Jakarta - Kepergian Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie menyita perhatian publik dan memunculkan segenap misteri soal ketiadaan Keluarga Cendana yang mengantar jenazah Habibie ke tempat peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis, 12 September 2019.
1. Habibie dan Soeharto dimata Yusril
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra sempat memberikan pernyataan terkait kisah antara Soeharto dan Habibie, saat di RSPAD Gatot Soebroto, setelah presiden ke-3 RI BJ Habibie dinyatakan meninggal dunia.
"Saya sejak masih muda sekali waktu itu kenal beliau sebagai Menristek. Pada waktu ICMI berdiri saya sangat dekat dengan beliau, apalagi pada saat-saat terakhir pas Presiden Soeharto menjabat Presiden dan akan mengundurkan diri. Waktu itu saya berada di sekitar Pak Soeharto mengurusi bagaimana proses pergantian Presiden dari Pak Harto ke Habibie," kata Yusril, Kamis, 12 September 2019.Yusril mengungkapkan bahwa menjadi saksi keterkaitan keduanya. Menteri Sekretaris Negara periode 2004-2007 itu mengaku punya banyak kenangan dengan Habibie.
Presiden ke-3 RI selalu mengundang keluarga Cendana dalam beberapa acara. Menurutnya, pihak Cendana kerap mengabaikan undangan yang telah diberikan, tidak merespons positif.
"Saya sejak masih muda sekali waktu itu kenal beliau sebagai Menristek. Pada waktu ICMI berdiri saya sangat dekat dengan beliau, apalagi pada saat-saat terakhir pas Presiden Soeharto menjabat Presiden dan akan mengundurkan diri. Waktu itu saya berada di sekitar Pak Soeharto mengurusi bagaimana proses pergantian Presiden dari Pak Harto ke Habibie," kata Yusril, Kamis, 12 September 2019.
Masih teringat dibenaknya, peristiwa yang terjadi pada 21 Mei tahun 1998. Saat itu, Soeharto dan Habibie seolah memperlakukan dia bagai anaknya sendiri.
"Jadi enggak dianggap saya pejabat pemerintah pada waktu itu, tapi dianggap seperti anak beliau," ucapnya.
Jika Yusril tak mengungkap masalah apa yang terjadi sebenarnya di antara kedua mantan presiden itu, maka hal berbeda justru diceritakan Sekretaris pribadi almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie, Rubijanto.
Dia menyatakan Presiden ke-3 RI selalu mengundang keluarga Cendana dalam beberapa acara. Menurutnya, pihak Cendana kerap mengabaikan undangan yang telah diberikan, tidak merespons positif.
2. Hubungan Habibie dengan Prabowo
Jika menelisik penyebab absennya anak-cucu Soeharto pada pemakaman di TMP Kalibata, Berdasar penelusuran, Tagar akan mengungkap bagaimana hubungan sebenarnya antara Habibie dengan Prabowo yang dikabarkan sempat tegang dan merenggang.
Prabowo Subianto merupakan mantan menantu Soeharto. Prabowo adalah seorang anggota militer yang karirnya cukup berprestasi. Namun belakangan jabatan Pangkostrad dicopot oleh BJ Habibie.
Ketegangan dua tokoh besar Indonesia ini diceritakan Letjen (Purnawirawan) Sintong Hamonangan Panjaitan, dalam buku yang berjudul ‘Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’ pada tahun 2009.
Dijelaskan, saat itu, Sintong menjabat sebagai Penasihat Presiden Bidang Pertahanan dan Keamanan. Alasan dari pencopotan Prabowo sebagai Pangkostrad karena saat itu Habibie menerima laporan sedang terjadinya pergerakan pasukan Kostrad dari daerah menuju Jakarta tanpa sepengetahuan Panglima ABRI (TNI) Jenderal Wiranto pada 22 Mei 1998.
Habibie saat itu percaya akan laporan itu, sehingga dia tak bisa menerima adanya pergerakan pasukan.
Keputusan Habibie saat itu bersama dengan para pejabat tinggi TNI untuk memutuskan mengganti Pangkostrad dari Prabowo, yang saat itu berpangkat letnan Jenderal, kepada Mayor Jenderal Johny Lumintang.
Dalam bukunya berjudul "Detik-detik yang Menentukan : Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi", yang diterbitkan pada 2006, Habibie mengaku sempat merasa risau saat menerima Prabowo pada hari itu.
Pria kelahiran Parepare ini sangat khawatir terhadap sikap mantan suami Titiek Soeharto. Mereka bertemu di ruang kerja Habibie secara empat mata dengan diawali pembicaraan berbahasa Inggris. Prabowo protes atas pencopotannya.
Dia menganggap hal itu sebagai penghinaan kepada keluarganya, lebih-lebih kepada keluarga Soeharto.
Habibie menerangkan, tidak memecat Prabowo sebagai tentara, tetapi hanya menggeser jabatannya. Namun perselisihan berlanjut ketika polemik menjadi besar dan melibatkan keluarga cendana dan juga Habibie.
Polemik memang sempat mereda setelah Habibie disumpah menjadi orang nomor satu di Indonesia pada 21 Mei 1998. Banyak yang berasumsi, setelah lengsernya Soeharto, menjadikan Prabowo dan Habibie saling menjaga jarak.
Namun setelah Prabowo pulang dari pengembaraannya di Yordania ke Indonesia, dan kembali berpolitik, hubungan keduanya sempat mencair.
Apa yang terjadi antara Habibie dengan Soeharto menarik khalayak pada masa krisis politik dan ekonomi di tahun 1998 yang kelam.
Pada saat itu ada aksi demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi yang berujung pada kerusuhan massa di Jakarta dan beberapa daerah lainnya.
Hingga saat ini, belum terjawab secara gamblang, apa penyebab merebaknya isu tak sedap mengenai hubungan cendana dengan keluarga Mr Crack alias BJ Habibie. []