Arab Saudi Kecam Karikatur Dukung Boikot Produk Prancis

Presiden Macron menyulut kontroversi kartun Nabi Muhammad yang menimbulkan protes dari beberapa negara Muslim dan boikot produk Prancis
Protes warga Irak di Baghdad terkait penyataan Macron soal penerbitan kartun Nabi Muhammad. Beberapa toko di Kuwait telah menurunkan produk-produk buatan Prancis dari rak mereka pada hari Minggu, 25 Oktober 2020 (Foto: bbc.com/indonesia – Reuters)

Jakarta - Arab Saudi mengecam keras kartun Nabi Muhammad, penerbitan yang dibela oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyusul pemenggalan seorang guru di Prancis karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada siswanya. Gelombang protes muncul dari beberapa negara Muslim yang diikuti dengan boikot produk Prancis.

Pernyataan dari pejabat Kementerian Luar Negeri Saudi seperti yang dilaporkan kantor berita “SPA” pada Selasa, 27 Oktober 2020, menyebutkan negara kerajaan itu "mengecam penggambaran yang menyinggung terkait Rasul umat Islam, Muhammad .... atau nabi-nabi yang lain."

Kerajaan juga "menolak upaya untyuk mengaitkan antara Islam dan terorisme," sebut pernyataan itu dengan tambahan negara itu juga "mengecam segala bentuk terorisme, siapapun pelakunya."

Saudi juga menyebut "kebebasan berpikir dan kebebasan kultural adalah satu hal yang harus dijunjung dengan saling menghargai, toleransi dan damai."

Namun Saudi tidak menyebut nama Prancis dalam pernyataan itu. Kecaman juga dikeluarkan Qatar dan Maroko serta Turki.

Kecaman itu muncul setelah Presiden Macron mengatakan negaranya tidak akan berhenti menerbitkan atau membicarakan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad, seminggu setelah pemenggalan guru Samuel Paty.

1. Sekularisme Negara -atau laïcité- Identitas Nasional Prancis

Guru sejarah itu menunjukkan kartun kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi.

Pernyataan Macron ini menimbulkan gelombang kritikan dan protes di sejumlah negara termasuk di Irak, Palestina, Libia dan Suriah. Pernyataannya juga menimbulkan seruan sejumlah negara untuk memboikot produk Prancis.

pengumuman di supermarketPengumuman di sebuah supermarket di ibu kota Yordania, Amman, memberitahu konsumen bahwa barang-barang Prancis diboikot (Foto: bbc.com/indonesia – EPA)

Seruan boikot juga dilontarkan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, karena sikap Presdien Marcon disebutnya sebagai sikap bermusuhan terhadap Muslim.

"Sekarang saya menyerukan kepada bangsa kita, sebagaimana yang telah terjadi di Prancis untuk tidak membeli merek-merek Turki, maka saya menyerukan kepada bangsa saya di sini dan mulai sekarang: jangan perhatikan barang-barang berlabel Prancis, jangan beli barang-barang itu," tegas Erdogan dalam pidato di televisi pada Senin, 26 Oktober 2020.

Presiden Erdogan juga menyerukan kepada Uni Eropa untuk membatasi hal yang disebut sebagai agenda anti-Islam yang diusung Macron.

Boikot produk Prancis sudah terjadi di beberapa negara Timur Tengah sebagai bentuk protes terhadap pembelaan Presiden Emmanuel Macron atas hak untuk menunjukkan kartun Nabi Muhammad.

Pemerintah Prancis pun telah meminta aksi pemboikotan diakhiri.

Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan seruan "tak berdasar" untuk boikot itu "didorong oleh kelompok minoritas radikal".

Produk Prancis telah ditarik dari beberapa toko di Kuwait, Yordania, dan Qatar.

Reaksi negatif tersebut berasal dari komentar Macron setelah pembunuhan seorang guru Prancis yang mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.

Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, "dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Prancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".

Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.

Namun, sekularisme negara -atau laïcité- adalah pusat identitas nasional Prancis. Membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, menurut negara, merusak persatuan.

Pada hari Minggu, 25 Oktober 2020, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Prancis dalam sebuah twit yang berbunyi: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."

Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati "kebebasan berkeyakinan" dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.

Pada hari Minggu, 25 Oktober 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan "pemeriksaan kesehatan mental" terkait pandangannya tentang Islam.

2. Seberapa Luas Boikot Terhadap Produk Prancis

Produk-produk Prancis diturunkan dari beberapa rak supermarket di Yordania, Qatar, dan Kuwait pada hari Minggu, 25 Oktober 2020. Produk kecantikan dan perawatan rambut buatan Prancis, misalnya, tidak lagi dipajang.

