Jakarta - Berjalan jinjit bisa dianggap normal bagi anak-anak usia 12 sampai 15 bulan, saat mereka sedang mencoba berbagai posisi kaki. Secara umum, berjalan jinjit tidak perlu dikawatirkan sampai anak kira-kira berusia 2 tahun. Di samping untuk menemukan berbagai cara bergerak, berjalan jinjit bisa tetap menjadi kebiasaan yang dilakukan anak berulang-ulang. Biasanya, hal ini berhenti di usia 5 tahun. Tapi, karena berbagai alasan, berjalan jinjit bisa jadi masih menjadi kebiasaan umum anak-anak yang lebih tua.
Dilansir dari Brightside, Berikut ini penjelasan singkat terkait normal atau tidaknya anak berjalan jinjit yang perlu Anda tahu.
1. Bisa jadi itu adalah kondisi khusus
Jika anak Anda tidak berhenti berjalan jinjit setelah berusia 2 tahun, mungkin Anda perju menjumpai dokter. Periksakan telapak kaki anak untuk melihat apa dia mengalami ketegangan otot kaki, kekakuan pada tendon Achilles, atau mengalami kesulitan dalam koordinasi.
2. Distrofi otot bisa menjadi penyebabnya
Ini adalah kondisi genetika yang bisa didiagnosis dengan memeriksa otot kaki dan telapak kaki anak. Dalam kasus ini, biasanya otot-otot itu lemah dan mengecil. Jika anak Anda biasa berjalan lurus dengan pola normal, lalu tiba-tiba mulai berjalan jinjit, penyebabnya mungkin distrofi otot.
3. Kelainan saraf tulang belakang bisa menjadi penyebabnya
Saraf tulang belakang yang tertambat adalah gangguan yang bersifat neurologis. Hal ini bisa menyebabkan terbatasnya gerakan saraf dan tulang belakang itu sendiri. Ini terjadi jika saraf tulang belakang terhubung dengan jaringan di sekitar tulang belakang, misalnya di bagian dasarnya. Sebagai akibatnya, ketika tumbuh, tulang belakang teregang dan saraf-sarafnya menjadi rusak.
Saraf tulang belakang yang tertambat bisa menjadi alasan seorang anak berjalan jinjit. Kondisi ini menyulitkan anak untuk berjalan tegak dan menimbulkan rasa sakit. Ini harus segera diperiksa dokter.
4. Lumpuh otak bisa menjadi penyebabnya
Berjalan jinjit bisa disebabkan oleh lumpuh otak yang menimbulkan kesulitan koordinasi. Dalam kasus ini, Anda mungkin juga melihat bahwa bentuk otot juga terdampak, ada kesulitan untuk bertahan pada postur yang benar, dan anak berjalan jinjit dengan goyah. Ototnya juga bisa terlihat sangat kaku.
5. Kebiasaan juga bisa menjadi penyebabnya
Hal ini terjadi saat anak sangat sehat, tapi karena alasan tertentu, menolak untuk berjalan biasa dan lebih suka berjalan jinjit. Ini mungkin hasil dari kebiasaan simpel yang tidak bisa disingkirkan atau karena otot betis yang kencang. Kondisi ini memengaruhi sekitar 5% sampai 12% anak sehat. Tapi perlu diingat bahwa sebagian anak terus melakukan ini sekadar untuk sekali-sekali mendapatkan keseruan. []
(Sri Wahyuni Sitorus)
Baca Juga
- 18 Jenis Makanan Terbaik untuk Bayi dan Balita
- Es Krim Jadi Camilan untuk Anak, Salahkah?
- 8 Tips Agar Balita Tak Takut Mandi, Jangan Puji Berani!
- Deretan Makanan yang Bernutrisi Baik untuk Kesehatan Mata