Beragam Cara Turis Bokek Pulang Kampung dari Indonesia

Saking bokeknya ada yang tidur di kuburan hingga istrinya mulai uring-uringan.
Ilustrasi tunawisma. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar, 16/11/2018) - Tidak ada yang salah berkeliling dunia dengan bujet seadanya. Namun, perlu diperhatikan apakah biaya pas-pasan itu termasuk perhitungan ongkos pulang kembali ke rumah di negara asal.

Sebab, jika perhitungan itu diabaikan, maka kenyamanan backpacker selama berlibur akan tergadaikan. Misalnya tak bisa mengunjungi lokasi wisata karena harga tiket masuk di luar ekpektasi, dan batal membeli oleh-oleh yang diinginkan karena isi dompet menipis.

Yang paling buruk, dana liburan habis sehingga terkatung-katung di negara wisata tanpa tahu kapan akan pulang. Kasus terakhir sering dialami turis asing yang plesir ke Tanah Air.

Namun, mereka tak kehabisan akal, berupaya segala macam mendulang dana agar bisa pulang. Mulai dari berdagang barang hingga meminta belas kasihan. Selengkapnya, berikut beragam cara turis bokek pulang kampung dari Indonesia.

Mengemis

Berkeliling Asia Tenggara dari Jerman tentunya membutuhkan perhitungan yang matang. Minimal uang untuk makan secukupnya, losmen sederhana dan tiket pesawat pulang. Tapi itu semua tidaklah penting bagi Benjamin Holst.

Bermodalkan nekat, Holst berkunjung ke Thailand, Filipina dan Indonesia. Karena tak punya uang cukup, kebutuhannya selama plesir didapat dari mengemis. Philippineslifestyle.com mengungkapkan Holst mengemis sepanjang liburannya di Asia Tenggara.

Holst memanfaatkan keadaan kakinya yang bengkak karena penyakit dengan meminta belas kasihan. Besaran uang yang didapat lumayan banyak. Namun, pendapatannya itu malah dipakai foya-foya berkencan dengan wanita yang ditemuinya. 

Sebelum upayanya menyambung hidup di negara lain itu berlanjut, ia ditangkap di emperan trotoar jalan di Bali, kemudian dideportasi ke Jerman pada 19 September 2016.

Mengamen

Tiga warga asing asal Rusia kewalahan ketika tahu uang liburan mereka habis untuk gemerlap dunia malam di Bali. Memakai gitar yang dibeli di Pantai Canggu, Julia, Alex dan Fudo mengamen sepanjang Pasar Beringkit.

Seorang warga yang mengetahui hal tersebut melaporkan tiga bule itu ke Satpol PP Badung. Tak lama, mereka dicokok dan dibawa ke markas Satpol PP Provinsi Bali. Bule itu dianggap menyalahi aturan, pasalnya VISA mereka sebagai pelancong malah mencari pendapatan.

Meyakinkan Satpol PP tidak mengulangi lagi kesalahannya, ketiga bule itu meminta agar dilepaskan. Satpol PP Provinsi Bali bergeming. Namun, ketika mengetahui mereka tinggal di kawasan kuburan Mengwitani, usaha ketiga bule itu pupus. Satpol PP selanjutnya menyerahkan ketiganya ke kantor Imigrasi I Denpasar untuk dideportasi.

Melamar kerja

Beda lagi dengan Roger Harvey Waterloo, bule Amerika Serikat (AS) itu setuju ditempatkan di Indonesia oleh perusahaannya dengan maksud sekalian berkeliling Asia Tenggara. Namun, bukan untung yang diraih, malang yang didapat.

Perusahaan Harvey di AS bangkrut, menyasar pula cabangnya yang di Tanah Air. Ia lantas meminta perusahaannya di AS mengakomodasi agar memulangkan ia dan keluarganya. Berbulan-bulan, hingga tabungannya terkuras, tak ada kabar baik.

Istri Waterloo yang asli Depok mulai uring-uringan. Tak patah ara, bule itu melempar lamaran kerja ke berbagai perusahaan di Indonesia. Lagi-lagi usahanya cuma berbuah penantian. Kepada wartawan, ia mengungkapkan.

"Susah mencari kerja di Indonesia," kata Waterloo di Imigrasi Kelas 1 Khusus Jakarta Selatan, setelah ditangkap karena izin tinggalnya di Indonesia telah melewati batas pada 3 Mei 2014. []

Berita terkait
0
Amerika Perluas Kapasitas Tes untuk Cacar Monyet
Perluas kapasitas pengujian di berbagai penjuru negara dan membuat tes lebih nyaman dan mudah diakses pasien dan penyedia layanan kesehatan