Uji Coba Prototipe Vaksin Corona di Indonesia

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menargetkan Konsorsium Covid-19 Indonesia akan memiliki prototipe vaksin Corona pada April 2021.
Ilustrasi Vaksin Virus Corona. (Foto: Pixabay/geralt)

Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menargetkan Konsorsium Covid-19 Indonesia akan memiliki prototipe vaksin Corona pada April 2021, dan siap diuji pada manusia.

Hingga 2 Juni 2020, terdapat 133 proyek pengembangan vaksin Covid-19, 10 di antaranya sudah memasuki tahapan uji klinis. Indonesia sendiri telah berupaya mengembangkan vaksin dengan membentuk Konsorsium Covid-19 pada akhir Maret lalu.  

Konsorsium tersebut terdiri dari instansi pemerintahan yaitu Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) dan Lembaga Biologi Molekuler (LMB) Eijkman, sejumlah perguruan tinggi, serta perwakilan industri farmasi seperti BUMN PT Biofarma.

Sejauh ini, konsorsium tersebut berhasil menggalang lebih dari Rp 200 miliar dari berbagai sumber, dan Rp 5 miliar di antaranya dianggarkan guna pengembangan vaksin Covid-19.

Umumnya, pengembangan vaksin dilakukan mencapai 5-15 tahun. Namun, di tengah pandemi yang merenggut banyak nyawa dan memperlambat ekonomi dunia, berbagai tim riset berusaha melakukannya hanya dalam kurun waktu dua tahun. Lantas, apa saja yang harus dilalui dalam pengembangan vaksin tersebut?

Dilansir dari laman Theconversation.com, Koordinator Tim Riset Covid-19 di Universitas Airlangga, Ni Nyoman Puspaningsih mengatakan langkah awal yang harus dilakukan yaitu memetakan urutan genom dari virus Corona pada pasien yang ada di Indonesia.

"Ini penting untuk melihat apakah Indonesia ada bedanya dengan negara Asia lainnya atau Eropa atau Amerika, ada mutasi atau tidak. Kalau beda, desain vaksin yang tepat menjadi penting karena belum tentu cocok dengan yang ada di negara lain," kata Ni Nyoman Puspaningsih.

Pada awal Mei, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman berhasil untuk pertama kalinya mengirimkan genom virus Corona di Indonesia kepada bank data virus influenza terbesar di dunia (GISAID). Bahkan, kini Konsorsium Covid-19 telah menyelesaikan sembilan urutan di antaranya, tujuh dari Eijkman dan dua dari Universitas Airlangga.

Menurut Nyoman, hal tersebut bisa terjadi lantaran urutan genom lengkap dari virus Corona di Indonesia sudah ada datanya, sehingga bisa mulai mendesain vaksin. "Ini tahapan awal yang diperlukan," tutur Nyoman.

Desain dari vaksin yang digunakan berbagai negara dan tim riset di dunia bervariasi dan berpengaruh pada cara kerjanya. Di antaranya desain vaksin yang bekerja dengan pelemahan virus, rekayasa asam nukleat, hingga memasukan sebagian protein virus ke dalam sel perantara.

Pada pertengahan Mei lalu, Konsorsium Covid-19 mengumumkan akan mengembangkan vaksin yang berbasis pada metode terakhir tersebut atau biasanya disebut dengan "protein rekombinan".

Metode tersebut umumnya digunakan untuk memproduksi vaksin hepatitis B dan juga merupakan desain yang dipilih oleh perusahaan farmasi dari AS, Novavax. Bahkan satu dari sepuluh pengembangan vaksin Covid-19 tersebut tercatat sudah memasuki tahap uji klinis.

Seorang peneliti biomedis di Litbangkes Kementerian Kesehatan, Kambang Sariadji mengatakan dalam memilih metode tersebut masing-masing negara bisa berbeda, mengingat protein yang bisa menimbulkan stimulan antibodi dari virus bervariasi.

"Terkadang protein A bisa tingkatkan 90 persen antibodi, kadang B 70 persen. Harus diuji (di laboratorium) mana yang lebih kuat antigenitasnya," ucapnya.

Tahap Pengujian dan Produksi Massal

Sebelum memasuki pengujian pada manusia, vaksin akan diuji efektivitasnya dan keamanannya pada sel dan hewan dalam satu laboratorium dengan tingkat keamanan Bio-Safety Level (VSL) 3.

Namun, menurut Kambang pengembangan vaksin bisa langsung ke tahap uji klinis pada manusia di masa darurat pandemi, sebelum nantinya mengajukan izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan diproduksi massal.

Sejumlah pengembang virus termasuk perusahaan bioteknologi AS Moderna, telah melewati tahap uji klinis pada hewan. Mereka juga sudah masuk ke tahap uji klinis kurang dari tiga bulan sejak genom dari virus Corona pertama diterbitkan di bank data biologis Genbank.

"Tahap pra-klinik ada sebetulnya dilakukan dengan hewan cobaan, tapi nanti (dalam masa pandemi) bisa dipotong. Langsung saja begitu antigen-nya kuat, diuji pada manusia secara klinis," ujar Kambang.

Sebenarnya, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti mengimbau tingkat keamanan vaksin akan dikorbankan jika memangkas langkah pengujian pra-klinis dan klinis.

Tahap uji klinis sendiri memiliki tiga fase, yaitu:

  1. Pada sampel yang kecil untuk melihat respon antibodi
  2. Pada sampel yang lebih besar dengan karakter pasien yang paling rawan terkena virus
  3. Pada jumlah yang massal, ratusan atau ribuan pada beberapa lokasi berbeda guna melihat efektivitas pada jangka waktu tertentu

Kata Kambang, jika lolos uji fase satu, dua, dan tiga, nantinya PT Biofarma akan memproduksinya secara masalah, setelah itu akan disampaikan Dinas Kesehatan (Dinkes) ke seluruh masyarakat agar bisa diimunisasi vaksin Covid-19.

"Dari situ diharapkan dengan 80 persen yang bisa diimunisasi timbul herd immunity (kekebalan kelompok). Mungkin awalnya proyek pilot di provinsi atau kabupaten, kalau bagus lanjut provinsi lainnya," ujarnya.

Deputi Direktur LBM Eijkman, Herawati Sudoyo mengatakan ada kepentingan tersendiri untuk Indonesia agar bisa mengembangkan vaksin secara mandiri dan tidak bergantung kepada negara lain.

"Ini semua negara butuh, rebutan. Bayangkan kalau negara lain (sudah mengembangkan terlebih dahulu) akan dia jual ke kita dengan harga mahal. Jadi kalau bisa kita buat efisien dan lebih ringan dan bisa produksi dalam negeri, itu aspek-aspek yang harus dipikirkan," tutur Herawati Sudoyo. []

Baca juga:

Berita terkait
Doni: Vaksin Covid Belum Ditemukan, Patuhi Protokol
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Vaksin Covid-19 belum ditemukan.
Belum Ada Vaksin Corona, Harus Selalu Pakai Masker
Belum ada vaksin virus corona. Karena itu, untuk memutus rantai pandemi Covid-19 harus hidup sehat, memakai masker di mana pun berada, jaga jarak.
Bill Gates Sebut Vaksin Covid-19 Tidak Sempurna
Bill Gates sebut penemuan vaksin Covid-19 seperti vaksin cacar, dimana saat awal ditemukan, vaksin ini jauh dari kata sempurna.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.