Jakarta - Baru-baru ini muncul istilah baru yang bernama Herd Immunity, yang digadang-gadang dapat memperlambat penyebaran wabah virus corona (Covid-19). Lantas, apa arti Herd Immunity dan hubungannya dengan Covid-19?
Melansir laman Al Jazeera, Selasa, 24 Maret 2020, Herd Immunity atau kekebalan kawanan adalah situasi di mana banyak orang dalam suatu kelompok yang memiliki kekebalan terhadap infeksi, dan dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit.
Kelompok ini tidak memperdulikan asal kekebalan tersebut, baik dari vaksinasi maupun dari orang yang menderita penyakit tersebut. Intinya, mereka kebal dari segala macam penyakit.
Saat ini semakin banyaknya orang yang terinfeksi Covid-19, sehingga lebih banyak orang yang mengharapkan kesembuhan dan kebal terhadap infeksi di masa mendatang.
Seorang profesor penyakit menular dari London School of Hygiene & Trpocial Medicine, Martin Hibberd mengatakan bahwa keberadaan kelompok kekebalan atau herd immunity ini dapat menghentikan jumlah orang yang terinfeksi virus.
"Ketika sekitar 70 persen populasi telah terinfeksi dan sembuh, kemungkinan wabah penyakit ini menjadi lebih sedikit karena kebanyakan orang resistensi terhadap infeksi. Inilah yang disebut dengan herd immunity," kata Hibberd.
Korelasi Herd Immunity dengan Covid-19
Saat ini, satu orang yang terinfeksi Covid-19, rerata akan menginfeksi dua sampai tiga orang lainnya. Artinya, jika tidak ada langkah cepat yang diambil, maka herd immunity akan terbentuk saat 50 sampai 70 persen populasi yang terinfeksi dinyatakan sembuh dan kebal.
Namun menurut profesor di Institute of Infection Veterinary and Ecological Sciences at Liverpool University, Matthew Baylis, herd immunity ini tidak perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah korban terinfeksi corona. Hal ini dapat dihindari dengan menerapkan social distancing, seperti meliburkan sekolah, menghindari kerumunan, atau bekerja dari rumah.
"Dari sudut pandang epidemiologi, triknya adalah mengurangi jumlah orang yang kontak langsung dengan kita. Sehingga kita dapat menurunkan angka penyebaran dan herd immunity ini bisa diterapkan lebih awal," kata Baylis.
Herd Immunity ini pertama kali dicetuskan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang menyatakan bahwa langkah ini strategis untuk mencegah penyebaran Covid-19 di negara berjuluk The Black Country ini.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertanyakan alasan Inggris menerapkan herd immunity. Menurut juru bicara WHO, Margaret Harris, wabah Covid-19 ini masih belum dimengerti mengenai kajian ilmiahnya, termasuk durasi penyebaran dan dampaknya terhadap kekebalan tubuh.
"Virus ini mempunyai dampak yang berbeda terhadap tubuh, sehingga imunitas yang dihasilkan tentunya berbeda-beda," kata Harris, sebagaimana dikutip dari The National, Selasa, 24 Maret 2020.
Haris juga mengatakan bahwa dalam menangani penyebaran virus corona ini dibutuhkan aksi nyata, meskipun WHO bisa saja memberikan sejumlah teori yang ada.[]
(Dea Zirda)