Pematangsiantar - Calon Wali Kota Pematangsiantar Asner Silalahi mengaku mungkin hanya bisa tidur selama empat jam dalam sehari, demi bekerja keras membenahi kota yang kelak dia pimpin menjadi bangkit dan maju.
Dia mengungkap banyak persoalan infrastruktur yang harus dibenahi, mulai dari drainase, jalan, permukiman, terminal, sarana olahraga, hingga penyelesaian ring road dan pintu ruas tol agar dibangun di Kota Pematangsiantar, menyusul pembangunan tol Medan-Parapat.
"Kita bekerja keras, ring road tuntas, pintu tol bisa terbangun. Terminal kita ngak tau di mana. Ini juga infrastruktur dasar sebuah kota. Tapi kita yakin, kita saling sharing, mungkin wali kotanya akan tidur empat jam satu hari, kita buat Siantar bangkit dan maju," katanya saat menjadi narasumber Bincang Tagar yang digelar Sabtu, 3 Oktober 2020.
Hadir empat orang penanggap dalam bincang yang dipandu Pemred Tagar.id Fetra Tumanggor, yakni akademisi STIE Sultan Agung Dr Rober Tua Siregar, tokoh masyarakat Dr Darwin Lie, Ketua DPC Gapensi Siantar Simalungun Henri Tedi Silalahi, dan anggota DPRD Pematangsiantar Daud Simanjuntak.
Daud Simanjuntak menanggapi rencana dan program Asner, menyebut bahwa persoalan utama pemerintah kota selama ini dengan legislatif adalah soal komunikasi.
Dia menilai ada komunikasi yang buruk antara pemko dan DPRD, di mana kemudian muncul persoalan dalam roda pemerintahan dan pembangunan di Kota Pematangsiantar terutama semasa Wali Kota Hefriansyah.
Namun dengan hadirnya Asner, di mana dia mampu mendapat dukungan dari seluruh parpol pemilik kursi di DPRD Pematangsiantar, memmberi sinyal calon ini bisa membangun komunikasi dengan baik.
Saya bilang kalau beliau ini tidur empat sehari sudah hebat sekali melihat begitu banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan
"Bapak Asner berhasil menjali komunikasi dengan delapan partai yang memiliki kursi di DPRD. Itu menjadi modal untuk tetap menjalin komunikasi. Tanpa itu, semewah apapun sehebat apapun program, kurang berhasil. Tapi secercah harapan ini menjadi modal awal," kata Daud, politisi Partai Golkar tersebut.
Daud mengaku, paparan program infrastruktur yang disampaikan Asner cukup baik. Dia mengakui, ternyata Kota Pematangsiantar tidak memiliki grand design drainase. Tidak memiliki grand design jalan dan jembatan.
Tidak memiliki grand design perlalulintasan, diperoleh dari pengakuan Kepala Dinas Perhubungan dalam rapat-rapat dengan dewan. Kemudian regulasinya dalam bentuk rencana tata ruang wilayah atau RTRW saat ini masih mandek di kementerian untuk revisinya dan sudah sekian tahun menunggu untuk disahkan.
"Ini juga menjadi permasalahan. Karena semua program Pak Asner harus berpedoman kepda Perda RTRW. Saya pesimis RTRW tersebut selesai tahun depan, apalagi tahun ini," katanya.
Bisa saja Pemko Pematangsiantar optimis revisi RTRW dikelarkan, namun menurut Daud dokumen-dokumen pendukung RTRW dimaksud belum lengkap, salah satunya yang paling penting, yakni surat kajian lingkungan hidup strategis, dokumen perbaikannya hingga sejauh ini belum selesai.
"Ini saya kira hal-hal yang harus menjadi perhatian. Maka wajar seperti kata Pak Asner tadi. Saya bilang kalau beliau ini tidur empat sehari sudah hebat sekali melihat begitu banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan," katanya.
Daud mengakui, persoalan banjir menjadi peristiwa berulang dengan memakan korban di lokasi yang sama, menandakan semrawutnya penataan infrastruktur oleh pemerintah selama ini.
Diakuinya, DPRD selalu mengingatkan pemko soal kejadian dimaksud, bahkan hingga sudah 500 rekomendasi disampaikan, namun eksekusinya hanya puluhan di lapangan. Itu terjadi karena timpangnya komunikasi antara legislatif dan eksekutif. []