Amien Rais Sebut People Power, Ini Rekam Jejak People Power Dunia

Amien Rais sebut people power jelang hari pencoblosan Pilpres 2019, ini rekam jejak people power di dunia.
Amien Rais saat memberikan pernyataan di Polda Metro Jaya, Rabu (10/10). (Foto: Tagar/Gemilang Isromi)

Jakarta, (Tagar 1/4/2019) - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) mengatakan akan melakukan people power kalau Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan kecurangan dalam Pemilu 2019. 

Pemilihan presiden diikuti dua pasangan kontestan, yaitu calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hari pencoblosan 17 April 2019.

"Kalau nanti terjadi kecurangan, kita nggak akan ke MK (Mahkamah Konstitusi). Nggak ada gunanya, tapi kita people power, people power sah," kata Amien Rais di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat Minggu 31 Maret 2019. Ia mendukung Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019.

People power adalah penggulingan kekuasaan Presiden secara paksa melalui aksi demonstrasi rakyat. Seluruh rakyat turun ke jalan agar Presiden meletakkan jabatannya karena dinilai telah melanggar konstitusi atau melakukan penyimpangan.

Gerakan people power bukan hal asing bagi Indonesia. Pada 21 Mei 1998 tepat 20 tahun lalu, gerakan reformasi lahir di bumi Indonesia menumbangkan Rezim Orde Baru yang berkuasa 32 tahun lamanya.

Amien Rais yang juga dikenal sebagai tokoh reformasi yang dulu turun ke jalan melakukan people power untuk menurunkan Presiden Soeharto, kini menyebut kembali people power jelang hari pencoblosan pemilu serentak memilih presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif.

Selain Presiden Soeharto, berikut ini pemimpin di berbagai negara yang kehilangan kekuasaan karena gerakan people power.

1. Fulgencio Batista

Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai pemimpin diktator yang memerintah sejak 1933. Pada 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba. Selain otoriter, selama memerintah Batista juga memperkaya dirinya sendiri. Batista berhasil dilengserkan pada 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro.

2. Idi Amin

Idi Amin memerintah Uganda selama 8 tahun, dari 1971 hingga 1979. Selama pemerintahannya, Idi Amin mengusir ribuan orang India berkewarganegaraan Inggris dari Uganda. Dia juga diduga melakukan banyak pembunuhan pada lawan-lawannya. Di masa Idi Amin pula ekonomi Uganda morat-marit. Akhirnya pejuang Uganda yang dibantu tentara Tanzania berhasil menggulingkan Idi Amin. Dia kemudian lari ke Libya dan meninggal di Arab Saudi pada 2003.

3. Slobodan Milosevic

Slobodan Milosevic diingat karena kejahatan perang Serbia-Bosnia. Dalam perang 1992-1995 itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia. Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Dia meninggal dalam selnya tahun 2006. Sementara pengadilan internasional masih mencari sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.

4. Nicolae Ceausescu

Nicolae Ceausescu memerintah Rumania selama 24 tahun (1967-1989). Di era kepemimpinannya, Rumania menjadi satu-satunya negara di Eropa yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi. Setelah tumbang karena gerakan massa, Ceausescu akhirnya divonis bersalah atas kejahatan genosida dan dihukum mati.

5. Jean-Claude Duvalier

Jean-Claude Duvalier sering dipanggil ‘baby doc’. Pada 1971, Duvalier baru berusia 19 tahun saat menggantikan ayahnya sebagai presiden Haiti. Dia segera menjadi otoriter dan mengakibatkan kelaparan dan resesi ekonomi di Haiti. Tahun 1986, karena terdesak keadaan dan gerakan massa, Duvalier melarikan diri ke Prancis

6. Ferdinand Marcos

Ferdinand Marcos terpilih sebagai Presiden Filipina pada 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss. Pada 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun sama.

7. Hosni Mubarak

Hosni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karier politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak 1981. Pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan 850 orang.

8. Zine El Abidine Ben Ali

People power di Tunizia bermula dari kisah meninggalnya seorang penjual buah bernama Mohamed Bouazizi akibat membakar diri sebagai bentuk protesnya terhadap pemerintah pada 17 Desember 2010. Kematian Bouazizi melecut protes rakyat pada pemerintah. Lewat sosial media, aksi protes digalang hingga membuat Presiden Zine El Abidine Ben Ali tumbang setelah 23 tahun berkuasa. Ia kemudian kabur ke Arab Saudi pada 14 Januari 2011.

9. Muammar Khadafi

Fenomena kebangkitan gerakan rakyat Timur Tengah atau biasa disebut Arab Spring juga merembet ke Libya. Aksi demonstrasi pertama kali digelar di Kota Benghazi pada 15 Februari 2011. Tentara pemerintah dikerahkan menghadang massa. Alih-alih mereda, unjuk rasa justru menyebar ke Ibukota Tripoli dan terus berlanjut hingga menghadapkan kubu rakyat pemberontak dan aparat pemerintah. Mendapat dukungan negara asing, pemberontak semakin kuat. Satu demi satu kota di Libya berhasil dikuasai. Khadafi kemudian hijrah ke kota yang lebih aman hingga akhirnya tewas setelah lebih dari 40 tahun berkuasa

10. Antonio Salazar

Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Pada 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada 1968, Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974, Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar di Portugal. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.