Bambang Soesatyo, Dari Wartawan Jadi Anggota DPR

Ketua DPR Bambang Soesatyo akan kembali mengisi kursi dewan rakyat setelah melewati proses Pileg 2019.
Ketua DPR Bambang Soesatyo. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Jakarta - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengklaim akan kembali mengisi kursi dewan rakyat setelah melewati proses Pileg 2019. Ia membuktikan, dengan intensitas kerja tinggi sebagai petinggi DPR, mampu merebut suara di daerah pemilihan (dapil) nya.

Bambang membeberkan, perolehan suaranya untuk sementara ini hanya kalah dari caleg PDI Perjuangan dengan perolehan suara sekitar 350.000 yang mendapat jatah dua kursi. Sementara Golkar memperoleh 250.000 suara dan berhak atas satu kursi di parlemen.

"Alhamdulillah saya atau Golkar memperoleh kursi kedua setelah PDI-P, dari tujuh kursi yang ada di dapil Jateng VII," kata Bambang dalam keterangan tertulis, Rabu 2 Mei 2019.

Pria yang karib disapa Bamsoet ini merupakan caleg dari dapil Jawa Tengah VII yang meliputi wilayah Purbalingga, Kebumen dan Banjarnegara.

Sebelum memutuskan menjadi politikus, Bamsoet sempat menjadi awak media di Harian Umum Prioritas. Meski berlatar pendidikan ekonomi dan besar dari keluarga purnawirawan, pria kelahiran Jakarta 10 September 1962 ini lebih memilih 'nyemplung' sebagai kuli tinta. 

Bamsoet memilih karir kewartawanan karena semasa kuliah senang berorganisiasi dan aktif di pers kampus. Profesi dan karakter kerja wartawan mengharuskannya cakap berinteraksi dengan berbagai kalangan. Modal sebagai jurnalis membuatnya memiliki akses untuk membangun jejaring bisnis dan politik. Melalui industri media, ia membentuk jaringan dengan Agung Laksono dan Aburizal Bakrie.

Tercatat, kiprah Bamsoet sebagai wartawan dimulai saat ia ikut andil sebagai penulis di Harian Umum PrioritasSetelah koran tersebut dibredel oleh pemerintah orde baru, Bambang tak tinggal diam. Kemudian ia masuk menjadi Sekretaris Redaktur di Majalah Vista, baru setelah itu mendirikan majalah Info Bisnis pada tahun 1991.

Karier tertingginya di dunia jurnalistik ketika menjabat Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Karya pada tahun 2004.

"Saat Pak JK (Jusuf Kalla) menjadi Ketua Umum Golkar, saya juga dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi Koran Suara Karya. Profesi wartawan membuat saya harus bisa menguasai semua bidang," ujar ayah delapan anak ini.

Bamsoet juga mengembangkan kepiawaiannya dalam dunia bisnis. Posisi tertinggi dalam perusahaan dari jabatan direktur hingga komisaris pernah ia cicipi. Di antaranya, sebagai Direktur Kodeco Timber tahun 2007, Direktur PT SIMA tbk tahun 2006, dan Komisaris PT Suara Irama Indah tahun 1999.

Sambil merintis beberapa usaha, Bambang juga aktif bersama Partai Golkar, Pemuda Pancasila, Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), dan sejumlah organisasi lainnya.

Bamsoet mulai mencicipi dunia politik, saat bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 1995. Di partai berlambang beringin, karirnya melesat dengan cepat. Dia ditunjuk menjadi Ketua Biro Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Partai Golkar pada periode 2000-2005. Gagal menjadi anggota dewan pada tahun 2004, tak meredupkan kariernya di politik.

Justru dia naik menjadi anggota Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Golkar pada 2004 dan menjadi Penasihat Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) DPP Partai Golkar periode 2005-2009. Baru pada 2009, Bamsoet melenggang ke parlemen.

Di DPR RI ia memegang peran sebagai Wakil Bendahara Umum Golkar pada 2009-2015 yang duduk di Komisi III DPR.

Menjadi seorang wakil rakyat, suami dari Lenny Sri Mulyani ini terlihat ingin membongkar skandal aliran dana Bank Century. Bamsoet tidak ingin negara kembali terbebani dalam bidang ekonomi, akibat ulah segelintir orang seperti kasus BLBI beberapa waktu silam. Saat di DPR ia membentuk panitia khusus hak angket Bank Century.

Bambang Soesatyo selanjutnya terpilih menjadi Ketua DPR menggantikan Setya Novanto usai dilantik dan disahkan parlemen lewat sidang paripurna, Senin 15 Januari 2018. Dia menyingkirkan sejumlah nama lain yang sebelumnya juga mengemuka seperti Aziz Syamsuddin, Agus Gumiwang dan Zainuddin Amali.

Bambang Soesatyo dikenal kritis dalam menyampaikan pandangannya tentang Aliran Dana Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century. Namun Bambang Soesatyo juga dikritik publik karena gemar menggunakan mobil mewah.

Baca juga: 

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.