Jakarta - Pabrikan mobil asal Jerman, BMW mengaku menelan kerugian sebesar 666 juta Euro atau setara dengan Rp 11 triliun selama masa lockdown pada kuartal kedua tahun 2020. Pun demikian, hingga saat ini pengiriman kendaraan BMW telah berangsur pulih.
Pengiriman untuk BMW, MINI, dan Rolls-Royce hingga saat ini dikabarkan telah pulih, khususnya untuk pasar China. Namun normalnya penjualan tersebut tidak mampu menutup kerugian yang didapat pada periode sebelumnya. Selama kuartal kedua, BMW tercatat hanya mampu menjual 485.464 unit atau menurun 25 persen dari periode yang sama di tahun 2019.
Dalam pernyataannya, seorang analis bernama Jefferies Philippe Houchois memperkirakan margin BMW untuk tahun ini menunjukkan pemulihan sehat di paruh kedua 2020. Namun hasil tersebut masih berada di bawah target awal. Pernyataan tersebut pun langsung ditanggapi oleh Chief Executive BMW Oliver Zipse.
"Kami sekarang melihat periode semester kedua dengan optimisme, hati-hati dan terus menargetkan margin EBIT antara 0% dan 3% untuk segmen otomotif pada tahun 2020," kata Zipse dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Tagar, Kamis, 6 Agustus 2020.
Demi melewati masa krisis ini, BMW pun melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan efisiensi biaya operasional dengan mengurangi tenaga kerja. Dalam keterangan kepada Reuters, BMW mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memperpanjang kontrak 10.000 pekerjanya dan hal ini sudah mendapatkan kesepakatan dengan pihak dewan pekerja.[]