Anomali Rangkulan Politik

Politik penuh hingar-bingar, dinamis dan fokus pada kepentingan. Apakah kepentingan nasional? Sangat langka! Tulisan opini Bagas Pujilaksono.
Ilustrasi - Politik. (Foto: Pixabay/Wokandapix)

Masih segar di ingatan saya kejadian masa kecil, ketika berangkulan dengan teman artinya saya mencoba membangun koalisi dengannya, untuk jangka pendek atau panjang, dalam menggempur lawan.

Bagi saya pribadi rangkulan itu bermakna lahiriah, karena belum tentu tulus dari hati yang dalam dan dari kedua belah pihak. Yang jelas adalah awal membangun suatu komitmen. Perkara konsisten apa tidak, itu urusan lain.

Politik adalah dunia yang penuh hingar-bingar, dinamis dan fokus pada kepentingan. Apakah kepentingan nasional? Sangat langka! Kecuali Bung Karno. Biasanya adalah kepentingan pribadi dan kelompoknya. Politik yang dikemas dalam pernak-pernik agama sekalipun, tetap saja politik, fokusnya kepentingan pribadi dan kelompok.

Bukan tontonan politik yang sehat dan mendidik.

Jika ada ketum parpol yang basisnya politiknya A dan berangkulan dengan ketum parpol yang basis politiknya B, di mana kedua basis politik tersebut ibarat minyak dan air, bagi saya perilaku politik semacam itu adalah anomali dan bukan tontonan politik yang mendidik. Apalagi membenarkannya, sekalipun dikemas dalam istilah silaturahmi. Ibaratnya DN Aidit rangkulan dengan Kartosuwiryo.

Alasannya jelas, platform-nya beda jauh. Lebih parah lagi jika yang satu di koalisi pemerintahan dan yang satunya terkucil di luar pemerintahan. Apa urgensinya? Pasti ada kepentingan pragmatis ke depan. Itu sudah pasti. Satu kaki di dalam dan satu kaki di luar, bisa dimaknai menaikkan bargain ke koalisi partai politik karena merasa tidak dibuat bahagia.

Di negara yang relijius seperti Indonesia ini, mestinya fatsun politik dikedepankan, walau tidak perlu dengan cara mempolitisir agama. Bermain politik ngeglo (vulgar) adalah cara-cara Sengkuni berpolitik: tidak ada konsistensi perjuangan dan tidak ada etika berpolitik.

Bukan tontonan politik yang sehat dan mendidik.

*Akademisi Universitas Gadjah Mada

Baca opini lain:

Berita terkait
Karpet Merah untuk Prabowo Subianto
Karpet merah membentang di halaman kantor di Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta, menyambut pemimpin baru, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Harta Kekayaan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
Prabowo Subianto adalah rival politik Jokowi. Kini Jokowi memilih Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan karena memiliki segudang pengalaman.
Alasan Jokowi Pilih Prabowo Jadi Menteri Pertahanan
Presiden Jokowi memilih Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan karena Ketum Gerindra memiliki segudang pengalaman dibidang.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)