Pengakuan Terduga Klitih Dikeroyok di Yogyakarta

Terduga klitih yang dikeroyok warga hingga babak belur di Kota Yogyakarta mengaku menjadi korban salah sasaran.
AR, 18 tahun, terduga klitih menunjukkan luka tusuk saat dikeroyok warga di Yogyakarta. (Foto: Foto/Evi Nur Afiah)

Yogyakarta - Terduga kenakalan remaja atau yang akrab disebut klitih, berinisial AR, 18 tahun, yang sempat dikeroyok warga hingga babak belur di jalan Jenderal Sudirman, Kota Yogyakarta pada Minggu, 5 April 2020 dini hari mengaku menjadi korban salah sasaran.

AR bersama temannya NY, 18 tahun yang juga dimassa warga, mengaku tidak membuat keributan dan menantang warga dengan senjata tajam. Bahkan Istanto Nugroho, 42 tahun, seorang yang ditabraknya bukan tanpa sebab.

"Jadi yang tertabrak itu bukan orang yang dipinggir jalan tapi orangnya memang sudah mengadang kami dan membawa sajam yang dipakai untuk es balok. Waktu itu posisi kami sudah terkepung dan laju kendaraan kencang," kata AR saat menceritakan kejadian yang menimpa dia kepada wartawan pada Rabu, 8 April 2020.

AR menceritakan, kejadian itu bermula saat dia dan NY sedang bermain di tempat temannya pada Sabtu 4 April 2020 malam. Kemudian NY mengajak AR untuk menemui orang yang terlibat masalah dengan NY di Jalan Ringroad Barat. Namun saat didatangi orang yang dicari tidak ketemu. Akhirnya keduanya pulang melewati Jalan Godean sekitar pukul 03.00 WIB.

Saat melewati wilayah Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, mereka tiba-tiba diteriaki oleh orang yang ada di jalan. Orang tersebut kemudian mengejarnya. Karena panik keduanya langsung tancap gas sampai di wilayah Tugu Pal putih Yogyakarta.

Ternyata mereka sudah dihadang oleh warga yang berada di wilayah tersebut. Saat itu sudah sulit mencari jalan keluar.

AR yang mengendarai motor saat itu melihat dengan jelas warga yang menghadang sangat banyak. Di antaranya kerumunan warga ada yang membawa senjata tajam. Laju kendaraan mereka terhenti setelah menabrak warga yang menghadang tepat di tengah jalan.

AR menyebut orang yang ditabrak tersebut membawa senjata tajam. "Orang di mana-mana ada, seperti sudah menghadang kami sampai akhirnya nabrak orang. Lalu kami dimassa," ucapnya.

Akibat pengeroyokan tersebut, AR mengalami luka tusuk di bagian pinggang belakang dan sudah dilakukan operasi. Serta bagian lainnya mengalami luka-luka. Sementara untuk terduga pelaku NY mengalami luka parah di bagian tangan dan kaki.

AR mengaku saat itu tidak membawa senjata tajam dan tidak memprovokasi dan memulai keributan. AR juga mengaku tidak tahu jika ditemukan senjata tajam itu dibawa oleh temannya atau bukan.

Lebih lanjut AR mengaku bahwa keduanya menjadi korban salah sasaran. Alasannya saat mereka dimassa beberapa warga mendesak agar mengakui perbuatan yang tidak mereka lakukan.

"Kowe sing kae kan, ndi rombonganmu, ndi sajammu (Kamu yang bikin ribut kan, mana rombonganmu, mana senjata tajammu). Katanya sebelum ini ada yang ngacung-ngacungin senjata. Kami baru lewat ke sana gak tau apa-apa. Terus kami dipaksa untuk ngaku. Dari pada makin babak belur ya udah akhirnya kami ngaku," ujarnya.

pelaku klitihTerduga pelaku klitih dilarikan ke rumah sakit setelah babak belur dihajar massa. (Foto: Dok. Polresta Kota Yogyakarta/Tagar/Evi Nur Afiah)

Beruntung pada saat kejadian, anggota kepolisian datang ke lokasi sehingga keduanya berhasil diamankan. AR dan NY akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif akibat dikeroyok warga.

Orang Tua Mengaku Gagal Didik Anak

Sementara itu, orang tua AR, inisial R, 48 tahun, mengatakan keluarga baru mengetahui anaknya masuk rumah sakit dengan keadaan babak belur saat mendapat kabar dari pihak Kepolisian. Anaknya ditangani oleh dua rumah sakit karena lukanya yang cukup parah.

"Awalnya dibawa ke rumah sakit Ludiro namun perlu dirujuk ke rumah sakit yang cukup besar karena alat-alatnya tidak mumpuni. Akhirnya dibawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah kota Yogyakarta," katanya.

Anaknya menjalani operasi pada Minggu 5 April 2020 siang. AR kini sudah pulang ke rumah pada Senin 7 April 2020. AR terpaksa dibawa pulang karena tidak bisa menanggung biaya pengobatan yang cukup besar. Ayah yang berkerja sebagai penjual ketoprak tidak bisa berbuat apa-apa ketika perekonomian sedang krisis seperti saat ini.

"Yang penting anak udah selesai dioperasi tinggal proses penyembuhannya saja masih butuh rawat jalan dan pengobatan dilakukan di rumah," ucapnya.

Apakah keluarga akan menuntut jika AR merupakan salah sasaran? Pihak keluarga belum memikirkan hal itu. "Karena kita gak di TKP, maka omongan kita gak bisa jadi pedoman. Jadi saya tanya anaknya minta jujur yang sebenarnya seperi apa kejadiannya. Terus kalau semisal kan korban yang tertabrak juga menuntut, kami bisa tahu kesalahannya di mana," kata dia.

Di sisi lain, dia mengaku gagal mendidik anaknya yang keluyuran pada malam hari bahkan sampai dini hari. "Lagi pandemi wabah virus Corona tapi anak saya masih di luar, saya sepertinya gagal mendidik anak. Bukannya di rumah aja dia malah keluyuran," ucapnya.

Kapolsek Jetis komisaris polisi Bayu saat dikonfirmasi wartawan pihaknya masih melakukan proses penyelidikan. "Kasusnya masih kami proses dan masih dalam penyelidikan, masih kesulitan mencari saksi," katanya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Terduga Klitih Babak Belur Dikeroyok di Yogyakarta
Dua terduga klitih babak belur dihajar massa setelah menabrak warga di Kota Yogyakarta.
Aksi Klitih Bacok Pemuda di Sleman
Aksi klitih kembali terjadi di Yogyakarta. Kali ini seorang pemuda dibacok dengan senjata tajam di Turi, Kabupaten Sleman.
Polisi Sebut Penyerangan di Sleman Bukan Klitih
Polsek Pakem masih memburu pelaku penganiayaan. Polisi menyebut aksi tersebut bukan klitih.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.