Warga Gunung Merbabu, Sulap Botol Plastik Jadi Piramida

Warga Gunung Merbabu menyulap botol bekas menjadi piramida. Aksi ini ditujukan untuk menyindir pendaki tidak cinta alam dan rayakan HUT ke-74 RI.
Lanskap Gunung Merbabu dilihat dari Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Boyolali - Relawan Kelompok Pecinta Alam Rajawali di Dukuh Surodadi, Selo, Boyolali, berhasil menyulap botol plastik sisa air mineral menjadi sebuah piramida yang indah dan menarik dipandang mata. 

Sebanyak 12.000 botol bekas dipungut dari sampah yang ditelantarkan serampangan para pendaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

Tidak kehabisan akal untuk berkreasi, secara bertahap mereka mampu membangun piramida menawan setinggi 4 meter, dengan lebar 8 meter, serta panjang 12,5 meter. 

Piramida botol mineral didirikan tepat di jalan utama Dusun Dukuh Surodadi. Para pengguna jalan yang kerap melintas sebelum memasuki pos pendakian Merbabu via Selo pasti melongok keheranan kala menatap gunungan sampah yang dijadikan hiasan oleh warga Boyolali.

Terbukti, ternyata banyak pendaki tidak bertanggung jawab, acap kali meninggalkan jejak sampah plastik dan botol di gunung yang memiliki ketinggian 3.145 meter itu.

Setiap hari para relawan dan pemuda di sana rela menyisir jalur pendakian yang menanjak vertikal. Meski tergopoh-gopoh, berjalan tanpa imbalan, yang ada di benak mereka hanya satu, yakni melestarikan kampung halaman untuk membersihkan sisa botol bekas, selanjutnya dikumpulkan ke dalam gudang.

Baca juga: Matahari Terbit Pertama 2019 di Puncak Gunung Lawu

Kreasi warga Gunung MerbabuSeorang warga berlari kecil di jalan menurun yang terpasang piramida botol yang terpasang di Dukuh Surodadi, Tarubatang, Selo, Boyolali. (Foto: Tagar/Reyma Pramista).

Ketua Kelompok Pecinta Alam Rajawali Tarno menjelaskan, sepintas ia termotivasi untuk menjadikan tumpukan sampah menjadi sebuah hiasan. 

Ia mengaku prihatin terhadap ulah para pendaki gunung yang tidak cinta alam, hanya mengharapkan beken di media sosial, padahal kewajiban primer sebagai pendaki tidak ditunaikan.

Menurut Tarno, para pendaki memang sudah sepatutnya bisa ikut mengampanyekan, memberi edukasi kepada pendaki lain mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya. 

Kita desain sedemikian rupa supaya bisa menjadi pewarna alami di piramida. Ke depan, kita tidak hanya membuat kreasi seperti ini, akan kita kembangkan lagi menjadi lebih baik.

Bukan justru sebaliknya, sampah ditelantarkan mendekati puncak Kenteng Songo, titik tertinggi di Merbabu.

"Selaku relawan kita mempunyai inisiatif. Kita menggandeng teman-teman karang taruna Perisai Pemuda Dusun Surodadi. Kita peduli akan lingkungan di kawasan sekitar Surodadi, khususnya di Taman Nasional Gunung Merbabu," tuturnya saat diwawancarai Tagar, Agustus ini.

Tarno mengaku kegiatan ini dimulai sejak Juli 2019. Padahal, saat itu, mereka belum memiliki niatan untuk membuat kreasi piramida, hanya berniat menyapu gunung dari tumpukan sampah sisa pendaki.

Baca juga: Jasa Pahlawan Ala Datu Lawu yang Ultimatum Sekutu

Hingga pada akhirnya setelah sampah botol plastik menumpuk, tercetus selintas ide untuk menjadikannya menjadi sebuah piramida yang diletakkan di pinggir jalan. Hal utamanya tentu guna menarik perhatian para pendaki gunung menjelang hari kemerdekaan.  

Piramida itu dapat berdiri tegap dengan berfondasikan bambu. Sedangkan pengait antara tumpukan botol satu dengan botol lainnya, dikaitkan menggunakan kawat.

Setiap botol yang berbeda warna dipisahkan, untuk dikonsep sesuai dengan tema HUT Kemerdekaan ke-74 RI. Tidak lupa, mereka juga menyantumkan nama Desa Surodadi sebagai tanda selamat datang bagi para wisatawan yang menginjak kawasan wisata Gunung Merbabu.

Selain itu, plastik-plastik yang ditinggalkan pendaki mereka kumpulkan untuk dimasukkan ke dalam botol, agar warnanya seragam, tidak awur-awuran.

"Kita memanfaatkan plastik bekas makanan ini kita desain sedemikian rupa supaya bisa menjadi pewarna alami di piramida. Ke depan kita tidak hanya membuat kreasi seperti ini, akan kita kembangkan lagi menjadi lebih baik," ujarnya.

Rencananya, kata Tarno, piramida itu akan dibuat secara permanen di kawasan tersebut. Selain dapat menjadi lokasi berswafoto bagi para pengguna jalan yang melintas, kreasi warga juga diharapkan menjadi kritik halus bagi para pendaki jika dusun ini mengajarkan pola hidup bersih dan bisa mengedukasi pengunjung untuk turut menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Tarno melanjutkan, proses pembuatan piramida botol bekas membutuhkan waktu selama satu bulan secara swadaya, dari matahari terang hingga meredup, para pemuda baru setop bekerja untuk terlelap. 

Setiap pagi, kata dia, para relawan pemuda, rela naik ke jalur Merbabu untuk mengumpulkan botol bekas.

"Kita menggerakkan karang taruna bertahap tidak sekali angkut. Kalau dari jalur pendakian ke dusun itu sudah memakai armada. Botol sebanyak itu kita angkut sebanyak 10 kali angkutan dari jalur pendakian," tuturnya.[]

Berita terkait
Besok Gunung Merbabu Sudah Bisa Didaki Lagi, Ini Surat Edarannya
Ada kabar gembira untuk para pendaki, salah satu gunung tertinggi di Jawa Tengah, Gunung Merbabu kembali dibuka.
Dalam Dekap Malam di Gunung Lawu
Dalam dekap malam yang dingin, harus segera diputuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sendang Drajat.
Gunung Lawu, Melihat Keindahan dari Ketinggian
Cukup jauh menapak jejak, hingga akhirnya diberikan kesempatan menginjak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.
0
Mendagri Lantik Tomsi Tohir sebagai Irjen Kemendagri
Mendagri mengucapkan selamat datang, atas bergabungnya Tomsi Tohir menjadi bagian keluarga besar Kemendagri.