Yogyakarta - Planet Mars kini tidak sekedar hiasan di langit. Keberadannya tidak sepi lagi. Sejumlah space agency dari berbagai negara sudah berlomba menuju planet berwarna merah saat malam tersebut. Bagaimana dengan Indonesia?
Di Indonesia akan ada yang pertama, sebuah simulasi dan pelatihan hidup di Planet Mars. Ide ini berawal dari lembaga nirlaba bernama ISSS - Indonesia Space Science Society yang berdiri sejak 2015. Simulasi ini diberi nama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station atau VMARS.
Venzha Christ, founder ISSS, sebelum menggarap proyek ini, terpilih sebagai satu perwakilan Indonesia yang mengikuti pelatihan hidup di Mars oleh lembaga MDRS (Mars Desert Research Station) yang didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX di Amerika Serikat pada 2018. Selain iti, juga terpilih dalam proyek simulasi dalam SHIRASE - Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering, yang digelar lembaga Field Assistant di Jepang 2019.
Menurut Venzha, dari dua program tersebut mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana membangun pusat pelatihan dan simulasi planet Mars. Pengalaman tersebut akan diaplikasikan di Indonesia. Rencananya proyek tersebut digelar di Yogyakarta akhir 2020 ini. "Lokasi simulasinya di mana, yang pasti di Yogyakarta," katanya dalam keterangan pers, Rabu, 30 September 2020.
Dari proyek simulasi ini kami ingin membangun semacam pusat pelatihan hidup ala Planet Mars.
Pelopor astronomical art ini mengatakan, di Indonesia, proyek simulasi seperti ini merupakan yang kali pertama dilakukan. Proyek ini tentunya berkolaborasi dengan komunitas sains dan teknologi antariksa tingkat regional, nasional maupun internasional. "Dari proyek simulasi ini kami ingin membangun semacam pusat pelatihan hidup ala Planet Mars," ungkapnya.
Venzha mengatakan, simulasi ini sebagai usaha dan kemungkinan untuk menjadikan Mars sebagai tempat kehidupan baru setelah bumi. Tentunya membangunnya peradaban dengan beradaptasi terhadap kendala ekstrem yang ada di planet tersebut. "Kami mendorong pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet Mars bagi rencana ekspansi manusia bumi untuk membuat koloni manusia," ujar dia.
Baca Juga:
- Seniman Jogja Pamerkan Karya di Jepang dan Thailand
- Kata IUN soal Rilis Pentagon Video Penampakan UFO
- Pentagon Resmi Merilis Tiga Video Penampakan UFO
Dia mengakui, sampai saat ini teknologi manusia belum mampu membentuk ekosistem dan lingkungan pendukung kehidupan di Planet Mars. "Melalui simulasi ini ingin menjadikan pemahaman baru tentang Mars atau planet lainnya yang memungkinkan untuk dihuni, tentu menarik dari pendekatan berbagai perspektif sains, teknologi, etika, dan juga seni," ungkap Venzha.
Menurut Venzha proyek ini melibatkan beberapa lembaga dan institusi seperti LAM (Laboratoire d'Astrophysique de Marseille), Field Assistant (Jepang), NARIT (Thailand), LAPAN (Indonesia), Mars Society (USA/Japan), Observatorium BOSSCHA (Indonesia), IMeRA Institute for Advance Study (Perancis), CEOU (Korea), IRAM (Perancis), SETI Institute (USA), ISAS (Jepang), SCASS (UAE), dan lain-lain. []