Buruh Wanita Tangerang Jadi Pondasi Keluarga di Masa Pandemi

Seorang buruh wanita di Tangerang menjadi tulang punggung keluarga di masa pandemi. Selain beerja di pabrik, dia juga membuka warung bersama suami.
Arya Ditha Prariwa, 27 tahun, seorang buruh pabrik yang membuka usaha sampingan untuk memnuhi kebutuhan hidupnya. (Foto: Tagar/Danti Aulia Ardianti)

Tangerang – Wajah Arya Ditha Prariwa tampak ceria hari itu, Kamis, 17 Desember 2020. Dia sedang beristirahat di salah satu warung di depan pabrik tempatnya bekerja, sambil menikmati makanan ringan yang tersaji.

Ditha, sapaan akrabnya, terlihat santai dalam balutan pakaian bergaya kasual. Kaus lengan panjang berwarna pink lembut berlengan hitam tampak serasi dengan hijab hitamnya. Gigi putihnya yang berderet rapi sedikit terlihat saat Ditha tersenyum.

Tidak jauh dari tempat Ditha sejumlah rentengan minuman ringan kemasan saset tergantung di depan meja warung, berdekatan dengan blender dan sedotan plastik.

Perempuan berusia 27 tahun tersebut adalah buruh di salah satu pabrik yang bergerak dibidang industri pembuatan komponen sepatu olahraga dengan merek cukup terkenal, di kawasan industri Nambo Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.

Gaji Tak Cukup Penuhi Kebutuhan

Ditha sudah menetap di Tangerang selama 12 tahun. Sebelumnya dia tinggal di Jakarta Selatan. Sementara, bekerja sebagai buruh pabrik sudah dilakoninya selama delapan tahun terakhir.

Dia mengaku sengaja mencari pekerjaan di pabrik tersebut karena jaraknya tidak jauh dari rumah ibunya, yang ditinggalinya saat ini. Sehingga dia tidak terlalu kerepotan mengurus anak dan suaminya.

“Waktu itu lagi buka lowongan kerja, terus juga dekat dengan rumah ibu. Lagi pula saya setelah pulang kerja harus menjaga warung, gantian dengan suami,” ucapnya.

Selain kerja sebagai buruh pabrik, Ditha dan suaminya membuka warung di depan pabrik tempatnya bekerja. Salah satu alasan membuka warung adalah gaji yang diterimanya sebagai buruh pabrik tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kalau dibilang cukup apa gak gaji di pabrik untuk sebulan, yah kurang, Dek. Karena pasti ada aja kebutuhan biaya yang tak terduga lainnya.

Kondisi itu semakin terasa saat pandemi melanda. Meskipun di pabrik tempatnya bekerja tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan karyawan, tapi diberlakukan pemotongan gaji selama tiga bulan, yakni sejak Maret 2020 hingga Mei 2020.

“Waktu tiga bulan awal sekitaran bulan Maret – Mei sempat ada pemotongan gaji 30% dan itu hanya berlaku untuk gaji di bawah Rp 5 juta. Untuk gaji di atas itu tidak kena pemotongan gaji. Pemotongan gaji 30% untungnya cuma tiga bulan karena sering diliburkan, setelah itu normal lagi,” ujarnya menjelaskan.

Cerita Butuh Wanita (2)Warung milik Arya Ditha Prariwa, 27 tahun yang berdiri di depan pabrik tempatnya bekerja. (Foto: Tagar/Danti Aulia Ardianti)

Ia mengaku selama pemotongan gaji tidak dapat bantuan dari pemerintah, baik berupa bansos (bantuan sosial) maupun bentuk bantuan lain. Demikian pula dari pabrik tempaptnya bekerja. Gaji yang ia pegang selama pandemi itu sudah termasuk potongan 30% tanpa bantuan lainnya.

Pandemi juga mengubah jam kerja pabrik, yang tadinya hanya masuk pagi hingga sore, diubah menjadi tiga sif, yakni sif pagi, siang, dan malam.

Cara ini dinilai efektif untuk mengurangi kerumunan pada saat bekerja dan tidak mengganggu para pengguna jalan agar tidak terkena macet.

Saat ini Ditha bekerja di bagian planning. Dia ditugaskan bekerja pada bagian pengiriman. Sepatu yang sudah selesai produksi biasanya diantar setiap tiga minggu sekali atau 21 hari. Dalam sekali pengiriman bisa mencapai 100.000 unit per kontainer.

“Biasanya untuk proses pengiriman sih harus ditentuin harus selesai berapanya begitu, untuk dikirim ke Panarub. Saya kan bagian planning, Dek. Jadi yang ngatur pembuatan dan cek barang setelah selesai produksi untuk dikirimkan ke Panarub. Jadi sebisa mungkin saya harus menyelesaikan target per harinya,” kata Ditha

Pekerjaan Sampingan

Bukan hanya membuka warung di depan pabrik tempatnya bekerja, untuk menambah penghasilan, Ditha juga mencoba peruntungan dengan berjualan barang-barang kecantikan dan perawatan kulit secara dalam jaringan (daring) atau online.

Ditha menjual barang-barang itu melalui akun Instagramnya, @ShineSkin_shineskin. Kerjaan sampingan itu telah dijalaninya selama enam tahun. Kini Ditha telah memiliki reseller dari beberapa kota di Indonesia, yang membantunya menjualkan barang-barang itu.

