Jakarta - Ada empat kebutuhan dasar dalam wisata halal bagi wisatawan muslim. Perkara wisata halal tidak melulu soal destinasi atau objek wisata tapi bukan berarti wisatawan muslim tidak boleh mengunjungi gereja, kuil, dan sebagainya.
Menurut CEO Cheria Halal Network, Ananto Pratikno ada empat hal yang mencakup wisata halal, satu di antaranya makanan dan minuman.
Tiga kebutuhan lainnya, ketersediaan tempat salat, menghindari tempat-tempat red light seperti klub malam dan sejenisnya, serta objek wisata yang ramah muslim misalnya masjid atau tempat bersejarah Islam.
"Jadi halal itu fokus ke tamu, bukan ke destinasi atau objek wisata," ujar dia di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat, 20 Desember 2019.
Ananto menjelaskan wisawatan muslim juga sah-sah saja mengunjungi gereja atau katedral yang menjadi ikon di kota atau wilayah tujuan wisatanya, untuk sekedar mengabadikan gambar.
Lebih lanjut, dia mengatakan biasanya wisatawan muslim akan memastikan empat kebutuhan dasar ini terpenuhi sebelum memutuskan menggunakan jasa agen wisata tertentu. Hal ini seiring semakin meningkatnya kesadaran menjalankan perintah agama Islam secara menyeluruh.
"Kalau bisa jangan menambah dosa (saat liburan)," ujar Ananto.
Selain itu, temuan ini juga sejalan dengan tren wisata halal beberapa tahun terakhir.
Data Cheria Halal Holiday dalam tiga tahun terakhir mencatat, peningkatan jumlah tamu yang menginginkan wisata halal sekitar 200 persen per tahun. Mereka ini kebanyakan berasal dari kelas menengah ke atas.
"Wisata halal sedang booming karena middle up class. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kelas menengah di Indonesia akan mencapai 85 juta orang pada tahun 2020 dan dipastikan sekurangnya 80 persen muslim," kata Ananto.
Untuk destinasi wisata, saat ini Singapura, Thailand dan Malaysia menempati urutan teratas tujuan wisatawan muslim, diikuti Korea dan Hong Kong.
Setelah itu, ada Turki, Mesir, Palestina (Masjidil Aqsa) dan Yordania, kemudian Eropa Barat, Jepang dan Beijing. []