Pematangsiantar - "Wali kota bukan seorang bos, melainkan pelayan publik. Sebagai seorang ibu saya tidak akan membiarkan anaknya telantar," kata Ida Damanik, pada pemaparan visi misi bakal calon Wali Kota Pematangsiantar di kantor Partai NasDem, Jalan Pattimura, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Senin 4 November 2019.
Ida yang juga merupakan seorang paranormal mengemukakan, sejak 15 tahun lalu dirinya dibisikkan oleh leluhurnya yakni Opung Raja Huti, agar maju dalam Pilkada Kota Pematangsiantar.
"Sudah dari tahun 2004 lalu mendapat bisikan agar maju dalam pilkada, namun saya menolak. Ho manatimbo, (Kaulah jadi orang yang tertinggi), karena telah lama cucuku tersakiti," kata Ida, menirukan bisikan gaib itu.
Banyaknya permasalahan yang menimpa masyarakat kecil dan generasi muda yang terjerembab ke dalam narkoba, ungkap Ida, adalah serangkaian bisikan yang diterimanya dari leluhur.
Ida Damanik, di kantor Partai Nasdem, Jalan Pattimura, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Senin 4 November 2019. (Foto: Tagar/Anugerah Nst)
"Buatlah urat-urat (administrasi) majulah. Para leluhur ingin Siantar dipimpin orang yang jujur dan tegas membela kebenaran," sebut Ida, kembali menirukan bisikan yang dia terima.
Pemimpin sudah tidak lagi memikirkan kaum yang lemah, dan kepada pemuda. Mereka asyik membangun infrastruktur
Di antara belasan bakal calon wali kota yang akan bertarung dalam Pilkada serentak 2020, Ida merupakan sosok paling sederhana. Ketika diminta menyebutkan harta kekayaannya, Ida mengatakan tak punya uang dan harta yang berlebih.
"Sempat bingung karena tidak punya uang. Namun saya ingin maju karena mau membantu masyarakat yang tidak mampu. Saya akan fokus jika terpilih membangun sumber daya manusia (SDM), membangun kegiatan kepemudaan, pendidikan yang baik, dan sosialisasi pencegahan narkoba kepada generasi muda," paparnya.
Meski Ida mengetahui masih rekatnya pilkada dengan elite kekuasaan dan politik uang, dia mengatakan akan mencari ramuan untuk mencuri simpati masyarakat agar dirinya dapat terpilih menjadi Wali Kota Pematangsiantar.
"Karenanya, saya akan melakukan sosialisasi dan ramuan menghindari politik uang dengan berbagai kegiatan, itukan merugikan masyarakat," kata Ida.
Berbekal pendidikan sarjana kehutanan Universitas Simalungun (USI) Kota Pematangsiantar, dan pengalaman saat menjadi event organizer (EO), Ida berharap dukungan dari masyarakat.
"Pemimpin sudah tidak lagi memikirkan kaum yang lemah, dan kepada pemuda. Mereka asyik membangun infrastruktur, padahal yang terpenting adalah bagaimana melahirkan SDM yang unggul agar dapat membangun Siantar lima tahun ke depan," tandas Ida.[]