Bisnis Layangan Saat Sekolah Online di Kulon Progo

Musim layangan dimanfaatkan pelajar asal Kulon Progo, Yogyakarta. Mereka membuat layangan usai tugas sekolah online selesai.
Proses pembuatan layangan bapangan oleh para remaja (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Bermain layang-layang sedang menjadi aktivitas yang digandrungi di Kulon Progo. Mereka yang berusia tua hingga muda banyak yang memainkannya. Waktu yang dipilih umumnya pada sore hari di area persawahan di saat angin sedang kencang.

Jika sudah terbang, layang-layang tersebut kemudian dipanjer atau dibiarkan terbang hingga pagi hari, dan tali layang-layang diikat di suatu tempat. Rata-rata layang-layang yang dimainkan berjenis layangan bapangan yang kemudian dihiasi lampu LED warna-warni, sehingga langit malam terlihat meriah.

Banyaknya warga yang berminat bermain layang-layang, dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk mengeruk keuntungan. Salah satunya yang dilakukan oleh sejumlah remaja pedukuhan Dondong, Bendungan Wates Kulon Progo yang membuat layang-layang bapangan. Pembuatannya dilakukan saat waktu luang di sela pembelajaran jarak jauh, karena sebagian besar dari mereka masih berstatus pelajar.

Kegiatan ini dikerjakan selepas menyelesaikan tugas sekolah. Dari pada nongkrong atau nge-game, saya pilih membuat layangan karena lebih bermanfaat.

Salah satu yang menekuni pembuatan layang-layang adalah Bryan Mismar Pelajar SMP N 2 Wates bersama dengan teman-temannya. Kedua tangan kecilnya, dengan terampil mengolah bambu menjadi bilah-bilah kecil untuk kemudian dihaluskan. Bilah bambu tersebut kemudian dirangkai menjadi kerangka layang-layang bapangan.

"Kegiatan ini dikerjakan selepas menyelesaikan tugas sekolah. Dari pada nongkrong atau nge-game, saya pilih membuat layangan karena lebih bermanfaat. Membuat layangan bersama dengan teman-teman," ucap Bryan di Kulon Progo, Rabu, 12 Agustus 2020.

Baca Juga:

Hanya dalam waktu singkat, Bryan dan teman-temannya menyelesaikan kerangka layang-layang bapangan. Kerangka Layang-layang tersebut kemudian ditutup dengan kertas warna-warni agar terlihat menarik saat terbang di langit.

Bryan menambahkan, layangan yang dibuatnya beragam, salah satunya yaitu layang-layang raksasa atau bapangan. Ukuran dari layang-layang ini beraneka ragam, mulai dari satu meter hingga lima meter. "Kalau sudah selesai kemudian dijual. Salah satunya dipasarkan secara online," tutur Bryan.

LayanganLayangan bertema warna-warni. (Foto: Istimewa)

Dari penjualan tersebut keuntungan yang diraih cukup untuk jajan dan membeli peralatan sekolah. Sebagian juga ditabung agar tidak selalu minta orang tua," ucapnya.

Adapun pemasaran layang-layang bapangan remaja Pedukuhan Dondong tersebut diserahkan pada Tri Satya Putra, pemuda Pedukuhan Dondong lainnya. Dia memasarkan layang-layang secara online mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 70.000 per unit. "Harga itu tergantung ukuran dan kesulitan pembuatan," ungkap Tri.

Tri Satya mengungkapkan, layang-layang bapangan tersebut cukup laris di pasaran. Pesanan saat ini ada yang dari warga Kulon Progo dan luar daerah, seperti Purworejo. "Dalam sehari, bisa jual tiga hingga tujuh layang-layang bapangan," ungkapnya. []

Berita terkait
50 Tahun Merakit Bilah Buluh Jadi Layangan di Kudus
Seorang lansia di Kabupaten Kudus mengisahkan tentang pekerjaannya sebagai perajin layang-layang, yang ditekuninya sejak 50 tahun lalu.
Layangan Raksasa Penyebab Listrik di Bantaeng Padam
Akibat layangngan raksasa nyangkut di kabel listrik menyebabkan terjadi pemadaman di Kabupaten Bantaeng
Benang Layangan Kerap Bikin Celaka di Yogyakarta
Banyak postingan di media sosial soal benang layangan membuuat celaka, khususnya pesepeda motor di Yogyakarta.