Untuk Indonesia

Capeknya Jadi Menteri di Era Jokowi

Periode kedua ini bukan lagi Kabinet Kerja, tetapi Kabinet Kerja Keras. Kalau lembek, ya silakan keluar. Ulasan opini Denny Siregar.
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kanan), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo (kedua kanan) meninjau ruas jalan Trans Jawa di Interchange Bandar kilometer 671, Jombang, Jawa Timur, Kamis (20/12/2018). Peresmian tujuh ruas jalan tol Trans Jawa oleh Presiden Joko Widodo menandai terhubungnya Tol Merak hingga Surabaya. (Fto: Antara/Puspa Perwitasari)

Oleh: Denny Siregar*

"Gua gak kuat jadi menteri di era Jokowi. Capek, bos."

Adian Napitupulu ketawa saat ditanya mau gak jadi menteri Jokowi? Ia didaulat teman-teman aktivis 98 untuk menjadi menteri karena perjuangannya saat menjadi juru bicara di masa kampanye Pilpres 2019.

Memang jadi menteri di era Jokowi tidak seenak jadi menteri di era Presiden sebelumnya. Kalau dulu, jadi menteri adalah posisi yang bisa dibanggakan sekaligus jadi ajang untuk mencari kekayaan diri.

Jadi teringat pada masa Soeharto, bahkan satu keluarga besar bisa menunggu di depan telepon sambil mengundang wartawan, dengan perasaan deg-degan menunggu deringan. Beda dengan era Jokowi, menjadi menteri bisa jadi posisi yang mengerikan.

Bayangkan, menteri harus siap dipanggil setiap saat tanpa ada waktu libur walau sehari. Belum lagi kalau mengiringi Jokowi ke mana pun pergi mengunjungi proyek-proyek yang mereka kerjakan. Sehari bisa dua tiga kunjungan beda wilayah. Belum lagi menteri harus bertanggung jawab terhadap target yang sudah ditetapkan.

Untuk periode kedua ini, Jokowi ingin membentuk kabinet baru berisi orang-orang muda yang mau kerja keras dengannya. Ini bukan lagi Kabinet Kerja, tetapi Kabinet Kerja Keras. Kalau lembek, ya silakan keluar.

Dua menteri yang cuma teori doang sudah terpental, Anies Baswedan dan Rizal Ramli. Mereka dianggap tidak ada kerjanya, banyak kata dan ngeles ke mana-mana. Tapi kalau ada wartawan, wah lagaknya paling pintar.

Karena itu untuk periode kedua ini, Jokowi ingin membentuk kabinet baru berisi orang-orang muda yang mau kerja keras dengannya. Ini bukan lagi Kabinet Kerja, tetapi Kabinet Kerja Keras. Kalau lembek, ya silakan keluar.

Siapa saja calon menteri usia muda yang pantas di era Jokowi?

Ternyata banyak. Ada Grace Natalie. Ada Nadiem Makarim pemilik Gojek. Ada juga Yenny Wahid. Tsamara Amany juga katanya dilirik. Selain itu, nama-nama para "pangeran" juga muncul. Ada Diaz Hendropriyono. Ada Agus Harimurti Yudhoyono. Malah ada Angela Tanoesoedibjo. Kalau dari nama belakangnya, tahu kan siapa aja mereka?

Okelah, nama-nama itu boleh dikeluarkan dan ditawarkan kepada Jokowi sebagai calon menteri muda. Masalahnya, bisakah mereka ikut ritme kerja Jokowi yang gila-gilaan?

Jangan-jangan nanti napas mereka menggas menggos jalan iringi Jokowi di belakang Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR yang energik. "Capek, Pak," kata seorang calon muda sambil memperbaiki alis mata yang sudah tidak sempurna termakan keringat dan debu jalanan. Atau terpincang-pincang karena high heels dipakai blusukan ke pasar.

"Mereka belum tahu aja, kalau kerja ma Jokowi itu kaki di kepala dan kepala di kaki," bisik seorang teman yang pernah menemani seorang menteri mengiringi Jokowi. "Emang enakkk," tawanya terbahak.

Saya senyum-senyum saja. Mungkin harus begitu. Diuji dulu di lapangan. Nanti lihat siapa yang melambaikan tangan di depan kamera.

"Nyerah, Pak... nyerah... saya mending di rumah sambil seruput kopi aja."

Dan Jokowi pun tertawa.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.