Yogyakarta - Saya ojol, saya bukan teroris. Demikian tulisan dalam poster yang membanjiri sejumlah grup di Facebook. Ada logo Gojek dan Grab di poster itu. Kemudian, di poster itu caption yang membawa pesan bahwa ojol bukan teroris.
"Musim hujan dan panas bagaikan sahabat sejati. Kami tidak tahu pagi, siang atau malam. Jangan merusak profesi KAMI dengan ideologimu. Kami bekerja melayani masyarakat luas, bukan menakuti masyarakat. Lebih terhormat kami para ojol dari pada kalian TERORIS. #savejakethijauojol #salamsatuaspal".
Demikian tulis Yanuar Ferdian di salah satu grup Facebook driver ojek online. Postingan tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap profesinya. Postingan ini untuk menggambarkan aksi bom di Polrestabes Medan pada Rabu, 13 November 2019, yang pelakunya memakai jaket hijau, membuat para driver ojek online tidak nyaman.
Postingan Yanuar ini mendapat banyak komentar. Mayoritas mereka sedih atas insiden tersebut. Bahkan sejak kejadian itu, sejumlah ojol terpaksa memilih menolak order food.
Danang 40 tahun, warga Banguntapan, Yogyakarta mengatakan, Kamis pukul 09.15 dapat order food. Saat itu menyanggupi orderan itu dan mengantarkannya ke pemesan yang berada di salah satu perkantoran di Jalan Timoho Yogyakarta. "Saat saya masuk ke halaman kantor, saya digeledah oleh security. Curiganya minta ampun," kata dia, Kamis, 14 November 2019.
Dia mengaku selama dua tahun menjadi driver ojek online, baru kali ini mendapat perlakuan seperti itu. "Siangnya dapat order food lagi, saya cancel," ungkapnya.
Sangat disayangkan insiden di Medan itu menghambat kerja driver ojek online sampai sepi orderan dari sistem perusahaan tersebut. Mayoritas driver menyayangkan kejadian itu. Mereka menginginkan masyarakat, khususnya customer tidak memandang minor terhadap profesinya.
Siangnya dapat order food lagi, saya cancel.
Ali, 25 tahun, driver ojek online mengatakan sebagai driver sangat menyayangkan oknum yang tidak bertanggungjawab menggunakan atribut jaket hijau yang disalahgunakan untuk melakukan kegiatan kriminal. Apalagi sampai kejahatan kemanusiaan berupa terorisme.
Mahasiswa kampus swasta di Yogyakarta ini mengatakan driver ojek online merupakan pekerjaan yang mulia. Contohnya di saat orang malas keluar cari makan tinggal pesan lewat aplikasi. Ditunggu beberapa menit datang makanan yang dipesan.
Contoh lainnya, jika pada saat tanggal tua atau akhir bulan keadaan ekonomi orang sudah menipis, customer tidak perlu khawatir. Customer membeli lewat aplikasi ada promonya.
"Jadi di sini jangan anggap kami teroris. Kami adalah pelayan masyarakat dalam segala keadaan," ujar Ali.
Rukhul Amin 24 tahun, mahasiswa yang juga nyambi driver ojek online ikut mengomentari atas insiden tersebut. Dia juga menyayangkan kejadian itu. Sebab, hal demikian akan memicu terjadinya kekhawatiran dari customer, meskipun pelakunya hanya oknum. Kejadian tersebut berdampak pada banyak customer yang menjadi enggan menggunakan jasa ojek online.
"Kami para ojek online akhirnya driver sepi orderan. Masyarakat jadi nggak percaya lagi sama ojek online, padahal itu hanya oknum. Kami tegaskan kami ojek online ini bukan teroris," ujarnya. []
Baca Juga:
- Mapolres Siantar Diperketat, Ojol Dilarang Masuk
- Viral Polisi Tendang Ojol, Kapolresta Bogor Minta Maaf
- Alasan Driver Ojol Aksi Mogok Makan di Yogyakarta