Jakarta - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan Komisi Nasional Hak dan Asasi Manusia (Komnas HAM) menggelar Seminar daring Nasional dalam rangka memperingati Festival HAM 2020 dengan tajuk Keragaman, Toleransi, dan Keagamaan.
Mewakili BPIP, turut hadir Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Antonius Benny Susetyo. Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan kasus intoleransi setiap waktunya selalu terjadi penambahan.
Pendidikan Pancasila dan moral lebih mengajari rasa hormat dan toleransi serta saling menghargai
"Intoleransi terus meningkat setiap waktunya. Persoalan kita paling sulit pendirian rumah ibadah, pemakaman, dan hak-hak kaum minoritas," ucap Benny, Jumat, 18 Desember 2020.
Pria yang akrab disapa Romo Benny ini menegaskan, pendirian rumah ibadah adalah sebuah kebutuhan yang nyata. Namun, dia menyayangkan ketika pembangunannya terkadang tidak mudah.
"Pendirian rumah ibadah adalah kebutuhan nyata tetapi adanya syarat yang kadang menyulitkan dalam persetujuannya bahkan sampai ada demo yang menentang pembangunannya. Masalah ini harus segera diselesaikan," tuturnya.
Lebih lanjut, dia berharap seluruh warga negara melaksanakan perilaku Pancasila. Menurutnya, sejak usia dini sikap itu harus ditanamkan agar tidak sekadar slogan belaka.
"Penanaman nilai Pancasila sejak dini ini harus masuk dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan Pancasila dan moral lebih mengajari rasa hormat dan toleransi serta saling menghargai," ujarnya.
Pandangannya, untuk mengatasi kaum intoleran, negara harus hadir dan tidak boleh memberikan kompromi kepada pihak-pihak yang hendak merusak Tanah Air.
"Kebijakan paling terakhir adalah negara harus hadir dan tidak boleh kompromi kepada kaum intoleran karena kalau tidak maka kehidupan bernegara akan terpecah belah," ucap Romo Benny.
Sementara, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam penjelasannya mengatakan, Indonesia adalah negara yang patut dicontoh dalam bersikap toleransi.
"Siapapun yang mau belajar terkait toleransi maka datanglah ke Indonesia. Kita harus bersyukur ada Indonesia karena disanalah islam toleransi ada. Sistem perekonomian modern bisa paralel dengan sistem perekonomian Indonesia," tuturnya.
Selanjutnya, Budayawan sekaligus tokoh kemanusiaan Romo Franz Magnis Suseno menjelaskan tentang hakikat toleransi.
"Toleransi lebih dari sekadar membiarkan. Akan tetapi adanya akar dari sikap hormat terhadap jati diri, budaya, dan agama lain," ujarnya.
Dia menambahkan, Indonesia adalah milik bersama tanpa ada diskriminasi agama yang mayoritas, pun minoritas.
- Baca juga: Kampanye BPIP - BNPT Bersinergi Membumikan Pancasila
- Baca juga: BPIP: Pancasila Pemandu Kebijakan dan Perawat Kebhinekaan
"Karena Pancasila Indonesia bisa kokoh bersatu," ucap Romo Magniz.[]