AS Menambah 236 Ribu Pekerjaan Meski Bank Sentral Naikkan Suku Bunga

Pengusaha Amerika menambahkan 236.000 pekerjaan pada bulan Maret 2023 lalu, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang tetap kuat
Tanda lowongan kerja dipajang di sebuah restoran di kota Prospect Heights, Negara Bagian Illinois, AS, pada 4 April 2023. (Foto: voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Pengusaha Amerika Serikat (AS) menambahkan 236.000 pekerjaan pada bulan Maret 2023 lalu, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang tetap kuat, tetapi mungkin menjadi alasan bagi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5%, tidak jauh di atas level terendah selama 53 tahun sebesar 3,4% yang dicapai pada bulan Januari. Pertumbuhan lapangan kerja bulan lalu itu lebih rendah dari pertambahan pekerjaan bulan Februari sebesar 326.000.

Laporan pemerintah hari Jumat, 7 April 2023, menunjukkan bahwa ekonomi dan pasar kerja tetap pada pijakan yang kokoh meskipun sembilan kali kenaikan suku bunga telah diberlakukan selama setahun terakhir oleh The Fed.

Kenaikan pekerjaan bulan Maret 2023 dapat menyebabkan The Fed menyimpulkan bahwa laju perekrutan masih memberikan tekanan ke atas pada upah dan inflasi dan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan. Ketika bank sentral memperketat kredit, biasanya mengarah pada tingkat bunga yang lebih tinggi pada hipotek, pinjaman mobil, pinjaman kartu kredit, dan banyak pinjaman bisnis lainnya.

Meskipun pertumbuhan pekerjaan cepat terjadi bulan lalu, tanda-tanda ekonomi terbaru semakin menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi AS mungkin akan terjadi. Sektor manufaktur melemah, perdagangan Amerika dengan seluruh dunia menurun, dan, meskipun restoran, sektor ritel, dan perusahaan jasa lainnya masih tumbuh, tingkat pertumbuhannya lebih lambat.

Bagi para pejabat Fed, pengendalian inflasi adalah prioritas utama mereka. The Fed lambat merespons ketika harga konsumen mulai melonjak pada musim semi 2021, dengan menyimpulkan bahwa hal itu hanya konsekuensi sementara dari kemacetan pasokan yang disebabkan oleh ledakan ekonomi yang secara mengejutkan melambung dari resesi pandemi.

Baru pada Maret 2022 The Fed mulai menaikkan suku bunga acuannya dari tingkat sebelumnya yang mendekati nol. Namun, dalam satu tahun terakhir, The Fed telah menaikkan suku bunga secara lebih agresif daripada sejak 1980-an dalam upaya mengatasi inflasi terburuk sejak saat itu.

Dan karena biaya pinjaman meningkat, laju inflasi terus menurun. Tingkat inflasi konsumen tahun-ke-tahun terbaru —kini sebesar 6% — jauh di bawah tingkat 9,1% yang dicapai Juni lalu. Tapi angka itu masih jauh di atas target inflasi 2% yang dipatok oleh The Fed.

Hal yang rumit adalah gejolak di sistem keuangan. Dua bank besar Amerika bangkrut pada bulan Maret, dan suku bunga yang lebih tinggi serta kondisi kredit yang lebih ketat dapat semakin membuat bank tidak stabil dan menekan pinjaman dan pengeluaran konsumen dan bisnis.

The Fed bertujuan untuk mencapai apa yang disebut soft landing — memperlambat pertumbuhan ekonomi guna menjinakkan inflasi tanpa menyebabkan ekonomi terbesar dunia itu jatuh ke dalam resesi. Sebagian besar ekonom ragu strategi itu akan berhasil; mereka memperkirakan resesi tetap akan terjadi akhir tahun ini.

Sejauh ini, perekonomian telah terbukti tangguh dalam menghadapi biaya pinjaman yang semakin tinggi. Produk domestik bruto Amerika — total output barang dan jasa ekonomi — berkembang dengan kecepatan yang sehat pada paruh kedua tahun 2022. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mulai kehilangan momentum.

warga as ajukan tunjanganIlustrasi - Warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran antre di kota Frankfort, Negara Bagian Kentucky, AS. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Pada hari Senin, Institute for Supply Management (ISM), sebuah asosiasi manajer pembelian, melaporkan bahwa aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi pada bulan Maret selama lima bulan berturut-turut. Dua hari kemudian, ISM mengatakan bahwa pertumbuhan layanan, yang menyumbang sebagian besar pekerjaan AS, telah melambat tajam bulan lalu.

Pada hari Rabu, Departemen Perdagangan melaporkan bahwa ekspor dan impor AS turun pada bulan Februari sebagai tanda lain bahwa ekonomi global melemah.

Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis (6/4) mengatakan telah menyesuaikan cara menghitung berapa banyak orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran. Penyesuain Depnaker itu menambahkan hampir 100.000 klaim baru ke angka pengangguran selama dua minggu terakhir, dan mungkin menjelaskan mengapa PHK besar-besaran di sektor industri teknologi tahun ini belum muncul di daftar pengangguran Depnaker sebelumnya.

Departemen Tenaga Kerja juga melaporkan minggu ini bahwa pemberi kerja membukukan 9,9 juta lowongan pekerjaan pada bulan Februari, paling sedikit sejak Mei 2021 tetapi masih jauh lebih tinggi daripada yang terlihat sebelum tahun 2021.

Dalam upayanya untuk melakukan soft landing, The Fed telah menyatakan harapan bahwa pemberi kerja akan mengurangi tekanan upah dengan mengiklankan lebih sedikit lowongan daripada dengan memangkas banyak pekerjaan yang ada. The Fed juga berharap lebih banyak orang Amerika akan mulai mencari pekerjaan, sehingga menambah pasokan tenaga kerja dan mengurangi tekanan pada pemberi kerja untuk menaikkan upah. (pp/ft)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Menaker Sebut Perpu Cipta Kerja Lindungi Pekerja Hadapi Dinamika Ketenagakerjaan
Substansi ketenagakerjaan yang diatur dalam Perpu pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari regulasi sebelumnya yakni UU Cipta Kerja
0
AS Menambah 236 Ribu Pekerjaan Meski Bank Sentral Naikkan Suku Bunga
Pengusaha Amerika menambahkan 236.000 pekerjaan pada bulan Maret 2023 lalu, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang tetap kuat