Jakarta - Juru bicara Taliban Syed Zekrullah Hashmi, mengatakan bahwa tugas utama perempuan hanyalah sebatas mesin produksi anak, membesarkan anak. Bukan sebagai pelaku kegiatan di kantor-kantor, apalagi sebagai menteri. Melalui pernyataan tersebut, Taliban seperti menunjukkan wajah yang sebenarnya kepada dunia.
"Perempuan tidak bisa bekerja memimpin kementerian. Itu seperti Anda menaruh sesuatu yang tidak sanggup mereka pikul di leher mereka," kata Hasmi dalam wawancara dengan Tolo News, Senin, 13 September 2021.
Wajah Taliban yang ramah saat ini merupakan optik untuk menciptakan lebih banyak kawan daripada lawan. Sebab dari situ Taliban belajar, jika terlalu banyak menciptakan musuh, maka rezim Taliban saat ini tidak akan dapat berlangsung lama.
Perempuan tidak diberi hak sebagai orang yang hidupnya setara dengan laki-laki.

Dalam hal ini, maka dapat diprediksi hak-hak perempuan tidak akan menjadi prioritas dalam pembangunan Afghanistan di bawah rezim Taliban.
Simbol paling nyata akan penundukan atau supresi yang dilakukan rezim Taliban terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan adalah mewajibkan semua perempuan dewasa maupun anak-anak untuk mengenakan burka.
- Baca Juga: Kanada Tak Akan Akui Pemerintahan Taliban di Afghanistan
- Baca Juga: PBB Didesak Selidiki Pelanggaran HAM oleh Taliban di Afghanistan
Pengamat Timur Tengah, Alto Labetubun merespons pernyataan tentang kebijakan-kebijakan ekstrem yang diberlakukan oleh rezim Taliban dalam sesi wawancara di kanal YouTube Tagar TV. Bahkan rezim Taliban memutuskan atau membatasi keterlibatan perempuan dalam aktivitas publik hingga ke titik nol.
“Perempuan tidak diberi hak sebagai orang yang hidupnya setara dengan laki-laki,” ujar Alto dalam kanal YouTube Tagar TV, Rabu, 15 September 2021.
Saat mengklaim berkuasa penuh atas Afghanistan lagi pada 15 Agustus 2021, Taliban menjanjikan perlindungan terhadap hak perempuan dan pembentukan pemerintahan yang inklusif. Namun, hal tersebut tidak tercermin dalam kabinet sementara yang diresmikan Taliban baru-baru ini.
- Baca Juga: Blinken Sebut Taliban Harus Buktikan Legitimasinya pada Dunia
- Baca Juga: Uni Eropa Desak Pendekatan Internasional Hadapi Taliban
Sejauh ini, isi dari setidaknya 33 anggota kabinet pemerintahan Afghanistan diisi petinggi veteran Taliban tanpa ada perwakilan dari kelompok dan golongan lain di negara itu, termasuk dari kaum perempuan. Taliban tetap menerapkan sejumlah kebijakan yang membatasi kaum perempuan.
(Risma Perdana Izzati)