Cara Risma Semangati Siswa SMP Sekolah Tatap Muka

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menjadi bertindak menjadi guru saat simulasi sekolah tatap muka di SMPN 1 Surabaya.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat bertindak menjadi guru dalam simulasi sekolah tatap muka di SMPN 1 Surabaya, Selasa, 8 Desember 2020. (Foto: Tagar/Pemkot Surabaya)

Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini turun langsung memberikan semangat kepada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Surabaya dalam menjalani sekolah tatap muka dengan adaptasi kebiasaan baru (AKB). Meski demikian, sekolah tatap muka dilakukan masih dalam suasana simulasi.

Belasan pelajar kelas IX, SMPN 1 Surabaya tampak begitu antusias. Mereka dengan seksama mendengarkan setiap paparan atau materi pelajaran disampaikan Risma. Tak hanya pelajar di SMPN 1 Surabaya, namun seluruh pelajar kelas IX jenjang SMP juga mengikuti materi disampaikan Risma melalui online.

Persaingan kalian saat ini bukan antara pelajar SMPN 1 dengan SMP lain. Tapi persaingan kalian adalah dengan anak-anak di seluruh dunia. Itulah salah satu dampak globalisasi.

Saat itu, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), tentang dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari globalisasi. 

"Persaingan kalian saat ini bukan antara pelajar SMPN 1 dengan SMP lain. Tapi persaingan kalian adalah dengan anak-anak di seluruh dunia. Itulah salah satu dampak globalisasi. Jadi kalian harus sehat, kalian harus kuat, supaya bisa mengalahkan mereka," kata Risma di sela paparannya.

Baca juga:

Bagi Risma, menjadi sosok pengajar atau guru bagi pelajar Surabaya bukanlah pertama. Sebab, sebelumnya, ia sempat beberapa kali menjadi pengajar sekolah daring bagi anak-anak Surabaya.

"Sebetulnya ini bukan pertama kali aku ngajar. Ini pertama kali anak-anak (simulasi) masuk sekolah. Mungkin mereka agak terlalu lama libur, jadi kemudian kita ajari pertama yang ringan-ringan dulu termasuk pelajaran saya," tuturnya.

Selain Risma, nantinya akan ada beberapa tokoh lain yang bakal menjadi pengajar dalam simulasi sekolah tatap muka. Salah satunya adalah Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta. 

"Nanti ada beberapa tokoh, Pak Kapolda Jatim juga nanti akan mengajar," kata dia.

Menurut dia, paling penting dalam simulasi ini adalah bagaimana membangkitkan kembali semangat anak-anak belajar di sekolah. Sebab, anak-anak sudah lama tidak menerima pembelajaran langsung secara tatap muka. 

"Mungkin biasanya juga ada yang masih tidur. Sekarang mereka harus dalam posisi ini kan (duduk di kelas), biasanya mereka gerak-gerak, mungkin juga bosan dia tadi, satu jam duduk," ucapnya.

Ia menilai, simulasi sekolah tatap muka ini dapat menjadi pendorong atau penyemangat belajar bagi anak-anak di masa transisi. Sehingga ketika sekolah nanti resmi dibuka, anak-anak kembali terbiasa disiplin dengan proses pembelajaran tatap muka. 

"Mungkin bisa untuk masa transisi. Tapi nanti kalau lama-lama mereka sudah biasa. Cuma kan mereka harus kita ajarkan disiplin, supaya tidak reborn. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," tutur dia.

Risma menyebut melalui simulasi ini diharapkan mendapat suatu gambaran bagaimana untuk evaluasi pelaksanaan ke depannya. Bagi dia, simulasi ini juga menjadi experience atau pengalaman bagi Pemerintah (Pemkot) Kota Surabaya untuk pelaksanaan sekolah tatap muka bagi jenjang pendidikan lain. 

"Sebetulnya sudah bagus, protokolnya sudah kita lakukan, kan kita tidak boleh lengah, namanya juga anak-anak," tuturnya.

Ia menyatakan, meski vaksin Covid-19 sudah ada, nantinya konsep sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan ketat ini akan terus dilakukan. Bahkan, untuk mendukung hal ini, pihaknya melibatkan ahli kesehatan masyarakat. 

"Saya minta seluruhnya meskipun ada vaksin protokol kesehatan tetap dijalankan. Alhamdulillah, simulasinya sudah disiapkan dan itu juga yang diminta oleh perguruan tinggi, ilmu kesehatan, itu agar ada simulasi supaya ada experience," kata dia.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo menyatakan pelaksanaan simulasi yang diikuti 14 SMP Negeri dan Swasta Surabaya di hari kedua ini berjalan sesuai rencana. Jumlah siswa yang dihadirkan di setiap sekolah disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah.

"Alhamdulillah hari kedua semuanya berjalan sesuai rencana. Mungkin karena jumlah siswa yang kita hadirkan ini terukur. Sehingga kemudian hal-hal yang mungkin akan terjadi bisa kita antisipasi," kata Supomo.

Menurut dia, hal yang sulit dalam pelaksanaan sekolah tatap muka itu ketika nanti jumlah siswa kembali normal. Meskipun ketika nanti sekolah resmi dibuka jumlah siswa dihadirkan maksimal setengah dari total pelajar ada di masing-masing sekolah.

"Yang sulit itu nanti kemudian jumlah siswa normal, karena kita nanti akan lakukan itu paling banyak separuh dari jumlah siswa yang ada di masing-masing sekolah. Jadi sampai dengan saat ini berjalan sesuai dengan rencana," ucap dia.

Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya ini menyebut, selain 14 sekolah yang melaksanakan simulasi, saat ini lembaga pendidikan lain juga sedang berupaya memenuhi SOP protokol kesehatan yang telah ditentukan. Seperti, sarana prasarana di sekolah, pernyataan dukungan dari orang tua murid serta komite sekolah, hingga penyiapan Satgas Covid-19 di masing-masing sekolah.

"Yang sekarang ini sedang berjalan di semua sekolah seperti ini. Harapan kami di Januari 2020, mereka juga bisa melakukan yang sama. Dan mereka juga akan mengawali di Januari 2020 itu dengan kegiatan simulasi," ucapnya.[]

Berita terkait
Pasien Covid-19 RSKLI Surabaya Terancam Kehilangan Hak Pilih
Kepala RSKLI Surabaya mengaku belum ada orang KPU Surabaya melakukan koordinasi dan pendataan pasien Covid-19 memiliki hak pilih di Pilkada.
Bawaslu Surabaya Tindak Lembaga Survei Tak Terdaftar di KPU
Bawaslu Surabaya akan menindak lembaga survei tidak terdaftar di KPU jika melakukan Quick Count Pilkada Surabaya. Hanya 5 lembaga survei terdaftar.
Jembatan Joyoboyo, Pemkot Surabaya: Sudah 96 Persen
Dinas PU, Bina Marga, dan Pematusan Surabaya mengatakan pembangunan Jembatan Joyoboyo melengkapi pembangunan jembatan era Tri Rismaharini.