Bantul Waspada DBD di Tengah Pandemi Covid-19

Warga Bantul diminta waspada penyakit DBD di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya sampai pertengahan April 2020 tercatat 484 kasus.
Ilustrasi - Nyamuk DBD (Foto: Antara/hellosehat)

Bantul – Di tengah masa pandemi Covid-19 di Bantul, Juru bicara Penanganan Covid-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santosa atau akrab disapa Oki, menjelaskan bahwa Bantul juga sedang menghadapi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Meurut dia, tahun ini adalah siklus lima tahunan dari wabah DBD. “Jika siklus lima tahunan DBD maka korbannya akan lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi ini masih prediksi saja. Kita harus tetap waspada,” katanya ketika dihubungi, Kamis, 16 April 2020.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul ini mengatakan sejauh ini pihaknya mencatat selama 2020 sudah ada 484 dengan rincian Januari 183 kasus, bulan selanjutnya 177 kasus, Maret 124 kasus. “Untuk April ini kita belum menerima laporan. Untuk 2019 lalu total ada 1424 kasus,” ungkapnya.

Agar tidak terjadi peningkatan kasus DBD di Bantul, Oki mengimbau warga tetap waspada. Salah satu caranya menjaga kebersihan lingkungan termasuk ruangan-ruangan yang saat ini tidak digunakan dalam kondisi pandemi. 

“Seperti pemantauan jentik mandiri di rumah harus ditingkatkan dan juga gedung-gedung sekolah yang saat ini sedang libur diperhatikan juga kebersihannya, agar tidak ada jentik-jentik nyamuk yang bersarang di situ,” jelasnya.

Kita harus tetap waspada.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat di minta untuk selalu menjaga kebersihan dan jangan sampai lengah terhadap wabah lain seperti DBD. “Lakukan 3M, menguras, menutup, mengubur dan juga kalau bisa menaman tanaman yang pengusir nyamuk, kalau tidak dengan metode ikanisasi pada kolam atau bak yang ada airnya,” kata Oki.

Sementara itu, di Kabupaten Kulon Progo, kasus DBD juga meningkat yang disebabkan salah satunya faktor cuaca. Namun sejauh ini belum ada laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan Kulon Progo tentang adanya penderita yang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Baning Rahayujati mengimbau masyarakat tetap harus waspada karena penyakit ini tetap berisiko menyebabkan kematian, meski penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini bisa disembuhkan.

Baning menjelaskan, setelah digigit nyamuk Aedes aegypti, seseorang dapat mengalami gejala penyakit DBD pasca selesainya masa inkubasi virus dengue. Selama masa inkubasi 4-7 hari, virus DBD akan memperbanyak diri di dalam tubuh penderita. "Masa inkubasi DBD adalah rentang waktu yang diperlukan, mulai saat nyamuk menggigit hingga orang tersebut mengalami gejala DBD," ujarnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Yogyakarta Harus Waspada DBD Saat Wabah Corona
Yogyakarta harus waspada DBD di saat wabah Corona. Data DBD menunjukkan dua bulan ini tercatat 1.032 kasus, dua di antaranya meninggal.
Penyebab Kasus DBD Meningkat di Kulon Progo
Kasus DBD di Kulon Progo, Yogyakarta meningkat awal 2020. Faktor cuaca menjadi salah satu penyebabnya.
Tujuh Gejala DBD yang Menakutkan
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang menakutkan. Berikut gejala umum DBD yang harus diperhatikan.