Berbagai metode diet telah bermunculan, salah satunya adalah diet tanpa karbohidrat. Meskipun tren ini cukup populer, ahli gizi Puteri Aisyaffa Aziza menegaskan bahwa menghilangkan karbohidrat sepenuhnya dari menu makanan sangat tidak disarankan. Karbohidrat merupakan zat gizi makro yang penting bagi tubuh, sejajar dengan protein dan lemak, dan tidak boleh digantikan dengan zat gizi lainnya.
Menurut Puteri, diet yang menghilangkan salah satu zat gizi utama seperti karbohidrat dapat berdampak buruk pada kesehatan. "Sangat tidak dianjurkan sekali untuk melakukan metode diet yang tidak mengonsumsi salah satu zat gizi," ujarnya. Meskipun mengurangi konsumsi karbohidrat hingga 30-40 persen masih diperbolehkan, menghilangkannya sepenuhnya dapat menyebabkan masalah serius, terutama pada fungsi otak.
Karbohidrat adalah sumber utama energi bagi tubuh, termasuk otak. Otak sangat bergantung pada karbohidrat untuk berpikir, bergerak, dan mempertahankan fungsi fisiologis tubuh. Tanpa karbohidrat, tubuh akan beralih membakar protein atau lemak sebagai sumber energi. Meskipun ini dapat mempercepat penurunan berat badan, hal tersebut dapat berdampak negatif pada kinerja otak, menyebabkan penurunan fokus dan kesulitan berpikir jangka panjang.
Jika seseorang terus menerus tidak mengonsumsi karbohidrat, risiko terjadinya penyakit pada otak akan meningkat. "Makanya, nanti akhirnya otak kita makan lemak yang bisa memicu beberapa penyakit pada otak yang tidak diinginkan," jelas Puteri. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang cukup untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan hasil diet yang optimal dan sehat, disarankan untuk mengatur porsi makan dan memilih jenis karbohidrat yang sehat, seperti karbohidrat kompleks dari sumber-sumber seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran. Dengan demikian, tubuh tetap mendapatkan energi yang dibutuhkan tanpa mengorbankan kesehatan jangka panjang.