“Saya bekerja menjadi buruh ada enak gak enaknya sih. Enaknya waktunya fleksibel, bisa bergantian dengan suami saya. Ketika saya lagi kerja suami yang jaga, begitu juga sebaliknya. Untuk mencukupi biaya hidup saya juga jualan sampingan online shop dan sudah mempunyai reseller lumayan untuk biaya hidup sebulan untuk keluarga dan ibu saya,” ucapnya membeberkan.

Hasil dari berjualan secara daring ini disebutnya cukup lumayan. Sebelum pandemi, Ditha biasa mendapat orderan sebanyak 10 hingga 15 paket per harinya. Tetapi semenjak pandemi, orderannya menurun menjadi sekitar 5 hingga 10 paket per harinya.

Selain hasil dari penjualan langsung, dia juga mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan resellernya. Reseller biasanya membeli barang untuk stok setiap bulan. Dalam seminggu biasanya terjual 10 paket dari reseller.

Pekerjaan sampingan itu dinilainya cukup mudah dilakukan dan tidak mengganggu pekerjaan pokoknya sebagai buruh pabrik. Biasanya Ditha mengirim barang pesanan pembeli pada malam hari.

“Untuk pengiriman paket sih biasanya sebisa mungkin jangan mengganggu di jam kerja, makanya saya pengiriman malam ke ekspedisinya. Untuk pengiriman biasanya Jabodetabek sih lagi pandemi gini yang pesan, waktu sebelum pandemi sih ada yang dari luar Jabodetabek. Tapi alhamdulillah, Dek, masih ketutup buat bayar listrik, dll,” kata Ditha.

Kemudahan-kemudahan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pabrik tempatnya bekerja disebutnya cukup membantu dirinya untuk tetap melakukan pekerjaan sampingannya. Kemudahan-kemudahan itu di antaranya buruh wanita yang melahirkan mendapat izin cuti tiga bulan, anak sedang sakit dapat izin libur selama dua hari, dan buruh wanita yang sedang datang bulan mendapat izin tidak masuk kerja selama dua hari, semuanya atas arahan operator kantor.

Sayangnya kemudahan kebijakan cuti dan izin tersebut tidak diiringi dengan upah lembur untuk buruh yang bekerja melebihi jam kerja.

“Saya sih sebisa mungkin kalau bekerja harus selesai pas lagi jam kerja aja, soalnya kalau lembur juga gak dibayar sedih sendiri sih. Tapi mau gimana lagi, Dek. Kalau lembur itu pun ada batasan waktunya paling malam sekitar jam 8,” ujarnya sedikit mengeluh.

Cerita Buruh Wanita (3)Pabrik tempat Arya Ditha Prariwa bekerja. (Foto: Tagar/Danti Aulia Ardianti)

Meski demikian, Ditha mengaku cukup bersyukur bekerja di pabrik tersebut, terlebih di masa pandemi saat sebagian orang terpaksa terkena PHK, dia dan kawan-kawannya masih bisa bekerja.

Dampak pandemi terhadap warga dan para pekerja di Kota Tangerang juga mendapat perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang.

Untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kota Tangerang agar mampu berdaya saing di tengah pasar global, Pemkot Tangerang telah membuka Balai Latihan Kerja (BLK) di kelurahan-kelurahan secara serentak, pada Selasa, 10 November 2020.

BLK tingkat kelurahan ini membuka 16 bidang pelatihan, diikuti 10.400 peserta. Mereka diberi pelatihan pada beberapa bidang, mulai dari pengolahan kompos, online shop, perikanan, pertanian hingga service motor dan sejumlah bidang lainnya.

"Di tengah pandemi Covid-19 tercatat ada 9.516 warga Kota Tangerang terkena PHK. Sebelumnya Kota Tangerang telah menggelar Jobfair Online, pemberian bantuan untuk UMKM. Kali ini, kita menggelar pelatihan kerja untuk masyarakat," ungkap Kepala Disnaker Kota Tangerang, Rakhmansyah, seperti dilansir laman resmi Pemkot Tangerang.

Pelatihan tersebut berlangsung selama tiga hari, mulai dari pelatihan secara teori hingga praktik. "Dengan pelatihan ini, target kami masyarakat bisa berwirausaha secara mandiri atau bekerja di tempat yang membutuhkan jasa terkait,” harapnya. []

(Danti Aulia Ardianti)

Berita terkait
Piringan Hitam, Kepingan dari Masa Lalu yang Kembali Diputar
Piringan hitam sempat mengalami masa kejayaan berpuluh tahun lalu, namun digantikan oleh kaset pita. Kini piringan hitam kembali digemari.
Toko Tembakau Legendaris di Yogyakarta, Lebih dari Seabad
Toko Wiwoho yang menjual beragam tembakau di kawasan Tugu Yogyakarta telah berdiri selama seabad. Kini pelanggannya bukan hanya dari Yogyakarta.
Pandemi Sokong Omzet Penjual Jamu Gendong di Jakarta
Pandemi yang melanda Indonesia ternyata menyokong peningkatan omzet penjualan jamu gendong, karena jamu dianggap meningkatkan daya tahan tubuh.
0
Fitur Message Reaction WhatsApp, Kini Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
Ya, di dalam fitur WhatsApp Reaction ini ada 6 emoji yang bisa Anda manfaatkan untuk memberikan tanggapan pada sebuah obrolan.