Doloksanggul - Pemerintah Kabupaten Humbahas melakukan langkah konkrit mengatasi dampak sosial dan ekonomi terhadap warganya, menyusul wabah virus kolera babi dan demam babi afrika atau african swine fever (ASF).
Langkah itu guna mendorong perekonomian warga agar tetap berjalan. "Permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya peternak, perlu mengambil langkah yang tepat saat ini. Karena bagi sebagaian besar masyarakat kita, ternak babi tidak terlepas dari adat dan tradisi," ungkap Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Humbahas, Martongam Lumbantoruan, Selasa 11 Februari 2020.
Menurut dia, sebetulnya langkah konkrit sudah dilakukan pemerintah pusat bersama dengan kabupaten kota se-Sumatera Utara yang menggelar rapat koordinasi teknis difasilitasi Kemenko Perekonomian di Hotel Santika Premiere, Jakarta, 6 Februari 2020 lalu.
Hadir di sana dari kementerian, lembaga terkait dan perwakilan lima kabupaten yang terkena dampak virus ASF.
"Bertujuan dalam rangka bagaimana menggerakkan prekonomian masyarakat menunggu virus ASF reda. Dalam rakornis itu, Bupati Humbang Hasundutan mengusulkan, agar masyarakat dapat dibantu pengadaan ternak lain seperti sapi, kerbau dan lainnya," sebut alumni Universitas Jambi itu.
Dana Desa bisa diaplikasikan untuk pengadaan ternak kepada masyarakat
Dari hasil pertemuan disebutkan, kemungkinan mempergunakan Dana Desa untuk pengadaan ternak bagi warga. Permendes No 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa, memberi ruang untuk melakukan langkah tersebut.
"Bahwa Dana Desa bisa diaplikasikan untuk pengadaan ternak kepada masyarakat. Bentuk penggunaan dana itu setelah penetapan status bencana sosial non-alam atau darurat bencana daerah. Penentuan itu atas koordinasi Kemendagri dengan kabupaten kota yang terkena wabah,” ungkapnya.
Selain itu, kata Martongam pihaknya tetap melakukan pencegahan dan meminimalisir kematian ternak babi di daerahnya.
Data diperoleh, kasus kematian babi di Kabupaten Humbahas, sejak September 2019-Februari 2020 mencapai 1.168 ekor dari populasi 47.663 ekor.
Sedangkan di Kabupaten Tapanuli Utara dari populasi 70.500 ekor jumlah kematian 7.580 ekor, Kabupaten Toba Samosir dengan populasi 51.125 ekor, angka kematian 4.149 ekor dan populasi babi di Kabupaten Dairi sebanyak 110. 965 ekor dengan jumlah kematian 11.391 ekor.[]