Padang - Badan Pusat Statistik (BPS) menargetkan 20 persen dari 5,5 juta jiwa penduduk Sumatera Barat (Sumbar), mengikuti sensus penduduk tahun 2020 secara online.
Untuk memastikan data hasil sensus online tidak asal-asalan, BPS akan melakukan validasi dan dicocokan dengan data Dinas Pencatatan Sipil di tiap daerah.
Sensus berbasis online ini sudah bisa dilakukan masyarakat dari 15 Februari hingga 31 Maret 2020. Masyarakat bisa mendaftar melalui laman sensus.bps.go.id untuk melakukan login.
"Bisa menggunakan desktop atau smartphone," kata Kepala BPS Sumbar Pitono, Rabu, 19 Februari 2020.
Pitono menngatakan sensus berbasis online belum ditargetkan tercapai 100 persen. Sebab, belum semua kalangan bisa melakukannya. Sebagai penunjang, selain online juga dilakukan secara manual untuk mempercepat pelayanan dan memanfaatkan teknologi.
"Untuk memastikan data hasil sensus online tidak asal-asalan, BPS akan melakukan validasi dan dicocokan dengan data Dinas Pencatatan Sipil di tiap daerah. Jika tidak sesuai, maka tim BPS akan melakukan sensus wawancara," katanya.
Sensus wawancara, kata Pitono, akan dilakukan pada Juli 2020. Pihaknya akan menurunkan sebanyak 6.984 petugas di seluruh Sumbar untuk melakukan sensus wawancara.
Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sensus penduduk tahun 2020 berbasis online untuk memperbarui data dan mengisi data kependudukan.
"Masyarakat yang biasa menggunakan teknologi seperti laptop maupun handphone agar memanfaatkan sensus penduduk berbasis online ini. Jika online dalam pengisiannya bahkan tidak sampai lima menit," tuturnya.
Menurut Irwan, sensus penduduk 2020 tidak hanya berbasis online. Namun juga ada metode lain bagi masyarakat yang tidak dapat menggunakan teknologi.
"Nanti petugas BPS akan mendatangi rumah masyarakat untuk dilakukan pendataannya," tuturnya.
Salah seorang warga Kota Padang, Ucok, 65 tahun, mengaku belum mengetahui adanya sensus penduduk secara online. "Baru tahu kalau ada sensus online, apalagi saya tidak punya handphone canggih (gadget maksudnya) untuk mendaftar," katanya.
Dia mengaku lebih memilih yang manual karena keterbatasan akses teknologi. "Saya manual sajalah, biar untuk anak muda saja yang online-online itu," katanya. []