Budaya Patriarki Sebabkan Perempuan Sulit Berkarier

Konten di layar kaca dan layar lebar yang sarat budaya patriarki kerap membuat anak-anak perempuan tersugesti.
Ilustrasi. (Foto: AOI)

Jakarta - Communication and Influencing Director Plan Indonesia, Nazla Mariza menyebut budaya patriarki yang telah berlangsung lama, membuat kaum perempuan sulit berkarir dan mengembangkan diri. 

Praktik tersebut kemudian tercermin dalam banyak aspek, termasuk dunia hiburan.

Praktik patriarki itu dapat kita lihat hampir di setiap hal, misalnya dalam dunia pekerjaan, kita melihat hanya sedikit perempuan yang menjadi CEO, termasuk juga industri hiburan," kata Nazla kepada Tagar usai menghadiri acara Girls Take Over di Kantor Google Indonesia pada Kamis, 10 Oktober 2019.

Kata Nazla, cermin budaya patriarki masih kental dan sudah bejalan sejak berabad-abad lalu. Akibatnya kaum perempuan mencoba untuk mendobrak hal itu. 

 Apa yang orang lihat itu kemudian yang tertanam di pikiran.

Industri hiburan dan televisi memegang peranan penting sebagai sarana yang paling ampuh untuk direkam dalam benak masyarakat, termasuk anak-anak. 

Menurut dia, dengan konten di layar kaca dan layar lebar yang sarat budaya patriarki membuat anak-anak perempuan tersugesti.

"Karena apa yang orang lihat itu kemudian yang tertanam di pikiran,  sehingga anak-anak perempuan juga melihat peran-peran saya akan lebih banyak di domestik, peran laki-laki lebih publik," ucapnya.

Akibatnya, banyak jenis pekerjaan di industri kreatif yang sulit dilakoni kaum perempuan, seperti produser, sutradara, atau mengambil peran dominan lain dalam perusahaan dan lembaga publik.

Selain itu, konten dalam iklan-iklan komersial di televisi turut menyumbang praktik budaya patriarki yang masif. 

Nazla mengungkapkan banyak sekali konten iklan yang menampilkan perempuan sebagai objek dengan mengeksploitasi tubuh dan peran inferior, seperti ibu rumah tangga dalam iklan detergen dan perempuan cantik dalam iklan rokok.

"Banyak yang akhirnya anak perempuan yang akhirnya tidak teraspirasi menjadi sutradara, menjadi produser. Karena yang ia lihat tokoh sutradara film terkenal itu laki-laki, seperti Steven Spielberg itu kan laki-laki semua," ujarnya. 

Dia mengamati ada sebanyak 108 iklan yang modelnya perempuan dengan hanya menampilkan bagian tubuhnya. 

"Itukan sebenarnya bagaimana perspektif orang yang membuat karena terpengaruh budaya-budaya patriarki itu," tutur dia.

Menurut Nazla, efek dari konten yang beredar tersebut dapat membangun pemahaman publik mengenai nilai dan aturan yang seharusnya diberlakukan di masyarakat.

"Efek dominonya orang yang melihat jadi merasa 'oh memang perempuan harus seperti itu'. Dan itu akan berlangsung terus menerus karena budaya patriarki sudah tertanam dalam pikiran," katanya.

Dengan praktik seperti itu, membuat kaum perempuan turut membiasakan budaya patriarki tersebut.

Menyelesaikan Polemik Praktik Patriarki

Nazla menjelaskan setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi praktik patriarki, yang saat ini beredar masif di ruang-ruang publik.

"Pertama, kita (kelompok perempuan) harus bekerja dengan laki-laki juga. Agar supaya ada komunikasi yang cair dalam menyelesaikan polemik ini," kata Nazla.

Tidak hanya ketika berkarier saja, Nazla juga menilai kebiasaan itu harus dimulai sejak anak-anak dan mendapat dukungan dari orang tua.

"Ini harus dimulai dari kecil dan orang tua juga harus memberi contoh, karena banyak orang tua yang anaknya sejak kecil memisahkan laki-laki dengan perempuan. Ini yang menurut kami supaya orang tua tidak membeda-bedakan," ujarnya.

Upaya kedua yang dapat dilakukan adalah melalui pembangunan narasi positif mengenai perempuan yang dapat dilakukan di media, termasuk televisi dan film.

"Kedua, berusaha agar lebih banyak mendorong narasi-narasi positif tentang perempuan," tuturnya.

Kata dia, biasanya dalam sejumlah media, perempuan selalu diungkapkan sebagai korban kekerasan seksual. 

"Terus di iklan tubuhnya dipertontokan, lalu di film perempuan hanya jadi pemanis, dengan badannya. Itu yang harus bersama-sama kita ubah," ucapnya.

Plan Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendampingan anak dan orang tua yang berdiri sejak 1969. 

Saat ini, Plan Indonesia telah mendampingi sekitar 35 ribu anak laki-laki dan perempuan di NTT untuk mendapat kesempatan yang sama dalam meraih cita-cita.[]

Baca juga:

Berita terkait
3 Dari 5 Perempuan Pernah Alami Kekerasan Emosional
Berdasarkan data PPPA, diketahui tiga dari lima anak perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan emosional.
Sepak Terjang Puan Maharani Ketua DPR Perempuan Pertama
Puan Maharani terpilih menjadi Ketua DPR 2019-2024. Artinya perempuan pertama yang meraih kursi pimpinan di DPR. Bagaimana sepak terjangnya?
Aksi Perempuan Hamil di Tengah Konser Judas Priest di Indonesia
"Bisa engga nih? Posisinya gua bunting. Mual engga ya? Pusing engga ya?" katanya sebelum konser Judast Priest.
0
Mentan SYL Dorong Petani Beradaptasi dengan Tantangan Alam
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebutkan pertanian menghadapi tantangan besar dengan perubahan iklim saat ini.