Warga Jakarta dan Warga Wuhan Melancong di Masa Pandemi

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, minta warga Jakarta tidak melancong ke Puncak dan Cianjur, tapi komuter Jabar bebas ke Jakarta
Warga Kota Daegu, Korea Selatan, selalu memakai masker, bahkan di awal pandemi, 23 Februari 2020 (Foto: bbc.com).

"Ridwan Kamil meminta warga Jakarta dan Depok menahan diri untuk tidak berlibur ke Puncak dan Cianjur saat libur panjang akhir Oktober ini." ini ada dalam berita "Ridwan Kamil: Jangan Liburan ke Puncak dan Cianjur", Tagar, 24 Oktober 2020.

"Larangan" Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwal Kamil ini terkait dengan potensi penyebaran virus corona yaitu melalui kerumunan karena diperkirakan banyak warga Jakarta yang akan berlibur ke kawasan Puncak di Bogor dan Cianjur, Jabar.

Ridwan Kamil memakai takaran jumlah kasus virus corona yang terdeteksi di Jakarta sebagai faktor risiko terjadi penularan virus corona ke warga Jabar, khususnya di kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur).

Tentu saja takaran Ridwan Kamil itu tidak objektif karena kasus virus corona di Jabar juga tinggi. Kalau di DKI Jakarta dilaporkan 99.158, Jabar melaporkan 33.147 (data di situs covid19.go.id, tanggal 23 Oktober 2020).

Angka-angka itu juga tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya karena tracing yang tidak masif. Bahkan, bisa jadi ada daerah (kabupaten dan kota) yang tidak melaklukan tes swab dan tracing secara massal.

Durasi warga Jakarta di Puncak sekitar 3 hari 2 malam. Bandingkan dengan jumlah warga Jabar, dalam hal ini pada jalur KRL Bogor-Jakarta dan Cikarang-Jakarta yang ulang-alik ke Jakarta. Setiap hari puluhan ribu warga Jabar menyerbu Jakarta dengan berbagai alasan, mulai dari bekerja, jualan, dan lain-lain sebagai komuter.

Komuter asal Jabar tentu saja kontak dengan warga Jakarta di kantor, pasar, dan kegiatan lain. Maka, sebaran virus corona di Jakarta terbanyak di kawasan Bodebek (Kabupaten dan Kota Bogor, Depok dan Kabupaten dan Kota Bekasi). Disebutkan 70% kasus virus corona di Jabar terdeteksi pada warga Bodebek.

Kondisi itu membuat Ridwan Kamil 'berkantor' di Kota Depok. Yang jadi masalah bukan soal gubernur berkantor di mana, tapi perkaliu warga Kota Depok dalam menerapkan protokol kesehatan. Razia yang gencar menggambarkan kepatuhan warga Kota Depok khususnya dan Indonesia umumnya yang sangat rendah dalam menerapkan protokol kesehatan (selalu memakai masker, menjaga jarak fisik dan mencuci tangan).

Kalau saja Ridwan Kamil berkaca ke Korea Selatan di mana salah satu kota di sana jadi tujuan utama pelancong asal Kota Wuhan, China, tapi bisa mengendalikan penyebaran virus corona.

Di awal Januari 2020 yang juga awal pandemi virus corona, yang terdeteksi pertama di Kota Wuhan, pelacong asal Wuhan, dengan penduduk 11 juta, yang berkunjung ke Jeju, Busan, Seoul dan Daegu untuk merayakan Tahun Baru.

Kalangan ahli memperkirakan ribuan pelancong Wuhan itu mengidap virus corona tanpa gejala. Sebelum otoritas China melakukan lockdown di Wuhan dan menghentikan penerbangan tanggal 21 Januari 2020, tujuh juta warga Wuhan melancong ke berbagai tujuan wisata di dunia.

Pemerintah Negeri Ginseng itu melalukan antisipasi yang komprehensif yaitu hanya warga yang berurusan langsung dengan wisatawan yang boleh keluar rumah. Tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan.

Maka, ketika ratusan ribu pelancong berkunjung ke Daegu, sebagai tujuan favorit warga Wuhan, warga yang keluar rumah hanya yang berurusan dengan kegiatan pariwisata, seperti transportasi, imigrasi, bandara, restoran dan hotel.

Korea Selatan beruntung karena warganya taat. Yang berurusan dengan pelancong Wuhan menerapkan protokol kesehatan, sedangkan yang tidak berkepentingan dengan pariwisata tetap di rumah saja.

Nah, kalau saja Ridwan Kamil berkaca ke Daegu tentulah tidak perlu melarang-larang warga Jakarta piknik ke Bopunjur karena warga Jakarta yang akan melancong ke Bopunjur paling ribuan tidak sampai ratusan ribu apalagi jutaan.

Daegu memanfaatkan pelacong Wuhan dengan pemasukan uang tanpa harus tertular virus corona. Sementara warga Bopunjur gigit jari karena pelacong sedikit yang tidak otomatis mengurangi risiko tertular virus corona melalui penularan lokal karena ketaatan warga menerapokan protokol kesehatan yang sangat rendah (Bahan-bahan dari: nytimes.com dan sumber-sumber lain). []

Berita terkait
Jumlah Covid-19 di Korea Selatan Disalip 72 Negara
Perkiraan banyak kalangan Korea Selatan akan jadi ‘neraka’ pandemi Covid-19 ternyata meleset bahkan 72 negara di dunia menyalip Korea Selatan
Covid-19 di Australia Menggeliat Salip Korea Selatan
Sampai awal Juli 2020 laporan kasus harian Covid-19 Australia sedikit, namun jumlah kasus terus bertambah yang akhinya salip Korea Selatan
Empat Klaster Penularan Virus Corona di Jawa Barat
Ada empat klaster penularan virus corona (Covid-19) di wilayah Jawa Barat karena ada peserta kegiatan tsb. yang terdeteksi positif Covid-19
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan