TAGAR,id, Semarang - Ungaran, sebuah kota kecil di wilayah Kabupaten Semarang. Posisinya berada di kaki Gunung Ungaran, sekitar 30 kilometer sebelah selatan pusat Kota Semarang. Ternyata, di wilayah yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Semarang, Ungaran menyimpan potensi kuliner yang cukup mengundang selera.
Nasi goreng babat adalah salah satunya. Kuliner yang satu ini memang sangat cocok untuk mengusir dinginnya Ungaran. Apalagi di musim hujan seperti sekarang, nasi goreng babat banyak diburu pecinta kuliner. Tak hanya mengenyangkan, makanan berbahan utama nasi tersebut dapat membuat hangat tubuh.
Sementara babat merupakan jeroan atau bagian dari lambung hewan ternak. Biasanya yang digunakan pedagang nasi goreng adalah babat dari sapi. Daging tersebut direbus lebih dulu agar matang, dipotong kecil-kecil, kemudian dicampur ke nasi goreng. Diolah dengan bumbu dan sambal khas maka nasi goreng babat akan membuat tubuh berkeringat.
Dan di sebuah emperan ruko di Jalan Diponegoro No 153, tak jauh dari kawasan Alun-alun Lama Ungaran, menjadi pusatnya nasi babat di Ungaran. Tempat itu menjadi jujugan bagi warga Bumi Serasi, julukan Kabupaten Semarang, untuk mengisi perut sembari menikmati suasana malam hari.
Dulu kami jualan di Alun-alun lama Ungaran depan bekas Rina Theater, tapi sekitar tiga tahun yang lalu pindah sini.
Pada siang hari, ruko berfungsi sebagai dealer Yamaha Harpindo Jaya. Dan menjelang malam, parkirannya berubah fungsi, menjadi tempat mangkal sejumlah pedagang nasi goreng. Di situ, para pecinta kuliner bisa menikmati nasi goreng babat dengan duduk lesehan bersama keluarga maupun kawan dekat.
“Dulu kami jualan di Alun-alun lama Ungaran depan bekas Rina Theater, tapi sekitar tiga tahun yang lalu pindah sini,” kata salah satu penjual nasi goreng bernama Nunuk, 52 tahun, kepada Tagar, Jumat malam, 6 Maret 2020.
Rina Theater? ya, itu adalah sebuah bioskop bertarif murah yang sempat populer bagi warga Ungaran dari tahun 1970 sampai pertengahan 1990-an. Di depan bekas tempat hiburan itu, ia jualan dengan suami. "Sekarang, di tempat ini, saya jualan dengan anak," ucap perempuan yang masih terlihat cukup gesit itu.
Nunuk merupakan satu dari empat penjual nasi goreng di depan ruko yang masing-masing menggunakan gerobak. Gerobak kelima, berada di tengah, khusus menjual ragam minuman, mulai teh, jeruk, hingga minuman jenis sasetan.
Malam itu, waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB. Belum terlalu malam sebenarnya, namun ternyata area lesehan di lantai depan ruko sudah cukup ramai oleh pembeli, Ada yang datang bersama anak istri, bersama pacarnya dan ada pula yang sendiri maupun dengan kawannya.
Dilan, 15 tahun, salah satu pembeli mengaku sudah beberapa kali menikmati nasi goreng babat khas Ungaran di tempat tersebut. Secara umum, rasanya tidak beda jauh dengan nasi goreng tempat lain. Namun olahan jeroan sapi yang kenyal dan gurih memberi nuansa berbeda. “Rasa babatnya lebih gurih dan tidak alot, lebih nendang lah,” ujar remaja yang malam itu datang bersama keluarganya
Anak baru gede itu mengatakan ia dan keluarga biasa menikmati nasi goreng babat di depan ruko sepeda motor tersebut. "Kan rumah saya di Banyumanik, tak jauh dari sini (Ungaran)," ucap dia.
Selain nasi gorang babat, menu lain yang tersaji di antaranya mi goreng, mi rebus dan babat gongso. Ragam sate, mulai daging, kulit, usus, rempela ati juga siap menemani nasi goreng. “Di hari biasa, saya biasanya menjual sekitar 30 sampai 50 porsi. Di akhir pekan, bisa 60-80 porsi. Kadang bisa lebih,” ujar Nunuk. []
Baca juga:
- Harun Masiku Buron, Firli Bakal Masak Nasi Goreng?
- Lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng, Terkenal di Belanda
- Prabowo-Megawati Makin Erat Berkat Nasi Goreng