BI Dorong Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan Syariah

Bank Indonesia berinisiatif mendorong inklusi ekonomi dan keuangan syariah melalui digitalisasi.
Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Sugeng pada saat pembukaan Forum Internasional SESRIC “The Islamic Economic Digitalization and Inclusion: Policy Development and Implementation in the OIC Countries” secara virtual.(Foto: Tagar/bi.go.id/Anggota Dewan Gubernur BI, Sugeng).

Jakarta - Bank Indonesia (BI) berinisiatif mendorong inklusi ekonomi dan keuangan syariah melalui digitalisasi. Untuk itu, bank sentral meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan memfasilitasi interlink antara bank dan perusahaan teknologi finansial syariah melalui standarisasi API (Application Programming Interface).

Beberapa kerja sama yang dapat dilakukan antara lain rantai nilai halal internasional dan layanan sistem pembayaran lintas negara. 

Dua inisiatif tersebut merupakan bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital dalam perekonomian dan keuangan Indonesia. Termasuk inklusi ekonomi dan keuangan syariah. 

Hal itu dikatakan anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Sugeng pada saat pembukaan Forum Internasional SESRIC “The Islamic Economic Digitalization and Inclusion: Policy Development and Implementation in the OIC Countries” secara virtual.

Sugeng menyebutkan, ada tiga langkah yang harus diperkuat oleh negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, membangun kerja sama (cooperation) antarnegara anggota OKI dengan berbagai keunggulan dan potensinya. 

"Beberapa kerja sama yang dapat dilakukan antara lain rantai nilai halal internasional dan layanan sistem pembayaran lintas negara," kata Sugeng dalam keterangan tertulis. 

Kedua, kolaborasi terutama dalam bentuk cyber security sharing platform dalam menghadapi risiko terkait digitalisasi. Ketiga, literasi melalui kerja sama penguatan riset, asesmen, dan edukasi.

Ekonomi dan keuangan syariah memiliki potensi besar untuk diintegrasikan dengan digitalisasi. Hal itu sejalan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah yang makin luas, meliputi antara lain rantai nilai halal, media, pariwisata, farmasi dan kosmetik, serta pembiayaan komersial dan sosial. 

Selain itu, pandemi Covid-19 telah membawa perubahan ke arah nirkontak dalam melakukan berbagai aktivitas. "Dengan digitaliasi, ekonomi dan keuangan syariah diharapkan dapat menjadi arus baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Sugeng.

Forum Internasional SESRIC “The Islamic Economic Digitalization and Inclusion: Policy Development and Implementation in the OIC Countries” menghadirkan nara sumber dari dalam dan luar negeri. Forum tersebut merupakan bagian dari rangkaian puncak acara ISEF 2020 yang diselenggarakan pada tanggal 27-31 Oktober 2020. []



Berita terkait
Cara Bank Indonesia Yogyakarta Ajak Pemda Cegah Korupsi
Korupsi masih menjadi musuh bersama termasuk di Yogyakarta. Bank Indonesia membeberkan cara mencegah tindakan tidak terpuji itu.
Bank Indonesia Akui Utang Luar Negeri Indonesia Naik
Bank Indonesia menyebutkan, utang luar negeri Indonesia meningkat, yang akhir Agustus 2020 tercatat Rp 6.082,17 triliun.
LPS: Prospek Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan merger bank syariah perlu dilakukan demi perkuat daya saing dan pertumbuhan ekonomi.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.