Bandung - Pengaduan berita atau informasi hoaks meningkat selama pandemi Covid 19. Selama pandemi sejak bulan Maret 2020, lebih dari 3.000 pengaduan yang masuk dari masyarakat ke Jabar Saber Hoaks (JSH). Hal itu diungkapkan anggota JSH, Alfianto Yustinova, ketika jadi narasumber dalam dialog Ruang Publik TVRI Jawa Barat, bertema 'Hadapi dan Lawan Hoaks', Senin sore, 31 Agustus 2020. Menurut Alfian, kebanyakan berita hoaks itu yang membahas soal penemuan obat dan penangkal virus corona.
"Ya kebanyakan infonya adalah soal penemuan obat atau penangkal virus. Kemudian ada lagi info yang mengandung unsur menakut-nakuti dan lain-lain," kata Alfian. JSH sendiri, tambah Alfian, dalam mencari klarifikasi informasi yang beredar dan diduga kuat adalah hoaks itu, selalu mencari informasi dari pihak-pihak yang berkompeten agar didapat informasi yang benar.
"Kita selalu melakukan klarifikasi dan mencari sumber yang berwenang tentang isu-isu tertentu, agar didapat data yang akurat" ujar Alfian. Alfian juga menjelaskan bahwa informasi hoaks itu kebanyakan tersebar di medsos, seperti di grup-grup WA keluarga atau komunitas.
"Ya kebanyakan di grup WA keluarga atau komunitas. Mereka saling berbagi sehingga cepat tersebar. Oleh karena itu penting memberi edukasi kepada masyarakat ciri-ciri umum dari berita hoaks itu, diantaranya sumber yang tidak jelas, dan selalu ada kata-kata minta diviralkan" jelas Alfianto.
Sementara itu narasumber lain dalam dialog di TVRI itu, Ketua KPID Jabar Dr. Dedeh Fardiah, M.Si menjelaskan cepat tersebarnya informasi hoaks tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang selalu merasa yang pertama kali tahu tentang informasi itu.
"Karena merasa yang pertama kali tahu, sehingga cepat-cepat dibagikan lewat WA baik grup keluarga dan kelompok. Lalu yang menerima informasi itu juga seperti takut keduluan, langsung dibagikan lagi tanpa ada penyaringan dulu" tutur Dedeh.
Oleh karena itu KPID selalu mengedukasi masyarakat diantaranya melalui komunitas-komunitas masyarakat atau melalui influencer. "Sebenarnya media penyiaran convensional seperti TV dan radio itu bisa dijadikan ukuran, jika informasi itu tidak ada di TV dan radio maka bisa diduga kuat bahwa itu hoaks. Meskipun harus diakui juga bahwa sekarang terkadang TV dan radio juga ada yang membuat berita bersumber dari medsos" kata Alfian pula.
KPID terus meminta kepada media penyiaran agar tetap bertanggungjawab dan memegang prinsip kehati-hatian dalam membuat informasi untuk konsumsi publik (Pun/jabarprov.go.id). []