Jakarta - Presiden Jokowi belum lama ini melakukan pertemuan kepada para pemimpin media massa. Saat itu, Jokowi menyinggung akan banyak calon menteri dari kalangan profesional.
Jokowi juga mengatakan akan ada menteri berusia muda dalam kabinetnya. Kendati sudah memegang struktur menteri yang akan ada dalam kabinet jilid dua itu, Jokowi belum mau mengungkap ke publik siapa nama-nama mereka.
Pengamat politik Ujang Komarudin meminta agar Presiden Jokowi segera mengungkap siapa saja calon menteri dalam pemerintahannya kelak.
Sebab, kata Ujang masyarakat Indonesia dapat mengetahui track record (rekam jejak) masing-masing calon menteri.
Kalau menurut saya secepatnya. Agar rakyat tidak menduga-duga
"Kalau menurut saya secepatnya. Agar rakyat tidak menduga-duga apa yang menjadi latar belakang dari calon menteri. Ketika tidak diumumkan katakanlah paling tidak sebelum pelantikan itu agar masyarakat bisa menilai track record mereka," kata Ujang di kantor Tagar, Kamis, 15 Agustus 2019.
Ujang menuturkan ketika masyarakat sudah mengetahui nama-nama calon menteri itu maka masyarakat dapat melihat perjalanan karier mereka.
"Oleh karena itu, ketika track record-nya jelek, ketika tidak berintegritas, ketika tidak bermoral, ketika tidak menjadi contoh, kan ini bisa menjadi catatan tersendiri untuk rakyat," ujarnya.
Menurutnya, jika tidak cepat nama-nama itu diberitahukan maka masyarakat tidak lagi memiliki kesempatan untuk menilai calon menteri tersebut.
Menurut hemat saya, mesti cepat diumumkan paling tidak sebulan sebelum pelantikan agar masyarakat menilainya
"Oleh karena itu, menurut hemat saya, mesti cepat diumumkan paling tidak sebulan sebelum pelantikan agar masyarakat menilainya," ucapnya.
Mengingat kejadian sebelumnya, kata Ujang, di mana ada nama Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang terindikasi korupsi. Namun, pada saat reshuffle jilid pertama dia tidak hadir karena ada indikasi korupsi.
"Dulu saya ingat Pak Enggar itu pernah ada catatan di KPK. Terkait dengan indikasi suap-menyuap. Waktu reshuffle jilid pertama dia tidak masuk karena ada indikasi itu," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, Ujang mengatakan masyarakat menjadi lupa tentang indikasi yang menuju kepada Enggar. Sehingga Enggar tetap menjadi menteri.
"Karena masyarakat sudah lupa isunya, akhirnya tetap menjadi menteri juga di-reshuffle berikutnya," tutur Ujang.
"Inikan menjadi persoalan, track record-nya sudah ada jejaknya, akhirnya sekarang ada masalah terindikasi," tutur Ujang seraya menyebut pada saat itu nama-nama menteri tidak di-publish.
Selanjutnya, dia menjelaskan apabila ada menteri yang terindikasi korupsi akan menjadi persoalan pada kemudian hari. Maka dari itu, Ujang tidak menginginkan masalah itu terulang kembali.
"Ini menjadi beban di kementerian. Dan, ketika kementerian dipimpin oleh orang terindikasi melakukan korupsi, siapa pun dia ini menjadi beban dan kementerian yang dipimpin tidak akan maju," katanya. []