Asosiasi Pengusaha Lepas 50 Juta Dolar AS untuk Kuatkan Rupiah

Asosiasi pengusaha lepas 50 juta dolar AS untuk kuatkan rupiah. Para pengusaha juga komit kurangi impor bahan baku dan bahan penunjang.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kanan) mengapresiasi langkah nyata menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dilakukan oleh Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (FORKAS) Jawa Timur. (Foto: Kantor Staf Kepresidenan)

Surabaya, (Tagar 21/9/2018) - Langkah nyata menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dilakukan oleh Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (FORKAS) Jawa Timur. Dalam dua hari terakhir mereka melepas 50 juta dolar AS di luar yang reguler.

Upaya spontan ini mendapat apresiasi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. "Saya memberi apresiasi pada rekan-rekan Forkas di Jawa Timur. Dengan kesadarannya muncul gerakan yang positif, menginspirasi, dan memotivasi bagi daerah lain," ujarnya di hadapan 150 orang mewakili 38 asosiasi pengusaha di Jawa Timur sesuai keterangan tertulis dari Kantor Staf Kepresidenan diterima Tagar News, Kamis malam (20/9).

"Kami membulatkan tekad dan menggugah semangat karena pelemahan ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus," kata Ketua Forkas Jawa Timur Nur Cahyudi dalam acara bertajuk Bersatu Menguatkan Rupiah dengan penukaran dolar ke rupiah secara simbolis di Hotel Majapahit Surabaya (20/9).

Nur juga menyampaikan komitmen para pengusaha untuk mengurangi impor bahan baku dan bahan penunjang, serta menggencarkan pemakaian produk dalam negeri. Dengan demikian impor makin kecil, dan sebaliknya ekspor makin besar.

Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Timur Difi Ahmad Djohansyah memuji langkah para pengusaha ini. "Ini satu hal yang menunjukkan patriotisme. Nilai 50 juta dolar AS cukup besar untuk menstabilkan rupiah," ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, sejak awal tahun 2018, Rupiah melemah sekitar 8,6 persen. Pada (20/9) ini, Rupiah berada di level Rp14.845 per dolar AS. Namun kondisi Rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang negara emerging markets lainnya, seperti Peso Chili (-10,42%); Rupee India (-11,75%); Rubel Rusia (-13,76%) dan Rand Afrika Selatan (-15,53%).

Menanggapi pelemahan rupiah, Kastaf menilai bahwa Indonesia tidak hidup dalam ruang hampa. Saling mempengaruhi negara tidak bisa dihindarkan. "Jadi janganlah seolah-olah pemerintah saja yang salah. Situasi global punya kontribusi," terangnya.

Penyebab utama pelemahan Rupiah adalah ekspektasi percepatan normalisasi kebijakan moneter AS dan kebijakan fiskal ekspansif AS yang membuat defisit APBN AS melebar. Artinya, AS akan menjual obligasi lebih banyak, menawarkan suku bunga lebih tinggi, dan membuat global capital flows masuk ke AS.

Hal lain adalah krisis di Turki dan Argentina yang mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap emerging markets serta depresiasi Yuan akibat perang dagang AS-China.

Sementara, di dalam negeri adalah adanya defisit transaksi berjalan Indonesia yang melebar. Defisit tersebut sebenarnya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sayangnya, hal itu memicu sentimen negatif pasar.

Menurut Kepala Staf Kepresidenan ada langkah untuk mengatasi pelemahan rupiah. Salah satunya adalah menggalakkan potensi wisata. "Sumber daya pariwisata Bromo, Banyuwangi di Jawa Timur luar biasa. Jika ada tambahan 1 juta wisatawan asing dengan pengeluaran rata-rata 2.000 dolar AS, maka akan menghasilkan tambahan devisa sebesar 2 miliar dolar AS," jelasnya.

Selain itu investasi dan pertumbuhan ekonomi harus digiatkan. Infrastruktur adalah prasyarat karena menekan biaya tinggi dan melancarkan transportasi. Upaya lainnya adalah perbaikan pelayanan publik (perizinan), pemberantasan korupsi dan pungli, perbaikan pendidikan serta pelatihan vokasi, dan kompetensi operator infrastruktur dan pemerintah daerah yang mendekati world class level. []

Berita terkait
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan