Analis Sebut Vietnam Reklamasi Pulau di Laut China Selatan Untuk Hadapi China

Kegiatan ekspansi Vietnam belakangan ini di Kepulauan Spratly, yang dimulai pada 2021, tampak sangat jelas di Barque Canada Reef
Salah satu pulau di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang dipersengketakan China. (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id - Vietnam sedang melakukan pengerukan dan pengurukan di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Ini merupakan langkah yang tampaknya ditujukan untuk menghadapi perilaku agresif China di perairan yang disengketakan itu, kata para analis.

Kegiatan ekspansi Vietnam belakangan ini di Kepulauan Spratly, yang dimulai pada 2021, tampak sangat jelas di Barque Canada Reef, Ini menurut laporan pekan lalu yang dikeluarkan Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) dari pusat kajian CSIS.

Kegiatan reklamasi Vietnam di Barque Canada Reef, yang dalam bahasa Vietnam dikenal sebagai Bai Thuyen Chai, mengalami kemajuan pesat, menjadikannya wilayah terbesar yang diduduki Vietnam di Kepulauan Spratly, menurut South China Sea Probing Initiative (SCSPI), sebuah lembaga kajian China.

Sejak Juli, hampir 0,56 kilometer persegi lahan telah direklamasi, dan mungkin mencakup pembangunan lapangan terbang kedua di daerah yang diduduki Vietnam itu, kata kelompok pertahanan yang berbasis di Beijing itu di X.

Lokasi kepulaun SpratleyLokasi kepulaun Spratley yang diperebutkan oleh China, Taiwan, dan beberapa negara ASEAN. (Foto: voaindonesia.com/VOA)

China mengklaim kepulauan Spratly dan Paracel sebagai wilayah maritimnya dan telah memperluas instalasi militer di gugusan pulau itu.

Para peneliti dukungan pemerintah China itu mengatakan, meskipun China dan Filipina sering kali terlibat dalam konfrontasi terkait Second Thomas Shoal, kawasan perairan dangkal di Spratly, Vietnam “diam-diam membuat terobosan besar dalam reklamasi lahan di Kepulauan Spratly.” Hingga kini, Vietnam telah mereklamasi 3,22 kilometer persegi, lanjut SCSPI.

Kedutaan besar China dan Vietnam di Washington, dan kementerian luar negeri kedua negara itu tidak menanggapi permintaan komentar dari VOA.

AMTI mengatakan, Vietnam memulai kegiatan pengerukan baru di dua pos lainnya pada Oktober 2023.

“Berlanjutnya kegiatan pengerukan dan pembangunan menunjukkan bahwa Vietnam masih sangat cemas mengenai militerisasi China dan perilaku koersifnya di Laut China Selatan, dan Vietnam berupaya memastikan dapat mempertahankan akses ke kawasan terumbu karang dan perairan yang diklaim oleh Hanoi,” kata Gregori Poling, direktur AMTI, kepada VOA melalui email bertanggal 20 November.

“Sejauh ini, pembangunan tampaknya bersifat defensif, dan ini skalanya masih lebih kecil daripada yang dilakukan China,” lanjutnya. (uh/ab)/voaindonesia.com/VOA. []

Berita terkait
Presiden Marcos Jr Bersumpah Filipina Tidak Akan Serahkan Sejengkalpun Wilayahnya
Presiden Marcos Jr mengatakan situasi di Laut China Selatan menjadi "lebih mengerikan dibandingkan sebelumnya"