, saya melihat bercak darah sehabis bersin, ini membuat saya takut. Otak saya dipenuhi dengan kekhawatiran, jangan-jangan saya sudah terjangkit virus. Saya bertanya dalam hati, apakah harus keluar atau tidak. Tapi saya tidak demam dan nafsu makan saya baik. Akhirnya saya memutuskan keluar rumah.

Saya memakai dua masker wajah sekaligus meskipun orang mengatakan itu tidak ada gunanya dan tidak perlu. Saya mengkhawatirkan kualitas masker. Menurut saya dengan memakai dua masker akan terasa lebih aman. Itu masih sangat sepi.

Sebuah toko bunga terbuka, dan pemiliknya meletakkan beberapa krisan (sering digunakan sebagai bunga pemakaman) di pintu. Saya tidak tahu apa artinya itu. Di supermarket, rak sayuran kosong dan hampir semua kue dan mie terjual habis. Terlihat hanya beberapa orang yang mengantri.

WuhanEkskavator dan buldoser terlihat di lokasi konstruksi di mana sebuah rumah sakit baru sedang dibangun untuk merawat pasien dari virus corona baru, di pinggiran Wuhan, China 24 Januari 2020. (Foto: cnsphoto via Reuters)

Saya berpikiran akan membeli banyak makanan selama masuk ke supermarket. Saya membeli 2,5 kilogram beras lagi meskipun masih ada persediaan 7 kilogram di rumah. Saya juga mau membeli beberapa ubi, kue, sosis, kacang merah, kacang hijau, millet dan telur asin, padahal saya tidak suka telur asin. Ini akan saya ceritakan nanti kalau Wuhan sudah terisolasi lagi.

Saya punya cukup persediaan makanan selama sebulan. Saya merasa gila membeli makanan sebanyak ini. Tapi dalam kondisi yang kacau seperti ini, bagaimana saya bisa menyalahkan diri sendiri? Saya berjalan-jalan di tepi sungai, terlihat dua toko makanan ri ngan buka. Beberapa orang berjalan sambil membawa anjing. Saya belum pernah berjalan di sepanjang tepi sungai. Rasanya dunia saya telah berkembang sedikit.

Minggu, 26 Januari

Pada hari pertama kota diisolasi, saya tidak bisa menulis apa pun di media sosial karena disensor. Saya bahkan tidak bisa menulis di WeChat. Sensor internet itu sudah ada sejak lama di China, tapi sekarang terasa lebih kejam.

Ketika kehidupan Anda terbalik, merupakan tantangan untuk membangun kembali kehidupan sehari-hari Anda. Saya tetap berolahraga di pagi hari. Saya mencoba keluar rumah lagi hari ini dan mencoba menghitung berapa banyak orang yang saya temui. Saya bertemu delapan orang ketika berjalan ke warung mie sekitar 500 meter dari rumah.

Saya tidak ingin buru-buru pulang. Saya ingin menjelajahi lebih banyak tempat, hanya dua bulan sejak saya pindah ke Wuhan. Saya tidak punya banyak teman di sini, dan saya tidak mengenal kota ini dengan baik. Saya kira saya melihat sekitar 100 orang hari ini. Saya harus terus membuat diri saya terdengar dan memecah belenggu.

Teman-teman, saya berharap kita akan bertemu dan berbicara di lain waktu. Sekitar pukul 08.00 pagi, saya mendengar teriakan "Go Wuhan!" dari sebuah jendela. Orang-orang saling berteriak "Go Wuhan!" untuk memberikan semangat hidup dan tak putus asa.

Selasa, 28 Januari

Di banyak kota, orang diharuskan memakai masker wajah saat berada di area publik. Maksudnya untuk terhindar terinfeksi wabah virus corona. Namun sebenarnya itu bisa mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan.

Saya melihat beberapa orang yang tidak memakai masker tidak boleh naik angkutan umum. Kami tidak tahu apa alasan mereka tidak memakai masker. Mungkin mereka tidak bisa membeli, atau mereka tidak tahu ada pemberitahuan soal pemakaian masker saat keluar rumah. Tapi sebenarnya itu hak mereka, tidak ada yang boleh melarang untuk pergi.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendorong orang agar tetap tinggal di rumah. Pemerintah harus bisa memastikan bahwa setiap warga memiliki masker yang cukup, atau bahkan memberikan uang tunai kepada warga yang tidak bisa beli masker.

Virus CoronaSeorang perempuan menggendong anaknya yang menggunakan masker ketika antri di stasiun kereta di West Kowloon, Hong Kong, 23 Januari 2020. (Foto: Rappler.com/AFP/Philip Fong)

Hari ini sinar matahari menyinari Wuhan, seperti suasana hati saya. Saya melihat banyak orang di kompleks rumah dan ada beberapa pekerja komunitas. Mereka tampak melakukan pemeriksaan suhu pada warga yang tidak tinggal di kompleks itu.

Tidak mudah membangun kepercayaan dan ikatan di tengah kondisi kota yang terisolasi. Namun kecemasan saya tentang bertahan hidup

perlahan-lahan mulai sirna. Saya mencoba membangun komunikasi dengan orang-orang di sini. Partisipasi sosial merupakan kebutuhan penting. Setiap orang harus menemukan perannya dalam masyarakat dan membuat hidup seseorang menjadi bermaknsa. Di kota yang sepi ini, saya harus menemukan peran saya.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Virus Corona Sudah Menyebar ke Seluruh Wilayah China
Jumlah korban tewas akibat wabah Novel Coronavirus (2019-nCov) atau virus corona baru, bertambah menjadi 170 orang.
Benarkah Virus Corona Lebih Berbahaya dari Kanker?
Virus Corona dan kanker memang dikenal penyakit berbahaya yang bisa mengancam nyawa seseorang. Benarkah virus corona lebih berbahaya?
Aplikasi Deteksi Virus Corona di Ponsel Xiaomi
Apilikasi bernama Xiao AI ini telah dibenamkan pada smartphone Xiaomi melalui asisten digital AI.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)