Jakarta – Intelektual Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Mukti Ali Qusyairi menghimbau para pendakwah untuk memperhatikan etika dakwah saat melakukan ceramah di depan publik.
"Dalam etika berdakwah, selain lisan, dakwah juga harus memperhatikan dan menggunakan perbuatan, akhlak, dan perilaku yang baik,” ujar Kiai Mukti dalam wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Rabu, 29 September 2021.
Kiai Mukti menanggapi kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Yahya Waloni kepada kaum Nasrani ini telah melanggar etika dalam berdakwah.
Sikap Yahya ini secara etika telah menyalahi etika dakwah karena etika dakwah itu adalah harus menggunakan tutur kata yang lemah lembut.

Ditangkap Bareskrim Polri pada Kamis, 26 Agustus 2021, Yahya diketahui telah merendahkan kitab Injil dengan menyebutnya fiktif atau palsu berdasarkan laporan video ceramahnya yang tersebar di YouTube.
“Sikap Yahya ini secara etika telah menyalahi etika dakwah karena etika dakwah itu adalah harus menggunakan tutur kata yang lemah lembut, tidak boleh menyakiti perasaan orang lain atau agama lain, tidak boleh membully, dan menganggap sesuatu yang sakral bagi agama lain adalah sesuatu yang tidak asli ataupun palsu,” katanya.
- Baca Juga: Muannas Alaidid Harap Polri Juga Tangkap Yahya Waloni
- Baca Juga: Polri Gas Terus Usut Kasus Penistaan Agama Yahya Waloni
Sebagai pendakwah, Yahya seharusnya menyebar dan mengajarkan ilmu kebaikan, amal saleh, serta menjadi uswah atau teladan bagi umat Islam lain dan bukan melecehkan suatu agama.
Kiai Mukti menekankan sebelum mengajak kebaikan, seseorang harus baik secara ucapan maupun tindakannya terselebih dahulu.
“Etika dakwah dalam surat Al-Imran: 159 dikatakan bahwa dengan rahmat kasih sayang dari Tuhan (Allah), kamu Muhammad lemah lembut kepada mereka, baik secara etika, perilaku, maupun ucapannya. Jika kamu hatinya keras, pasti niscaya mereka akan lari tidak mau merapat disisimu. Maka ampunilah mereka, mintalah maaf mereka kepada Tuhan, dan bermusyawarahlah kepada mereka,” ujar Kiai Mukti.
Menanggapi pernyataan sikap minta maaf pada ayat tersebut, Kiai Mukti menyebut ada 2 macam kesalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Pertama, kesalahan yang berkaitan dengan hak-hak Tuhan. Kedua, kesalahan yang berkaitan terhadap manusia. Menurutnya, di antara kedua kesalahan tersebut, kesalahan terhadap manusia lah yang paling rumit proses penyelesaiannya.
Ia kemudian menghubungkan kasus yang menimpa Yahya merupakan salah satu contoh dan bentuk dari kesalahan terhadap manusia karena berkaitan erat dengan hubungan antar umat.
- Baca Juga: Yahya Waloni Tak Berkutik Saat Digelandang Polisi
- Baca Juga: Denny Siregar ke Yahya Waloni: Modal Gede Bacot Doang
“Kalo permintaan maaf terhadap Tuhan itu tobat dan tidak mengulanginya lagi. Nah, kalau pada kasus ini kan kaum Nasrani. Sebagai manusia yang beragama, tentu mempunyai perasaan, keyakinan, hal-hal yang dikuduskan dan dianggap sakral serta suci di mata mereka seperti kitab suci Injil ini," katanya.
"Lalu kalau disinggung, tentu akan melukai perasaan. Menurut saya Yahya ini meminta maaf dan kalo bisa dimediasi antara Yahya dengan perwakilan dengan kaum Nasrani, setelah itu rekonsiliasi lah kamu sekalian ketika terjadi kesalahpahaman atau merasa ada yang dirugikan,” ujarnya.
Kiai Mukti juga menekankan ketika menyampaikan dakwah di ruang publik, pendakwah harus memperhatikan cara penyampaian dan materi yang dibawakan agar sesuai dan tidak menyinggung, melecehkan, atau menghina pihak lain.
(Eka Cahyani)