Surabaya - Adu survei pasangan calon di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya. Dua lembaga survei independen yakni Populi Center dan Poltracking Indonesia menampilkan hasil survei berbeda.
Rilis survei Populi Center mengunggulkan paslon nomor urut 01, Eri Cahyadi-Armudji dengan selisih 3,3 persen dibandingkan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno. Sementara Poltracking Indonesia mengunggulkan Machfud Arifn-Mujiaman Sukirno dengan selisih 17,6 persen dibandingkan Eri Cahyadi-Armudji.
Untuk margin error kami +- 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Manajer Riset Poltracking Indonesia, Masduri menjelaskan pihaknya melakukan mulai 19 hingga 23 Oktober 2020 dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Dalam survei tersebut, pihaknya mengambil sampel sebanyak 1200 responden yang tersebar di 31 kecamatan di Kota Surabaya.
"Untuk margin error kami +- 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen," ujarnya saat jumpa pers di Hotel Novotel Surabaya, Senin, 2 November 2020.
Baca juga:
- Populi Center: Persaingan Ketat Dua Paslon Pilkada Surabaya
- Undecided Voter Surabaya Tinggi, Pengamat: Timses Ngapain?
- Saat Risma Turun Gunung Kampanye Jagonya di Pilkada Surabaya
Selama hampir sepekan melakukan survei, Poltracking Indonesia mendapatkan data bahwa elektabilitas paslon nomor urut 02 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno sebesar 51,7 persen. Sementara paslon nomor urut 01, Eri Cahyadi-Armudji sebesar 34,1 persen.
"Sedangkan pemilih yang merahasiakan pilihannya sebesar 5 persen dan yang belum menentukan pilihan atau undecided voters sebesar 9,2 persen," tuturnya.
Sementara jika dipisah, kata Masduri, Machfud tetap mengungguli Eri Cahyadi. Masduri menjabarkan elektabilitas Machfud mencapai 51,9 persen, sementara Eri hanya 34,4 persen.
"Untuk calon wakil wali kota, Mujiaman lebih unggul dibandingkan Armudji. Elektabilitas Mujiaman 47,5 persen, sementara Armuji 10,4 persen," tuturnya.
Masduri menegaskan survei yang dilakukan Poltracking Indonesia bisa dipertanggungjawabkan. Ia mencontohkan hasil survei dilakukan Poltracking Indonesia di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang hanya presisi 1 persen dengan hasil diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Ini survei, bukan dengan Quick Count. Kita bisa lihat jejak Poltracking di Pilpres 2019 lalu, kita paling presisi cuma 1 persen," kata dia.
Masduri mengaku siapapun bisa menggunakan jasa Poltracking untuk melakukan survei.
"Teman-teman boleh berpikir ada orang menggunakan jasa, jadi siapa pun boleh menggunakan jasa survei Poltracking Indonesia, tetapi tidak boleh mengintervensi hasilnya dan itu yang kami pertaruhkan," tuturnya.
Sebelumnya, Peneliti Populi Center, Jefri Adriansyah membenarkan persaingan ketat dua pasangan calon di Pilkada Surabaya. Apalagi, berdasarkan hasil survei dilakukan pihaknya elektabilitas hanya berselisih 3,3 persen antara Eri-Armudji dengan Machfud-Mujiaman.
"Tak bisa dipungkiri di Pilkada Surabaya dua paslon ini bersaing ketat. Selisih elektabilitas belum melewati margin of error 4,0 persen," ujarnya saat jumpa pers rilis Survei Populi Center di Best Western Papilio Hotel Surabaya, Jumat, 30 Oktober 2020.
Secara luas, Jefri memaparkan elektabilitas pasangan Eri-Armudji mencapai 41,0 persen, sementara Machfud-Mujiaman baru menyentuh 37,7 persen. Hasil survei tersebut didapatkan dengan metode wawancara tatap muka dengan besaran sampel 600 responden, multistage random sampling (pemilihan secara acak bertingkat) di 60 kelurahan di Kota Surabaya.
"Secara popularitas Machfud Arifin mengalahkan Eri Cahyadi. Terlihat masyarakat yang mengenal Machfud Arifin mencapai 74 persen, sementara Eri Cahyadi hanya 68,8 persen," tuturnya.
Sementara untuk posisi calon wakil wali kota, popularitas Armudji lebih tinggi dibandingkan Mujiaman Sukirno. Hasil survei terlihat jika popularitas Armudji mencapai 55 persen, sementara Mujiaman Sukirno 50,2 persen.
Meski secara elektabilitas Eri-Armudji mengungguli Machfud-Mujiaman, tetapi masih banyak warga Surabaya yang belum memantapkan pilihannya atay undecided voters di Pilkada Surabaya. Hal tersebut terlihat masih 48 persen warga Surabaya belum menentukan pilihan.
"Masyarakat yang sudah mantap dengan pilihannya di Pilkada Surabaya mencapai 52 persen. Sementara yang masih mungkin berubah 31,8 persen, dan yang menjawab tidak tahu 16 persen. Undecided voters di Pilkada Surabaya mencapai 48 persen," kata dia.
Sementara itu, untuk tingkat partisipasi, Jefri mengaku 80,7 persen warga Surabaya akan menggunakan hak pilihnya di Pilkada serentak nanti. Sementara 14,2 persen menjawab masih mempertimbangkan.
"Sementara yang memastikan tidak menggunakan hak pilihnya 2,3 persen," ucapnya.
Keunggulan elektabilitas Eri-Armudji tak lepas dari pilihan warga Surabaya yang ingin dipimpin oleh seorang birokrat sebesar 21,2 persen. Selanjutnya akademisi sebesar 13,2 persen dan politisi 12,8 persen.
"Berikutnya polisi/militer 11 persen, pengusaha 11,3 persen, dan pemuka agama 8,7 persen," ucapnya.
Tak hanya itu, pemilih Eri-Armudji juga didominasi perempuan yakni sebesar 42,3 persen, sementara pemilih laki-laki 39,7 persen.
"Pasangan Machfud-Mujiaman untuk pemilih laki-laki 38,7 persen dan perempuan 36,6 persen," tuturnya.[]