Cantiknya Kuning Mekar Tabebuya di Purwokerto

Kuning bermekaran bunga tabebuya membuat cantik sudut-sudut Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Membuat nyaman pejalan melintas.
Kuning mekar tabebuya membuat cantik wajah Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis, 31 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Purwokerto - Kuning bermekaran bunga tabebuya membuat cantik sudut-sudut Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Asri dan rindang meneduhkan mata, menyejukkan pejalan yang melintas di kawasan Jenderal Soedirman.

Pesona tabebuya membuat decak kagum Alfian Ihsan 30 tahun. Pemilik kafe di Dukuh Waluh Purwokerto ini berharap pemerintah setempat menambah tanaman tabebuya di banyak ruas jalan lain. 

Ia juga ingin trotoar kota diperlebar dengan tambahan tempat duduk yang elok di sisi jalan dan sisi tanaman.

“Saat ini tanaman tersebut hanya ada di pusat kota, di jalur padat, jalur bisnis Purwokerto. Kalau kita selfie, yang tampak bukan hanya bunga mekar, tapi juga pemandangan toko," kata Alfian kepada Tagar, Rabu, 13 November 2019.

Alfian ingin trotoar lebar supaya suasana Jepang hadir di tanah kelahirannya ini. Ia melihat masih banyak spot yang bisa ditanami tabebuya untuk memperindah kawasan.

Selain dekat kampus, spot lain yang layak ditanami tabebuya, kata Alfian, lokasi dekat taman kota di antaranya Andhang Pangrenan, Taman kota Satria di Berkoh, dan jalan arah Taman Balai Kambang.

Pagi hari lalu lintas masih lengang, di situ kita bisa menikmati suasana indah dan atmosfer menyejukkan.

Tabebuya PurwokertoKuning mekar tabebuya membuat cantik wajah Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis, 31 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Suci Athien 32 tahun, warga Bobosan, Purwokerto Utara. Ia menikmati keindahan tabebuya saat kegiatan car free day di alun alun Kota Purwokerto. Hanya perlu berjalan sedikit ke arah timur, tampaklah hamparan pesona tabebuya.

Ia menyebut pagi hari, waktu tepat memanjakan diri dengan keindahan tabebuya.

“Pagi hari lalu lintas masih lengang, di situ kita bisa menikmati suasana indah dan atmosfer menyejukkan, “ tutur Suci.

Suci berdasar pengamatan melihat Purwokerto bagi banyak kalangan memang kota yang nyaman untuk bertempat tinggal. Bahkan tidak jarang mahasiswa yang pernah kuliah di Purwokerto kemudian hari memilih hidup di Purwokerto. Begitupun dengan orang-orang yang pernah bertugas di Purwokerto, setelah pensiun sebagian dari mereka memilih tinggal di Purwokerto.

Arigus Wahyu 34 tahun, seorang guru SMP di Purwokerto. Ia juga pengagum tabebuya dan berharap jumlah tanaman yang bunganya mirip sakura ini diperbanyak memenuhi semua ruas jalan di Purwokerto.

Ia berpesan kepada pemerintah setempat utamanya yang menangani pertamanan, harus cermat dalam menggunakan anggaran. Ia mendukung yang selama ini telah berjalan, pemerintah fokus merawat tabebuya, menyiraminya saat musim kemarau, mengganti pot dan memangkas rumput secara berkala.

Tabebuya PurwokertoKuning mekar tabebuya membuat cantik wajah Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis, 31 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Tanaman tabebuya adalah bagian dari upaya pemerintah setempat menciptakan apa yang populer disebut green environtment atau pembangunan dengan pendekatan ramah lingkungan. 

Wajah Purwokerto yang sekarang, sangat berbeda dengan 10 tahun lalu. Dulu Purwokerto masih sangat sejuk dan Baturraden terasa sangat dingin. Tapi saat ini cuaca panas. 

Penghijauan dengan di antaranya menanam banyak tabebuya dimaksudkan untuk mencipatakan kembali kesejukan. Juga keindahan.

Menyusuri Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto kini terhampar pemandangan indah menyejukkan mata. Kemarau gersang berlalu, kini kawasan itu terasa lebih sejuk. Karena kini pohon hias dan peneduh yang ditanam di sepanjang jalan, sedang mekar berbunga.

Bunga tersebut yaitu tabebuya. Warna kuningnya secara serentak bermekaran di sepanjang dua kilometer di Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto. Mulai dari perempatan 'Srimaya' sebelah timur alun-alun hingga pertigaan 'posis' sebelum bundaran patung Gatot Soebroto di Kelurahan Berkoh. 

Mekarnya bunga tabebuya kuning berasal dari Brasil itu meneduhkan, menenangkan, menambah cantik tepian ruas protokol. Berjalan di trotoar kawasan ini serasa sedang berada di Jepang.

Tabebuya PurwokertoKuning mekar tabebuya membuat cantik wajah Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis, 31 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Ahli taksonomi tumbuhan dari Universitas Soedirman, Dr. Pudji Widodo, MSc, menjelaskan tabebuya dalam Bahasa Latin Handroanthus chrysotrichus. Tabebuya kuning atau pohon terompet emas termasuk Suku Bignoniaceae berasal dari Brasil, Amerika Selatan.

Tanaman itu bisa menjadi pohon yang besar bila dibiarkan tumbuh puluhan tahun. 

Tabebuya sering dikira tanaman sakura oleh kebanyakan orang. Karena bentuk bunga sekilas memang mirip sakura, mekar dalam jumlah banyak, lebih dominan dari jumlah daun.

Namun sebenarnya tabebuya dan sakura sangat berbeda.

Pohon tebebuya memiliki kelebihan di antaranya daun tidak mudah rontok. Saat musim berbunga, bunganya terlihat sangat indah dan lebat. Akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berdekatan dengan bangunan. 

Sehingga tabebuya sangat cocok sebagai tanaman peneduh jalan yang rindang di perumahan atau pertokoan di sepanjang jalan.

Genus tabebuya atau tabebuia meliputi 74 spesies. Di antaranya tabebuia aurea dengan bunga warna kuning, tabebuia rosea dengan bunga warna pink, tabebuia pallida dengan bunga warna putih atau pink muda.

Bunga tabebuya berbentuk terompet dengan panjang tiga sampai sebelas sentimeter, sehingga dimasukkan dalam Bignoniaceae. 

Berbeda dengan bunga sakura atau dalam Bahasa Latin Prunus serrulata atau disebut cherry blossom yang mahkota bunganya berlepasan, dan termasuk Suku Rosaceae atau mawar-mawaran yang tidak berbentuk terompet.

***

Pada pertengahan dan akhir Oktober 2019 bunga tabebuya sedang mekar di berbagai kota di Jawa. Di Purwokerto tanaman ini menjadi sorotan karena merupakan tanaman peneduh dan hias yang mengalami bloom di sepanjang Jalan Soedirman yang merupakan jalan utama di Purwokerto.

“Jika sedang mekar memang terlihat indah. Ini jelas menambah keindahan kota. Perlu dikembangkan lagi di jalan-jalan yang lain,” ujar Pudji.

Pohon tabebuya ditanam pada era kepemimpinan Bupati Mardjoko periode lalu, dan kini masyarakat bisa menikmati keindahan bunga tersebut. Selain menanam tabebuya, Bupati Mardjoko juga membuat beberapa lokasi taman yang kini manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.

Taman tersebut yaitu Andhang Pangrenan, yang sebelumnya terminal disulap menjadi taman. Selanjutnya Balai Kambang yang kini juga jadi alternatif masyarakat untuk rehat maupun berwisata dengan keluarga.

Selain menanam bunga tabebuya, di era tersebut juga dilakukan pelebaran Jalan dr Angka. Sebelumnya jalan tersebut dibuat dua lajur dengan pemisah di sisi kanan dan kiri sehingga terkesan sempit.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas selain menarik perhatian dengan tabebuya, juga memperbarui pot.

Kepala Bidang Pertamanan DLH Banyumas, Widodo Sugiri, mengatakan pihaknya akan mengganti 100 pot tanaman tabebuya.

Dari kebutuhan 100 pot, 70 pot bisa segera dipasang. Untuk menjaga pot awet akan dibuat pot pengganti terbuat dari beton bertulang, sehingga bisa lebih tahan lama.

Untuk menjaga kesehatan tabebuya, Widodo mengatakan pihaknya rutin melakukan perawatan, penyiraman saat musim kemarau dan pemupukan.

Tanti 35 tahun, seorang warga asal Pasir Muncang Purwokerto Barat. Ia tidak menyia-nyiakan momentum mekar tabebuya. Ia menyenangkan hati berswafoto sepuasnya dengan latar bunga tabebuya.

“Bunganya sangat indah. Bagus untuk foto-foto,” kata Tanti. []

Baca tulisan lain:

Berita terkait
Pohon Angsana di Jalan Cikini Raya Diganti Tabebuya
Pohon yang dulunya rindang di sepanjang trotoar Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat kini telah ditebangi.
Kusir Setia Penjaga Bendi di Kota Padang
Keberadaan bendi di Kota Padang kian tak dilirik penumpang. Namun masih ada kusir yang setia menjaga bendi agar tak punah dilindas zaman.
Selamat Jalan Djaduk Ferianto, Guru Toleransi Umat
Petra, istri almarhum Djaduk Ferianto, mendekap foto mendiang suaminya. Dia mengantarkannya ke peristirahatan abadinya, Rabu, 13 November 2019.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.