Cara Gadis Cilacap Bertarung Melawan Pagebluk

Seorang gadis berusia 20 tahun dari Cilacap, Jawa Tengah, terpaksa berhenti dari pekerjaannya akibat pandemi. Ini yang dilakukannya saat ini.
Indah Dwi Puspita Sari, 20 tahun, sibuk menyiapkan makaroni pesanan pelanggannya, Rabu, 2 Desember 2020. (Foto: Tagar/Mia Setya Niingsih)

Cilacap – Gadis berusia 20 tahunan terlihat sibuk meski matahari belum mampu menghangatkan dinginnya pagi. Wajah gadis bernama Indah Dwi Puspita Sari itu mengilap oleh keringat akibat kesibukannya, Rabu, 2 Desember 2020. Membuat kulitnya yang berwarna sawo matang tampak lebih eksotis.

Indah berdiri membelakangi etalase kaca di bagian depan warung milik ibunya. Dia menghadap ke sebuah meja kayu berukuran cukup besar, yang di atasnya tertata rapi beberapa jenis cemilan berbahan dasar makaroni.

Jemari lentiknya berjibaku dengan toples-toples kotak dari plastik berukuran kecil. Dia tak sempat lagi mengikat tali jilbabnya yang menjuntai di samping kanan dan kiri kepalanya. Penampilannya pagi itu seolah bukan menjadi hal penting. Jauh lebih penting menyelesaikan pesanan para pelanggan makaroninya, memasukkannya ke dalam kotak dan mengikatnya dengan karet gelang agar lebih rapat tertutup.

Tidak terlalu jauh dari tempat Indah berdiri membungkus makaroni, Laily, sang ibu duduk di kursi kecil dari kayu. Di hadapannya terdapat wajan berisi makaroni yang sedang digoreng di atas tungku kompor gas. Asap tipis berwarna putih mengepul dari situ, menandakan suhu yang cukup panas, dan menebarkan aroma gurih dari makaroni di dalam wajan.

Berhenti Kerja Akibat Pandemi

Hampir setiap pagi ibu dan anak warga Desa Sidareja, Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap ini rutin melakukan aktivitas yang sama, tepatnya sejak Agustus 2020. Laily dan Indah berbagi tugas, menggoreng serta membungkus makaroni untuk diantarkan pada para pemesan.

Usaha ini digeluti Indah beberapa setelah dirinya berhenti bekerja. Dulunya dia bekerja sebagai tenaga pemasaran obat herbal di kotanya akibat pandemi Covid-19.

Dulu jadi marketing obat herbal, tapi pas maraknya pandemi berhenti.

Sebelum akhirnya memilih untuk berbisnis cemilan berbahan makaroni yang viral di kalangan anak muda, Indah pernah mencoba mengikuti jejak sang kakak menjadi seorang gamers.

Namun rupanya menjadi seorang gamers yang hanya berdiam diri di dalam kamar bukan hal yang menyenangkan untuk Indah.

“Tapi bunek (suntuk) di kamar bae (saja) kerjanya, nggak ada teman,” ujar Indah. Akhirnya dia memiliki ide untuk menjual makaroni, yang pernah dilakukannya saat libur ketika masih duduk di bangku SMA.

Cerita Gadis Penjual Makaroni (2)Laily, 52 tahun, ibu kandung Indah, sedang menggoreng makaroni di rumahnya, Rabu, 2 Desember 2020. (Foto: Tagar/Mia Setya NIngsih)

Saat kembali menjual makaroni itu, Indah hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 100 ribu sebagai modal awal menjual makaroni. Dia menjual cemilan buatannya melalui akun media sosial miliknya, seperti Facebook, Whatsapp, dan yang terakhir adalah Instagram dengan nama @tarins.food.

Ide bisnis yang awalnya hanya bermodal 100.000 rupiah kini sudah memiliki omset Rp 3 jutaan per bulannya.

“Dulu, modal Rp 100 ribu itu ngerasa gede banget mbak, soalnya yang laku paling cuma 1, 2. Sekarang Alhamdulillah bahan sekali beli kiloan semua, sampai mie lidi restok 15 kg udah berani” ucapnya mengenang.

Sambil melanjutkan kegiatannya, Indah melanjutkan ceritanya. Kata dia, proses produksi cemilan itu tergantung pada jumlah orderan. Jika orderan sedang banyak, produksi biasa dilakukan sejak pagi hingga sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah itu dia mendistribusikan cemilan buatannya hingga pukul 17.00.

Selain makaroni, Indah menjual berbagai macam olahan makanan seperti Mie Lidi, Mie Gepeng, dan Seblak kering. Proses pengolahan dari semua jenis cemilan itu terbilang mirip meski ada sedikit perbedaan. Untuk proses pengolahan mie lidi, mie gepeng dan makaroni bantet, yaitu bisa langsung di goreng dari bahan baku yang ia beli dalam bentuk mentah.

Sementara, makaroni kriuk, harus melewati proses perebusan makaroni dahulu sebelum di goreng. Hal ini bertujuan agar makaroni renyah saat dimakan. Sedangkan untuk seblak kering, kerupuk harus direndam dulu dengan minyak goreng agar nanti saat digoreng tidak mengembang.

Indah memiliki cita-cita untuk membuka pusat oleh-oleh kuliner khas Cilacap di Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap. “Pokoknya sekarang fokus buat ngumpulin modal dulu,” ujarnya sambil tertawa.

Saat ini Indah mengaku belum berkeinginan untuk kuliah. meskipun ia mengakui kuliah juga penting, ia menyebut saat ini masih ingin fokus dengan bisnisnya. Karena menurutnya, usaha ini baru saja ia rintis dan belum menghasilkan apa–apa.

Dukungan Sang Ibu

Semangat Indah untuk menjual semakin besar saat sang ibu menyatakan dukungan dan membantunya menggoreng. Bahkan orang tuanya menyediakan warung kecil untuk Indah menjual.

Sang ibu, Laily, 52 tahun, mengatakan, dirinya dan keluarga pasti bersedia membantu jika Indah telaten dan bersungguh-sungguh dalam berwirausaha.

“Yang penting kalau mau apa-apa ditelateni, didukung,” ucapnya.

Laily menambahkan, dirinya sengaja membantu Indah dalam menggoreng makaroni, agar Indah memiliki lebih mudah dan fokus dalam mengemas produk pesanan dari konsumen. Ia tidak ingin ada konsumen yang kecewa jika pesanan yang dibuat tidak sesuai akibat Indah yang tidak fokus mengemas produk.

Cerita Gadis Penjual Makaroni (3)Beberapa jenis makaroni yang dijual oleh Indah. (Foto: Tagar/Mia Setya Ningsih)

Meski baru berjalan beberapa bulan, Indah sudah memiliki pelanggan tetap. Selain rasa yang enak, makaroni buatannya juga dijual dengan harga yang sangat terjangkau dan dalam beberapa ukuran kemasan.

Dengan harga Rp 10 ribu, pelanggan sudah mendapatkan makaroni boks ukuran 500 ml. Sementara, ukuran standing pouch kecil, dijual dengan harga Rp 2.500.

Rara, salah satu konsumen mengaku sudah menjadi langganan Indah karena rasanya yang enak.

“Rasanya enak, bisa di-mix lagi dalam satu boks, jadi langganan beli di sini,” ujar Rara.

Sementara seorang pelanggan lainnya, Uci, mengaku menyukai makaroni buatan Indah karena selalu renyah dan baru dibuat setelah ada pesanan.

Uci mengaku mengenal makaroni buatan Indah dari marketplace di Facebook. Saat membuka iklan yang ditawarkan, Uci melihat lokasi tempat Indah menjual tidak terlalu jauh dari umahnya. Selain itu harga yang ditawarkan oleh Indah dinilainya lebih murah daripada kuliner lain yang sejenis.

Setelah sekali mencoba makaroni buatan Indah, Uci kemudian menjadi pelanggan tetap. Sebab rasanya cocok dengan selera gadis ini.

Walaupun sudah memiliki pelanggan tetap, bukan berarti Indah tidak mengalami kendala dalam menjual makaroni buatannya. Indah masih sering mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari calon konsumennya.

Terkadang ada konsumen yang menawar dengan harga yang sangat rendah atau menolak lokasi bertemu yang ditentukan. Banyak juga calon konsumen yang menolak memberikan ongkos kirim atau uang jasa pengantaran, karena mereka menilai jarak warungnya dekat dengan rumah konsumen tidak jauh. Hal-hal semacam itu menjadi tantangan tersendiri untuk Indah.

Jika menurutnya hal tersebut tidak sebanding dengan usahanya, Indah akan dengan lembut menolak untuk memenuhi pesanan konsumen. Bukan berarti itu menolak rezeki, namun ia percaya rezeki tidak akan tertukar. Jika harga yang ia tetapkan masih kurang cocok dengan calon pembeli, maka ia menyimpulkan calon pembeli tersebut bukanlah target pasarnya. []

(Mia Setya Ningsih)

Berita terkait
Mimpi dan Asa Oting Pembuat Naga Emas PVC di Bogor
Seorang warga Bogor, Jawa Barat memroduksi kerajinan dari limbah pipa PVC. Salah satunya adalah naga berwarna emas yang jadi masterpiece.
Malam-malam Sibuk di Kampung Perajin Ondel-Ondel Betawi
Cerita para perajin ondel-ondel di Jakarta yang pesanannya menurun drastis sejak pandemi, juga tentang aktivitas mereka mengamen membawa ondel.
Peternak Kambing yang Berbisnis Ikan Cupang di Jakarta
Seorang peternak kambing di Jakarta mencoba peruntungan dengan menjadi pembudidaya dan penjual ikan cupang yang sedang viral.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina