Cara Dinas Pertanian Taput Antisipasi Dampak Kemarau

Begini cara Dinas Pertanian Tapanuli Utara (Taput) mengantisipasi dampak kemarau yang tengah melanda Sumatera Utara.
Tanaman sayuran milik petani di dusun I desa Parhorboan mulai terdampak kemarau, Selasa, 3 Juli 2019. (Foto: Tagar/ Jumpa P Manullang)

Tarutung - Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara (Sumut) instruksikan seluruh koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian yang tersebar di 15 kecamatan, agar melakukan pemantauan langsung dampak kemarau di wilayah kerjanya.

"Kita sudah menginstruksikan 7 poin atensi bersama menghindari kerugian keluarga petani akibat dampak kemarau ini," kata Kepala Dinas Pertanian Tapanuli Utara, Sondang E Y Pasaribu kepada Tagar, Jumat, 5 Juli 2019.

S E Y Pasaribu mengatakan, sudah menginstruksikan seluruh PPL untuk lebih aktif turun ke lapangan memantau dan mendata pertanaman yang mengalami kerusakan. Sekaligus menghimbau para petani untuk menunda jadwal tanam komoditi semusim (padi gogo, palawija, dan sayuran) hingga menjelang musim penghujan yang diprediksi berlangsung akhir Agustus sampai September 2019 ini.

Penggunaan mulsa dari sekam dan bahan tanaman lainnya untuk menjaga kelembaban dan mengurangi evaporasi yang berlebihan. Serta mendayagunakan sumber-sumber air yang berada dekat lokasi pertanaman untuk penyiraman.

"Agar selalu membantu penyiraman lahan petani dengan pompa bantuan yang tersedia dan segera secara on line melaporkan hasil pemantauan dari seluruh PPL agar dilaporkan dalam WhatsApp Grup Statistik Pertanian Taput, paling lambat pukul 18.00 terhitung mulai hari ini," terang SEY Pasaribu.

Baca juga: Kemarau Landa Taput, Petani Terancam Gagal Panen

Pantauan Tagar dalam tiga minggu terakhir kemarau melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut. Petani mulai khawatir kondisi tanaman mereka dan ancaman gagal panen.

Charles Lumbantoruan, 35 tahun, salah seorang petani sayuran dari Dusun I Desa Parhorboan, Kecamatan Pagaran merasakan dampak kemarau.

"Akibat kemarau masa panen jadi terganggu. Kemarau hampir tiga minggu sangat mengganggu. Tekstur tanah gersang," kata ayah tiga anak itu, Rabu 3 Juli 2019.

Tanaman cabai, tomat, buncis dan sayuran kol milik warga tampak menguning dan layu akibat panas terik sepanjang hari.

Hal serupa dialami petani di Desa Lumban Silintong di kecamatan tersebut. Untuk mengantisipasi gagal panen, sebagian petani menggunakan mesin penyedot, untuk memenuhi kebutuhan air.

"Masa pertumbuhan jelas terganggu akibat musim kemarau. Namun tetap kita upayakan dengan mesin penyedot air dari tali air pertanian ini," kata H Purba, 41 tahun, seorang petani cabai di Dusun III, Desa Lumban Silintong.

Sementara Rudianto Purba, 32 tahun, petani tembakau di Pagaran juga merasakan dampak kemarau pada musim tanam. Empat ribu batang bibit tembakau miliknya sudah siap tanam.

Baca juga: Gubsu Tak Tahu Ada Galian C Ilegal di Taput

"Untuk mengantisipasi gagal tanam, kami petani tembakau sangat membutuhkan mesin penyiram dari sumber air di sungai, jika tidak akan gagal tanam pada musim ini," katanya.

Untuk diketahui Kecamatan Pagaran terdiri dari puluhan desa, rata-rata penduduknya menggeluti pertanian hortikultura.

Daerah ini merupakan pemasok ragam sayuran ke pasar-pasar tradisional di Sumut dan Riau. []

Berita terkait