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan pemboikotan barang-barang Prancis.

Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen, yang merupakan serikat non-pemerintah, mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas "penghinaan berulang" terhadap Nabi Muhammad.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis mengakui langkah tersebut.

Ia menulis: "Seruan untuk boikot ini tidak berdasar dan harus segera dihentikan, beserta semua serangan terhadap negara kami, yang didorong oleh kelompok minoritas radikal."

Di dunia maya, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar.

Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, adalah topik paling tren kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab.

Sementara itu, unjuk rasa anti-Prancis berskala kecil digelar di Libia, Gaza, dan Suriah utara, tempat yang dikuasai milisi yang didukung Turki.

Mengutip data statistik Turki, kantor berita Reuters melaporkan Prancis tercatat sebagai eksportir terbesar ke-10 ke Turki. Mobil Renault buatan perusahaan Prancis dilaporkan sebagai salah satu kendaraan yang laris di Turki.

3. Mengapa Prancis Terlibat dalam Perselisihan Ini

Pembelaan keras Macron terhadap sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam radikal menyusul pembunuhan Paty telah membuat marah beberapa sosok di dunia Muslim.

Presiden Erdogan bertanya dalam pidatonya: "Apa masalah individu bernama Macron dengan Islam dan Muslim?"

Sementara pemimpin Pakistan, Imran Khan menuduh sang pemimpin Prancis "menyerang Islam, jelas tanpa memahami apapun tentangnya".

"Presiden Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia," katanya dalam sebuah twit.

Awal bulan ini, sebelum pembunuhan sang guru, Macron mengumumkan rencana undang-undang yang lebih ketat untuk mengatasi hal yang ia sebut "separatisme Islam" di Prancis.

Ia mengatakan, kelompok minoritas Muslim di Prancis - terdiri dari kira-kira enam juta orang - berpotensi membentuk "masyarakat tandingan". Ia menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis".

Di tengah serangan dari sejumlah negara, Prancis mendapat dukungan dari Jerman. "Serangan pribadi Presiden Erdogan kepada Presiden Macron menurut saya adalah momen buruk dan tidak dapat diterima. Yang penting kami menunjukkan solidaritas kepada Prancis dalam memerangi ekstremis Islam, khususnya sesudah aksi terorisme mengerikan yang terjadi minggu lalu," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas pada Senin, 26 Oktober 2020.

Kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad memiliki warisan politik yang gelap dan intens di Prancis. Pada 2015, 12 orang tewas dalam serangan di kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, yang menerbitkan kartun tersebut.

Beberapa komunitas Muslim terbesar di Eropa Barat menuduh Macron berusaha menekan agama mereka dan mengatakan kampanyenya berisiko melegitimasi Islamofobia.

4. Bagaimana Hubungan Prancis dengan Turki

Seruan Presiden Erdogan untuk memboikot produk Prancis dikeluarkan sesudah terjadi ketegangan selama berbulan-bulan antara Prancis dan Turki.

Walaupun kedua negara adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mereka mendukung pihak-pihak yang berlawanan dalam konflik antara Armenia dan Azerbaijan, dan juga dalam perang saudara di Libia.

Presiden Macron juga telah berselisih dengan Presiden Erdogan terkait dengan eksplorasi minyak dan gas oleh Turki di wilayah perairan yang diperebutkan di Laut Tengah. Prancis lantas menerjunkan pesawat tempur dan kapal fregat pada bulan Agustus di tengah ketegangan.

Seruan boikot ini juga dikeluarkan sehari setelah Erdogan mengatakan bahwa Macron memerlukan "pemeriksaan kesehatan mental" terkait pandangannya yang keras terhadap Islam.

Komentar Erdogan itu mendorong Prancis memanggil duta besarnya di Ankara untuk konsultasi (bbc.com/indonesia). []

Berita terkait
Presiden Marcon Tuduh Turki Picu Kebencian Terhadap Prancis
Komentar Presiden Turki terhadap Presiden Prancis terkait dengan pembunuhan seorang guru di Prancis berbuntut panjang ke ranah diplomatik
Presiden Prancis Genjot Kampanye Anti-Ekstremisme
Presiden Perancis, Emmanuel Macron, berjanji untuk meningkatkan tindakan keras terhadap ekstremisme Islam di Perancis
Prancis Hapus Konten Ujaran Kebencian di Media Sosial
UU baru di Prancis mewajibkan pengelola media sosial untuk segera menghapus konten ujaran kebencian dengan ancaman denda
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi