Yogyakarta - Ancaman resesi ekonomi menjadi cobaan berat bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di tengah pandemi Covid-19. Selama pandemi, sektor UMKM benar-benar terdampak secara langsung.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia (RI) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) punya sejumlah tips bagi para pelaku UMKM agar tetap survive seandainya resesi ekonomi menimpa Indonesia.
Memang, UMKM harus menyiapkan diri menghadapi gelombang resesi yang mungkin akan terjadi.
Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahadi mengakui pandemi memang membuat dampak sangat luas, tidak hanya pada sektor kesehatan namun juga pada sektor ekonomi secara menyeluruh. Indonesia, negara mempunyai sumber daya alam (SDA) melimpah sudah saatnya memanfaatkannya untuk keperluan dalam negeri.
Indonesia juga merupakan target pasar yang besar. Dengan 268 juta penduduknya, negara ini merupakan pangsa pasar besar yang jika dapat memanfaatkan SDA untuk memenuhi kebutuhan sendiri tentunya dapat bertahan dalam masa pandemi ini.
"Memang, UMKM harus menyiapkan diri menghadapi gelombang resesi yang mungkin akan terjadi. Semua harus menyiapkan diri, dengan cara merubah model bisnis, media pemasaran, lebih banyak memanfaatkan sumber daya lokal," ujarnya saat webinar Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) II tahun 2020 'Peran Teknologi 4.0 Dalam Pengembangan Industri Batik Dan Kerajinan' yang diselenggarakan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, Selasa, 6 Oktober 2020.
Doddy mencontohkan untuk industri batik dapat menggunakan pewarna alami yang dijumpai di sekitar. Secara prinsip, kata dia, seluruh dunia mengalami dampak pandemi. Doddy pun mengajak seluruh masyarakat dan terutama pegiat UMKM harus bergandeng tangan untuk mengatasinya.
"Bangga Buatan Indonesia dan Beli Buatan Indonesia adalah kunci mengatasi hal tersebut. Pasar Indonesia jangan sampai dibanjiri produk impor, agar roda industri terus bergerak. Kalau satu produk bergulir dibeli konsumen, mestinya produk tersebut akan bergulir menggerakkan produksi UMKM. Produk UMKM juga masuk dalam rantai industri besar," kata dia.
Dia mengaku UMKM perlu inovasi produk berorientasi pada kebutuhan pada masa pandemi ini. Misalnya untuk batik dapat membuat masker batik dipadu padankan dengan baju atau kain tradisional lainnya seperti tenun, sasirangan, jumput, ecoprint.
"Strategi pemasaran yang berbeda. Dengan keterbatasan di masa pandemi ini membutuhkan strategi baru dalam pemasaran, misalnya Virtual Exhibition. Lalu penguatan asosiasi-asosiasi industri untuk berjalan bersama-sama. Pemerintah juga mendorong penggunaan brand lokal," kata dia.
Saat memberikan sambutan, Doddy menambahkan bahwa meski saat ini masih dalam kondisi yang jauh dari ideal untuk menjalankan aktivitas, bukan berarti kreativitas dan kegiatan produksi berhenti.
"Industri kerajinan dan batik harus mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada, agar produktivitas dapat terus bergerak serta berkontribusi positif bagi perekonomian nasional," ucap Doddy. []