Cahaya Hidup Hikmat Berawal dari Balai Wyata Guna Bandung

Hikmat, pria berusia 40 tahun. Ikhlas memiliki fisik terbatas mengantarnya pada cahaya hidup, dan ini berawal dari Balai Wyata Guna Bandung.
Hikmat, 40 tahun, seorang alumni Penerima Manfaat (PM) Balai Disabilitas Netra “Wyata Guna” Bandung. (Foto: Tagar/Kemensos RI)

Jakarta - Hikmat, seorang pria berusia 40 tahun, alumni Penerima Manfaat (PM) Balai Disabilitas Netra 'Wyata Guna' Bandung. Mantranya dalam meraih sukses adalah ikhlas memiliki fisik terbatas. Dengan ikhlas, ia menemukan jalan hidup terbaik.

Pada 2004 Hikmat mengikuti pelatihan di Balai Wyata Guna dan ia memanfaatkan kesempatan emas dengan tekun dan giat belajar agar bisa terus berkembang.

Usai berjuang dengan keras, Hikmat pun lolos dari pelatihan dengan bekal ilmu memijat shiatsu. Mulailah ia magang di Rumah Bugar, tempat pelatihan pijat shiatsu dan massage, milik Balai Wyata Guna.

Beres magang sedikit-sedikit mengumpulkan modal dan membangun relasi.


HikmatTempat usaha Hikmat, 40 tahun, seorang alumni Penerima Manfaat (PM) Balai Disabilitas Netra “Wyata Guna” Bandung. (Foto: Tagar/Kemensos RI)


“Mulai karier saat jadi PM di Balai dan mengikuti pelatihan memijat shiatsu, lalu magang di Rumah Bugar. Beres magang sedikit-sedikit mengumpulkan modal dan membangun relasi,” ujar Hikmat di Bandung, Jumat, 21 Mei 2021.

Berbekal pelatihan dan magang Hikmat memberanikan diri dan membuka usaha klinik pijat yang diberi nama “Paradise” pada 2006 dan hingga sekarang sukses membuka lapangan kerja bagi para disabilitas netra lainnya.

Seiring perkembangan usaha yang terus maju, Hikmat mempekerjakan sembilan orang terapis disabilitas netra di kliniknya. Salah satunya Atep 53 tahun yang mengaku dalam sebulan menangani hingga tujuh puluh pasien.


Hikmat
Tempat usaha Hikmat, 40 tahun, seorang alumni Penerima Manfaat (PM) Balai Disabilitas Netra “Wyata Guna” Bandung. (Foto: Tagar/Kemensos RI)


“Alhamdulillah saya kerja di sini sudah kurang lebih 11 tahun dan dalam sebulan menangani 70 pasien. Dari situlah mendapatkan penghasilan dan itu sudah cukup,” ujar Atep.

Penuturan pasien tetap klinik pijat shiatsu mengaku puas dengan pelayanan para terapis. Misalnya diungkpakan Nandang, 38 tahun, dalam sepekan ia bisa dua kali datang dan merasa puas dengan layanan terapisnya.

“Layanan di sini cukup memuaskan, saya merasa setelah dipijit badan terasa lebih ringan. Ke sini sepekan dua kali dan terkadang setiap hari kalau lagi badan capek banget, ” ucap Nandang.

Saat pandemi Covid-19 tidak dipungkiri, usaha pijat shiatsu mengalami penurunan. Terlebih dalam praktik pijat shiatsu kontak secara fisik. Ke depan, Hikmat berharap pandemi segera berakhir dan usaha kembali normal.

Sebelum terjadi pandemi Covid-19, di terapis pijat shiatsu “Paradise” melayani kurang lebih 500 pasien dalam sebulan.

Ikhlas bagi Hikmat tak sekadar sukses dengan klinik “Paradise”, tapi mantra dalam hidupnya mulai 'bercahaya terang' usai mengikuti pelatihan dan penguatan mental di Balai Disabilitas Netra “Wyata Guna” Bandung. []


Baca juga: Kemensos Majukan Ekonomi Masyarakat Melalui PKH




Berita terkait
Raker: Mensos Jelaskan Upaya Tingkatkan Kredibilitas Data
Menteri Sosial Tri Rismaharini menggelar rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI terkait penduduk miskin untuk memastikan kredibilitas data.
Mensos Salurkan Donasi untuk Penyintas Siklon Seroja di NTT
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi Nusa Tenggara Timur, pagi ini untuk menyalurkan bantuan dan donasi dari berbagai pihak.
Kemensos Respons Cepat Keluarga dengan Disabilitas Berat di Kupang
Kementerian Sosial melalui Balai Anak Naibonat Kupang, merespons kondisi tiga anak yatim piatu penyandang disabilitas berat di Kupang NTT.