Wahabi Salafi Itu Islam Kering Tak Cocok di Indonesia

Mereka Islam. Tetapi jangan bayangkan Islam mereka seperti Islam di Indonesia. Islam mereka kering dan tanpa rasa saling menghargai sesama umat Islam.
Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani (kanan) bersama Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra (kiri), Guru Besar UI Tamrin Amal Tomagola (Kedua kiri), Rais Syuriyah PBNU Masdar Farid Mas'udi (tengah) dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti (kedua kanan) menjadi pembicara saat rilis hasil survei terkait NKRI dan ISIS di Jakarta, Minggu (4/6). Hasil survei tersebut menyatakan 79,3 persen warga negara Indonesia (WNI) tak setuju NKRI berubah menjadi khilafah. (Foto: Ant/Hafidz Mubarak)

Jakarta, (Tagar 5/6/2017) – Banyak orang khawatir dengan ISIS (Islamic State in Iraq and Syiria) atau jika di Indonesia gerakan similar untuk menegakan khilafah yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan menguasai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun tidak demikian halnya dengan Profesor Azyumardi Azra, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. “Saya tahu gerakan radikal belakangan ini masif di Indonesia terutama Jakarta,” ujarnya di Minggu (4/6) sore jelang berbuka puasa di jalan Cisadane 8, kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

“Namun saya tidak terlalu khawatir  karena Islam di Indonesia saya katakan tidak kompatibel dengan Islam di negara-negara Arab. Islam di Indonesia itu colorful melekat dengan adat istiadat masyarakatnya,” ujar Azyumardi.

Dia menambahkan Islam di Indonesia penuh dengan tepo seliro, saling harga menghargai. Keguyuban itu, lanjutnya, bisa dilihat misalnya dari saat berbuka puasa. Di Indonesia belahan mana pun kita berada, jika saatnya berbuka puasa telah tiba, siapa pun bersedia memberikan takjilnya atau berbagi untuk dinikmati bersama.

Bukankah hal yang demikian juga terjadi di Arab sana?

"Ya betul, tetapi saya pernah di Arab. Saat menjelang maghrib saya ke masjid menunaikan sholat. Sekeluarnya dari masjid, orang-orang Arab hanya melemparkan roti ke depan rumahnya, siapa pun boleh mengambilnya untuk berbuka. Tapi caranya seperti itu, mereka tak hargai saudaranya sesama muslim,” kata Azyumardi.

Alhasil, Azyumardi pun merasa gengsi dan terhina dengan sikap tersebut lalu memutuskan berbuka puasa di hotel tempatnya menginap.

"Mereka Islam. Tetapi jangan bayangkan Islam mereka seperti Islam di Indonesia. Islam mereka kering dan tanpa rasa saling menghargai sesama umat Islam. Islam Wahabi Salafi itu too dry to feel and to swallowed (terlalu kering untuk dirasakan dan diikuti),” ujarnya lagi. (Rif)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.