Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta, Ujang Komarudin menilai politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais masih akan terus menjadi King Maker. Sebab, kata Ujang, banyak yang menduga Amien Rais berambisi menduduki kursi kepala negara atau presiden.
"Setiap orang berhak untuk bisa jadi calon presiden, termasuk Amien Rais. Tapi untuk saat ini dan ke depan, tidak akan jadi capres. Masanya sudah lewat, paling hanya akan jadi king maker," kata Ujang saat bincangi Tagar, Jumat, 10 Juli 2020.
Ujang mengatakan banyak kritikan dari Amien kepada pemerintah adalah hal yang lumrah. Dia melihat perilaku pendiri PAN seperti itu memiliki tujuannya yang sama seperti tokoh lainnya dalam memainkan peran politik dalam negara ini.
Setiap orang berhak untuk bisa jadi calon presiden, termasuk Amien Rais.
"Target lain, sama dengan politisi yang lain. Berpolitik itu sebagai bagian dari kerja untuk kebaikan. Namun persoalannya banyak politisi yang salah jalan," ujar mantan Staf Khusus Ketua DPR tersebut.
Sebelumnya, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli mensinyalir di balik kritikan yang kerap dilontarkan Amien Rais kepada Presiden Jokowi, sebenarnya dia sudah lama memendam hasrat ingin menjadi presiden, tapi hingga kini belum kesampaian.
Menurut saya ya, Amien Rais seperti itu kan karena kita tahu dia ngebet menjadi presiden.
"Menurut saya ya, Amien Rais seperti itu kan karena kita tahu dia ngebet menjadi presiden, cuman kan enggak jadi-jadi akhirnya merasa. Zaman SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), juga SBY yang diserang. Dan, zaman Pak Jokowi juga seperti itu. Soal kalah menjadi presiden aja dia itu kok, akhirnya punya pandangan-pandangan seperti itu," kata Guntur Romli saat berbincang di kanal YouTube Tagar TV, Senin, 6 Juli 2020.
Oleh sebab itu, Guntur lebih memaknai tindak tanduk yang dilakukan Amien sejauh ini sebagai tokoh politik, enggan mengacu pada kapasitasnya sebagai tokoh ormas Muhammadiyah.
"Amien Rais kalau menurut saya tidak terkait dengan pandangan pemikiran keagamaan Muhammadiyah, itu lebih ke persoalan pandangan politik pribadi," ucapnya.[]
