Besok di Banyuwangi Telur Ayam Bisa Berdiri Tegak

Kulminasi merupakan fenomena alam di mana matahari berada tepat di posisi paling tinggi di langit.
Bayangan benda terkena sinar matahari. (Foto: Tagar/Rizki Restiawan)

Banyuwangi - Fenomena hari tanpa bayangan atau kulminasi, belakangan ramai diperbincangkan warganet.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kulminasi akan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Banyuwangi, Jawa Timur.

Kulminasi merupakan fenomena alam di mana matahari berada tepat di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.

Saat itu matahari akan berada di titik zenit atau tepat berada di atas kepala. Ketika matahari berada di atas kepala, bayangan benda yang berdiri tegak seolah-olah menghilang. Padahal, sebenarnya bayangan hanya bertumpu pada benda tersebut.

"Bayangan benda ketika terkena sinar matahari akan tegak lurus dan seakan-akan bayanganya hilang," kata Kepala BMKG Banyuwangi, Supriyono.

Kondisi ini disebutkan oleh Supriyono normal terjadi, bahkan dalam satu tahun bisa terjadi sebanyak dua kali.

BMKG mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu khawatir atau menyikapi dengan berlebihan atas fenomena alam ini.

"Tidak usah takut atau khawatir, ini hal yang biasa dalam ilmu meterologi," ungkap Supriyono.

Penyebab Kulminasi

Banyak yang bertanya-tanya mengapa bisa terjadi fenomena kulminasi. Masih kata BMKG, kulminasi disebabkan karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi.

Sehingga posisi matahari dari bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 derajat Lintang Utara sampai dengan 23,5 derajat Lintang Selatan. Hal ini disebut juga gerak semu harian matahari.

Pada tahun ini, matahari berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2019 pukul 05.00 WIB dan 23 September 2019 pukul 14.51 WIB.

Adapun pada 21 Juni 2019 pukul 22.55 WIB, matahari berada di titik balik utara (23,5 derajat Lintang Utara) dan pada 22 Desember 2019 pukul 11.21 WIB, matahari berada di titik balik selatan (23,5 derajat Lintang Selatan).

Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam satu tahun dan waktunya tidak jauh saat matahari berada di khatulistiwa.

Hanya saja yang perlu dilakukan adalah menjaga kesehatan agar tidak dehidrasi

Sebagai contoh di Kota Pontianak yang tepat terbelah oleh garis khatulistiwa, kulminasi utamanya terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 11.50 WIB dan pada 23 September 2019 pukul 11.35 WIB.

Di Banyuwangi, fenomena kulminasi akan terjadi pada Selasa 15 Oktober 2019.

Dampak Kulminasi

Meskipun fenomena kulminasi masih akan terjadi di Banyuwangi pada Selasa besok, namun dampak berupa peningkatan suhu udara sudah nampak terasa dalam beberapa hari terakhir. Hawa panas begitu menyengat di kulit.

"Masyarakat tidak perlu khawatir atau takut berlebih karena adanya fenomena ini. Sebab wajar terjadi setiap tahun. Hanya saja yang perlu dilakukan adalah menjaga kesehatan agar tidak dehidrasi akibat suhu panas berlebih," ujar Supriyono.

Selain suhu udara yang meningkat dari biasanya, fenomena kulminasi ini juga bisa membuat telur ayam yang berbentuk lonjong (oval) menjadi bisa berdiri.

Hal tersebut akibat posisi matahari berada pada titik kulminasi terdekat dengan bumi sehingga pengaruh gravitasi terhadap bumi lebih kuat.

Di Kota Pontianak, warga setempat menyambut fenomena hari tanpa bayangan dengan menggelar acara Pesona Kulminasi Matahari. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kota yang dilewati garis khatulistiwa tersebut adalah mendirikan telur ayam.

Berdasarkan catatan BMKG, fenomena kulminasi terjadi mulai Jumat 11 Oktober 2019, ini terjadi di Sumenep, Bangkalan dan Tuban.

Pada Sabtu 12 Oktober 2019 terjadi di Surabaya, Pamekasan, Sampang, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro dan Ngawi.

"Selanjutnya pada Minggu 13 Oktober 2019 bergeser ke Kraksaan, Situbondo, Pasuruan, Bangil, Mojosari, Mojokerto, Jombang, Kediri, Nganjuk, Caruban, Madiun dan Magetan," jelas Supriyono.

Kemudian pada Senin 14 Oktober 2019 terjadi di Bondowoso, Jember, Lumajang, Malang, Kepanjen, Batu, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo dan Pacitan. [] 

Berita terkait
3493 Personel Gabungan Siap Amankan Pilkades Banyuwangi
Sebanyak 3493 personel gabungan dari berbagai unsur siap mengamankan kontestasi pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di Banyuwang.
Halo Matahari Muncul di Banyuwangi, Pertanda Apa?
Ada yang mengaitkan kemunculan fenomena yang jarang terjadi ini karena akan datang musim penghujan.
Mahasiswa dan Petani Banyuwangi Turun Jalan
Ratusan mahasiswa dari lintas perguruan tinggi di Banyuwangi turun ke jalan bersama petani menyuarakan berbagai soal, termasuk RUU
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)