Jakarta - Uji klinis pertama obat untuk menangkal virus corona Covid-19 dilaporkan mengalami kegagalan. Dari dokumen yang secara tak sengaja diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa uji coba obat antivirus remdesivir yang dilakukan di China tidak berhasil karena tidak mampu memperbaiki kondisi pasien atau mengurangi adanya patogen dalam aliran darah.
Berita tentang kegagalan uji coba menyebar ke publik setelah WHO memposting rincian tentang database uji klinis sebelum dihapus.
Seperti diberitakan dari BBC News, Jumat, 24 April 2020, sebelumnya kalangan medis menaruh harapan besar remdesivir dapat mengobati pasien Covid-19. Namun, Gilead Sciences, perusahaan farmasi yang memproduksi obat antivirus itu menyangkal dokumen yang sempat dirilis WHO itu. Perusahaan menyebutkan dokumen itu salah menafsirkan studi yang dilakukannya itu.
Baca Juga: Donald Trump Borong Hidroksiklorokuin Obat Corona
Berita tentang kegagalan uji coba menyebar ke publik setelah WHO memposting rincian tentang database uji klinis sebelum dihapus. Namun badan dunia itu berkilah dengan menyebutkan bahwa draf laporan itu diunggah secara keliru.
Dalam laporan yang bocor disebutkan para peneliti melakukan uji coba remdesivir kepada 237 pasien. Dari jumlah itu, 158 pasien telah diberikan obat antivirus itu dan sisanya belum. Setelah sebulan, 13,9 persen pasien yang memakai obat itu meninggal. Percobaan pun dihentikan lebih awal kaena efek samping itu.
Menurut laporan itu, remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi. WHO kepada Financial Times menyebutkan bahwa draft tersebut masih menjalani peer review, tetapi ada kesalahan diterbitkan lebih awal.
Simak Pula: Prancis Ingatkan Bahaya Efek Samping Obat Corona
Juru Bicara Gilead kepada AFP seperti dikutip Channel News Asia menyebutkan, uji klinis obat antivirus corona ini baru merupakan tahap awal, jadi belum bisa disebut gagal. Perusahaan itu mengklaim ada beberapa uji coba skala besar pada tahap selanjutnya yang akan memberikan gambaran jelas potensi remdesivir untuk pengobatan Covid-19.[]