Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah percaya optimalisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) membuat aktivitas ekonomi Tanah Air membaik. Salah satu indikatornya adalah surplus perdagangan pada Agustus 2020 sebesar USD 2,3 miliar.
Berdasarkan catatannya, surplus perdagangan dalam empat bulan berturut-turut didorong surplus non-migas USD 2,66 miliar dan defisit migas USD -0,34 miliar. Secara tahun berjalan, neraca perdagangan mulai dari Januari sampai dengan Agustus 2020 surplus USD 11,05 miliar.
“Ekspor pertanian sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2020 tumbuh 8,59 persen (ytd), terutama ekspor buah-buahan. Jadi hortikultura sudah menjadi bagian dari ekspor kita," Airlangga Hartarto seperti dikutip Tagar dalam siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat, 18 September 2020.
Tak hanya surplus perdagangan, indikator lain kata dia mulai memperlihatkan sinyal positif dari perbaikan aktivitas ekonomi, seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen, Penjualan Ritel, Penjualan Kendaraan Bermotor, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Investasi, dan Inflasi Inti.
“Kita perlu melihat optimisme dan tren. PMI Manufaktur kita pada saat melakukan PSBB turun drastis ke 27,5. Namun, saat beberapa kegiatan di masyarakat sudah mulai dilaksanakan, PMI kita sudah mulai naik ke angka 50,8. Itu di atas rata-rata, standar PMI adalah 50,” tuturnya.
Selain itu, menurut dia dalam upaya transformasi ekonomi, Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang tengah digodok di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) perlu didorong sebagai kebijakan yang sangat strategis.
Sebab, RUU kata Airlangga ditujukan untuk memulihkan dan memperbaiki perekonomian nasional, terutama pada masa pandemi dan pascapandemi Covid-19.
“Pemerintah berharap bisa mengurangi obesitas di regulasi dan memperbaiki iklim penciptaan lapangan pekerjaan. Tentunya juga dengan timing yang tepat, diharapkan ekonomi bisa pulih dan investasi bisa kembali masuk ke tanah air," tuturnya. []