Uni Eropa Tunggu Waktu Untuk Berbicara dengan Taliban

Uni Eropa belum akan memberikan pengakuan terhadap rezim Taliban yang secara de facto menguasai Afghanistan
Sementara Taliban mengklaim mereka tidak akan membalas dendam terhadap lawan, banyak pihak meragukan komitmen tersebut (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengakui bahwa blok itu perlu berbicara dengan Taliban. Namun, ia menegaskan bahwa Brussel belum akan memberikan pengakuan terhadap rezim Taliban.

Borrell mengatakan pada Selasa, 17 Agustus 2021, bahwa pihaknya harus mengadakan pembicaraan dengan Taliban. Namun, rencana itu akan tergantung pada apakah kelompok militan yang mengambil alih kekuasaan di Afganistan itu menghormati hak-hak dasar warga.

Pernyataan itu diutarakan Borrell setelah pertemuan darurat para menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas situasi terbaru di Afganistan.

Saat pertemuan para menlu itu berlangsung, di saat yang sama Taliban juga mengadakan konferensi pers. Mereka menyatakan amnesti umum, serta mengklaim bahwa mereka tidak akan melakukan "balas dendam" terhadap lawan. Namun, janji-janji itu disambut dengan skeptisisme global.

1. Apa yang Borrell Katakan?

Dalam konferensi pers Borrell mengatakan bahwa UE akan terlibat secara pragmatis dengan Taliban terkait masalah kemanusiaan, seperti mengizinkan orang meninggalkan Afganistan. UE tidak akan serta-merta mengakui rezim Taliban.

"Taliban telah memenangkan perang, jadi kita harus berbicara dengan mereka," katanya. "Kami akan berurusan dengan otoritas Afganistan seperti mereka, dan pada saat yang sama tetap waspada," tambahnya.

"Saya belum mengatakan bahwa kita akan mengakui Taliban," tegas Borrell.

"Yang saya katakan adalah kita harus berbicara dengan mereka untuk segalanya, bahkan untuk mencoba melindungi perempuan dan anak perempuan," pungkasnya.

"Kami akan mengajukan syarat untuk memberikan dukungan secara terus menerus, dan kami akan menggunakan pengaruh kami .... agar hak asasi manusia dihormati," lanjutnya.

Menurut Borrell, yang menjadi prioritas saat ini adalah bagaimana mengevakuasi warga UE dan warga Afganistan yang telah bekerja membantu upaya NATO yang gagal menyusul terciptanya kekacauan di bandara Kabul.

peta yang berkuasa di afghanistanPeta yang menunjukkan siapa yang mengendalikan Afganistan (Foto: dw.com/id)

2. Jerman Menunggu Transisi

Berbicara setelah pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengatakan bahwa negara Barat akan menilai Taliban "dengan tindakan mereka."

Menlu Jerman Heiko MaasMenlu Jerman, Heiko Maas (Foto: dw.com/id)

"Yang penting adalah fase transisi ini berlangsung damai dan itu akan tergantung pada apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh pemerintah transisi segera setelah diberlakukan, dalam hal apakah kita dapat mempercayai pernyataan mereka," kata Maas kepada wartawan.

Menurut Maas, Jerman saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai proses evakuasi, dengan harapan dapat menekan perwakilan AS yang sedang berdiskusi dengan Taliban di Doha, Qatar, mengenai akses bagi warga Afganistan ke bandara.

Maas menyebut seorang diplomat Jerman juga akan dikirim ke Doha untuk bergabung dalam pembicaraan.

Setelah pertemuan para menteri, UE mengkonfirmasi bahwa mereka juga menangguhkan pembayaran pembangunan sampai situasi di Afganistan dapat diklarifikasi. Blok 27 negara itu telah menjanjikan sekitar 1,2 miliar euro (Rp 20,2 triliun) dalam bantuan pembangunan ke negara itu untuk periode 2021-2024 [ha/gtp (AFP, dpa, Reuters, AP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Amerika Tidak Perkirakan Kemajuan Taliban Secepat Itu
Para pengecam mengatakan kepergian Amerika dapat menciptakan krisis kemanusiaan dan surga bagi ekstremis
Uni Eropa Desak Pendekatan Internasional Hadapi Taliban
Para pemimpin Eropa desak sebuah pendekatan yang bersatu dalam berhubungan dengan sebuah pemerintahan Taliban di Afghanistan